Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Sabtu, 1 Februari 2020

U 120 : WAKTU-WAKTU MUSTAJAB UNTUK BERDOA


Doa adalah ibadah yang paling mulia di sisi Allah SWT, daripada Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu berkata bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :

Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada
doa.”
[Sunan At-Timidzi, bab Do’a 12263, Sunan Ibnu Majah, bab Do’a
2341 No. 3874. Musnad Ahmad 2362]

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahawa makna hadits tersebut adalah tidak
ada sesuatu ibadah qauliyah ucapan yang lebih mulia di sisi Allah SWT
daripada doa, sebab membandingkan sesuatu harus sesuai dengan
substansinya. Ada juga pendapat yang mengatakan bahawa solat adalah
ibadah badaniyah yang paling utama.

Jika ada waktu-waktu khusus yang menjadikan doa kita lebih mudah untuk
terkabul, maka selayaknya kita memperhatikan waktu-waktu khusus
tersebut. Berikut ini adalah waktu-waktu istimewa yang tidak selayaknya
kita lewatkan dan kita gunakan sebaik-baiknya untuk berdoa.

1. Setiap akhir solat sebelum salam

Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pernah ada yang
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai
Rasulullah, doa apakah yang didengarkan dikabulkan?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

« جَوْفُ اللَّيْلِ الآخِرُ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ »

“Doa yang dipanjatkan di tengah malam yang akhir dan di akhir solat wajib.”
(HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i dalam Al-Kubra)

Para ulama berbeza pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kata
دُبُرَ dalam hadits di atas. Apakah maksudnya sebelum salam atau setelah
salam dari solat?
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam kitabnya, Zadul Ma’ad,
1378:

“وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ

boleh jadi maksudnya sebelum salam dan boleh jadi setelahnya. Adapun Syaikh kami Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menguatkan pendapat yang menyatakan sebelum salam.”

Sedangkan Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berpandangan di akhir setiap solat fardhu adalah sebelum salam, sehingga doa itu dipanjatkan setelah selesai membaca tasyahhud akhir dan selawat sebelum mengucapkan salam sebagai penutup ibadah solat. Beliau rahimahullah berkata:

“Riwayat yang menyebutkan adanya doa yang dibaca di

دُبُر الصَّلَوَاتِ
الْمَكْتُوبَات,

bererti doa itu dibaca sebelum salam. Sedangkan zikir yang dinyatakan untuk dibaca di

دُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ,

maka maksudnya zikir itu dibaca setelah selesainya solat, kerana Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman ertinya:

“Apabila kalian telah selesai dari mengerjakan solat, berzikirlah kalian kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring di atas lambung-lambung kalian.”
(An-Nisa`: 103)

2. Satu waktu di malam hari

Jabir radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« إِنَّ فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ ».

“Sesungguhnya pada malam hari ada satu waktu yang tidaklah bersamaan dengan itu seorang muslim meminta kepada Allah kebaikan dari perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah akan mengabulkan permintaan tersebut,
dan itu ada di setiap malam.”
(HR. Muslim dan Ahmad)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan: “Pada hadits tersebut terkandung adanya penetapan satu waktu mustajab pada setiap malam, dan anjuran untuk berdoa di waktu-waktu malam dengan harapan bertepatan dengan waktu mustajab tersebut.”
Al-Minhaj, 395

3. Ketika terbangun di waktu malam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang terbangun di waktu malam lalu mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ
قَدِيرٌ . الْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ
وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Laa ilaaha illallah, wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu, wa huwa ‘ala kuli syaiin qodiir;
Alhamdulillah, wa subhanallah, wa laa ilaaha illallah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illa billah.”

Kemudian mengucapkan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

“Allohummagh firlii”
Atau berdoa, maka dikabulkan doanya. Dan jika berwuduk kemudian melaksanakan solat maka solatnya diterima.”
(HR. Al-Bukhari)

Sebahagian ulama mengatakan: “Dalam keadaan seperti ini lebih diharapkan terkabulkannya doa begitu juga diterimanya solat dibandingkan waktu keadaan yang lainnya.”
Ada hadits lain yang semakna dengan ini iaitu bagi orang yang sebelum tidur dalam keadaan suci dan berzikir kepada Allah SWT.

Daripada ‘Amr bin ‘Anbasah Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ;

“Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya.”
[Sunan Ibnu Majah, bab Doa 2352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1371 No. 595]
Maksudnya, terbangun tanpa sengaja pada malam hari. [An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1190]

Yang dimaksud dengan “ta’ara minal lail” terbangun dari tidur pada malam hari.

3 dan 4. Ketika dikumandangkannya azan dan berada di medan perang
Daripada Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak ; doa pada saat azan dan doa tatkala perang berkecamuk.”
[Sunan Abu Daud, kitab Jihad 321 No. 2540. Sunan Baihaqi, bab Shalat Istisqa’ 3360.
Hakim dalam Mustadrak 1189. Dishahihkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar
hal. 341

5. Suatu waktu pada hari Jumaat

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tentang hari Jumaat, beliau bersabda:

« إِنَّ فِى الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلاَّ أَعْطَاهُ
إِيَّاهُ وَقَالَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا يُزَهِّدُهَا».

“Sesungguhnya di hari Jumaat itu ada suatu waktu yang tidaklah waktu tersebut bertepatan dengan seorang muslim yang sedang melaksanakan solat, lalu meminta kepada Allah suatu kebaikan, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan tangannya untuk menunjukkan singkatnya waktu tersebut.
(Muttafaqun ‘alaihi)

Ulama berbeza pendapat tentang batasan waktunya. Ada yang mengatakan waktunya adalah saat masuknya khatib ke masjid. Ada yang mengatakan ketika matahari telah tergelincir, ada yang mengatakan setelah solat ashar, dan ada pula yang mengatakan waktunya dari terbit fajar sampai terbit matahari.
Al-Minhaj, 6379

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam Zadul Ma’ad 1378, berpendapat
bahawa pendapat yang lebih tepat dalam permasalahan ini adalah bahawa
waktunya setelah solat asar, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya pada hari Jumaat itu ada suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim memohon suatu kebaikan kepada Allah, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya, dan waktunya adalah setelah solat asar.”
(HR. Ahmad)

6 dan 7. Tatkala berbuka puasa bagi orang yang berpuasa dan menjadi pemimpin yang adil.

Daripada Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu bahawa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.”
[Sunan Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da’watuhu 1321 No. 1775. Hakim dalam kitab Mustadrak 1422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 217].
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم

”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.”
(HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no. 1752, Ibnu Hibban no. 2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)

Doa masalah terkait keperluan apapun boleh kita panjatkan setelah membaca doa berbuka puasa:

ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

Dzahabadz dzoma-u wabtalatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru, in Syaa Allah.
“Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. In Syaa Allah.”
(HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2232)

Menjadi pemimpin yang adil sangat berat terlebih di zaman penuh fitnah seperti sekarang, perhatikan riwayat daripada Abu Dzar al-Ghifari rodhiyallohu ‘anhum. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:

يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ ضَعِيْفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلاَّ مَنْ
أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا

“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.”
(Sahih, HR. Muslim no. 1825)

Akan tetapi, kalau sebelumnya kita tidak tahu dan sudah terlanjur menjadi pemimpin, maka jadilah pemimpin yang adil.

8. Pada saat turun hujan

Daripada Sahl bin a’ad Radhiyallahu ‘anhu bahawasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda.

“Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa pada waktu azan dan doa pada waktu turun hujan.”
[Mustadrak Al-Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 3078].
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, 4342 mengatakan,”Dianjurkan untuk berdoa
ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahawa Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ،
وَنُزُولِ الْغَيْثِ

Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang solat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.”
(Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shohihul Jami’)

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahawa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ثِنْتَانِ لا تُرَدَّانِ، أَوْ قَالَ: مَا تُرَدَّانِ، الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَعِنْدَ الْبَأْسِ، حِينَ
يَلْتَحِمَ بَعْضُهُ بَعْضًا وَفِي رِوَايَة : ” وَتَحْتَ المَطَر “

“Dua orang yang tidak ditolak doanya adalah : [1] ketika azan dan [2] ketika rapatnya barisan pada saat perang.” Dalam riwayat lain disebutkan,” Dan ketika hujan turun.”
(HR. Abu Daud dan Ad Darimi, namun Ad Darimi tidak menyebut,”Dan ketika hujan turun.” Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih)

Imam An-Nawawi berkata bahawa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak atau jarang ditolak disebabkan pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim.

9. Pada saat ajal tiba

Daripada Ummu Salamah bahawa Rasulullah mendatangi rumah Abu Salamah pada
hari wafatnya, dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka
lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda.

“Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya.’ Semua keluarga histeris. Beliau bersabda : ‘Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.”
[Shahih Muslim, kitab Janaiz 338]

10. Ketika mendengar ayam berkokok

Daripada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا وَإِذَا سَمِعْتُمْ
نَهِيقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا

“Apabila kalian mendengar kokokan ayam maka mohonlah anugerah kepada Allah kerana ayam itu melihat malaikat. Apabila kalian mendengar ringkihan keldai berlindunglah kepada Allah dari gangguan syaitan kerana keldai itu melihat syaitan.”
[HR Al Bukhari 3303 dan Muslim 2729]

11. Doa seseorang kepada saudaranya ketika tidak dihadapannya.

Daripada Ummu Ad Darda` radhiyallahu ‘anha, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

دعوة المسلم لأخيه بظهر الغيب مستجابة عند رأسه ملك موكل كلما دعا لأخيه
بخير قال الملك الموكل به آمين ولك بمثل

“Doa seorang muslim kepada saudaranya yang dilakukan tidak dihadapannya adalah mustajab. Di sisi kepalanya ada seorang malaikat yang diberikan tugas setiap kali dia mendoakan kebaikan kepada saudaranya maka malaikat yang bertugas tadi mengucapkan: “Aamiin, semoga bagimu juga mendapatkan demikian.”
[HR Muslim 2733

12. Hari Rabu antara Zuhur dan Asar

Sunnah ini pun mungkin belum diketahui oleh kebanyakan ikhwan yang sudah
ngaji, iaitu dikabulkannya doa di antara solat Zuhur dan Asar di hari Rabu. Hal ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu:

أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم
الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ
في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف
الإجابة

“Nabi shallallahu ‘alahi Wasallam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, iaitu hari Isnin, selasa, dan rabu. Pada hari rabu lah doanya dikabulkan, iaitu di antara dua solat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang
berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mendapati dikabulkannya doa saya.‘”

Dalam riwayat lain:

فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر

“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, iaitu di antara solat Zuhur dan Asar”
HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 415, berkata: “Semua perawinya tsiqah,” juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185

13. Ketika meminum Air Zam-Zam

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ماء زمزم لما شرب له

“Khasiat Air Zam-Zam itu sesuai niat peminumnya.”
HR. Ibnu Majah, 21018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah

14. Ketika dalam kesempitan dan kesusahan

Allah SWT berfirman,

أَمَّنْ يُجِيْبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْءَ

“Siapakah yang mengijabahi menjawab mengabulkan permintaan orang
yang dalam kesempitan apabila ia berdoa kepadaNya, dan siapakah Dia
yang menghilangkan keburukan?”
(An-Naml: 62)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan,

ينبه تعالى أنه هو المدعو عند الشدائد، المرجو عند النوازل، … {أمن يجيب
المضطر إذا دعاه} أي: من هو الذي لا يلجأ المضطر إلا إليه، والذي لا يكشف
ضر المضرورين سواه

“Allah menjelaskan bahawa, Dialah yang diseru ketika keadaan susah dan
sempit, Dialah yang diharapkan ketika terjadi musibah dan bencana. “Siapakah yang mengijabahi menjawab mengabulkanpermintaan orang yang dalam kesempitan,” iaitu Dialah tempat kembali orang yang kesusahan, tidak kepada yang lain. Dan Dialah yang menghilangkan mengangkat bahaya, tidak ada yang lain.”
Tafsir Ibnu Katsir 6203,

Al-Qurhubi rahimahullah berkata,
وجاء رجل إلى مالك بن دينار فقال: أنا أسألك با لله أن تدعو لي فأنا مضطر،
قال: إذا فاسأله فإنه يجيب المضطر إذا دعاه

“Seorang lelaki datang kepada Malik bin Dinar kemudian berkata, “Saya meminta agar engkau mendoakan saya kerana saya sedang kesusahan.” Maka Malik bin Dinar berkata, “Berdoalah doakan diri sendiri kerana Allah mengijabahi menjawab mengabulkan permintaan orang yang dalam kesempitan apabila ia berdoa kepadaNya.”
Jami’ liahkamil Qu’ran 13223, Darul Kutub Al-Mishriyyah, Kairo, cet. II, 1384 H, syamilah.

Di antara contoh waktu di atas adalah ketika saat bersalin, kerana saat melahirkan anak adalah waktu yang terasa cukup berat bagi seorang ibu, bahkan ada ungkapan, “Ketika melahirkan adalah antara hidup dan mati.” Hal ini telah difatwakan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid

15. Saat safar

Daripada  Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

ثلاث دعوات مستجابات لا شك فيهن دعوة المظلوم ودعوة المسافر ودعوة الوالد
على ولده

“Tiga macam doa yang pasti terkabul tanpa diragukan lagi, iaitu doa orang yang dizalimi, doa seorang musafir, doa kedua orang tua atas anaknya.”
[HR Abu Daud 1536 dan At Tirmidzi 1905. Hadits hasan]

Tiada ulasan:

Catat Ulasan