Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Isnin, 4 Februari 2013

Bab 17 Kewajipan Mengikuti Hukum Allah Dan Apa-apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Diajak Ke Arah Itu Dan Yang Diperintah Berbuat Kebaikan Atau Dilarang Berbuat Keburukan.




Allah Taala berfirman:

"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum sebenarnya beriman sebelum mereka meminta keputusan kepadamu perkara-perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat."
(an-Nisa': 65)

Allah Taala berfirman pula:

"Hanyasanya ucapan kaum mukminin, apabila mereka diseru kepada jalan Allah dan RasulNya untuk memberikan hukum di antara mereka itu ialah mereka itu mengucapkan: "Kita semua mendengarkan dan mentaati". Mereka itu adalah orang-orang yang berbahagia."
(an-Nur: 51)

Keterangan:

Setiap orang sudah pasti mengerti bahawa Islam adalah suatu agama yang sudah cukup lengkap hukum-hukumnya serta peraturan-peraturannya. Dalam segala macam persoalan Islam sudah menyediakan hukum yang wajib diterapkan untuknya itu, mulai dari hal yang sekecil-kecilnya seperti berkawan, adab pergaulan, berumahtangga dan lain-lain, juga sampai yang sebesarnya, misalnya menegakkan tertib hukum, mengatur keamanan dalam negara dan sebagainya. Dalam hal perselisihan antara orang seorang, antara golongan satu dengan lainnya, bahkan antara bangsa dengan lain bangsapun tercantum pula hukumnya. Jadi kita sebagai penganut agama Islam berkewajipan mengamalkan hukum-hukum itu tanpa membantah sama sekali, jika memang benar-benar nyata hukum itu dari Tuhan dan RasulNya dan bukan semata-mata dibuat-buat sendiri oleh manusia yang gemar pada kebidaahan, jelasnya orang-orang yang mengada-adakan hukum dari kehendaknya sendiri dan dikatakan bahawa itulah hukum agama dari Tuhan. Sementara itu segala persoalan yang terjadi, maka untuk menerapkan hukumnya jangan menggunakan hukum yang selain dari Tuhan dan RasulNya. Jadi persoalan itu kita sesuaikan dengan hukum yang ada dalam agama Islam. Manakala kita mengerjakan kebalikannya, tentulah salah, iaitu persoalan yang ada itu kita carikan hukumnya dalam agama yang kiranya dapat sesuai dengan kehendak atau kemahuan hawa nafsu kita sendiri, atau disesuaikan dengan kemahuan orang lain yang kita anggap terhormat agar mendapatkan pujian atau sekadar harta daripadanya. Oleh sebab itu jikalau hukum agama itu diibaratkan sebagai kepala atau kaki, sekiranya kita ingin membeli kopiah atau sepatu, hendaknya kopiah dan sepatu itu yang kita sesuaikan dengan kepala atau kaki kita dan tidak sebaliknya, yakni kepala atau kaki yang kita sesuaikan dengan kopiah atau sepatu tersebut. Kalau kekecilan, kepala dan kaki diperkecilkan dan kalau kebesaran, lalu kepala atau kaki dipukuli agar bengkak sehingga sesuai dengan kopiah atau sepatu yang berukuran besar tadi. Ringkasnya dalam segala hal, jangan sampai hukum agama yang dikalahkan, sebaliknya itulah yang justeru wajib dimuliakan dan dijunjung setinggi-tingginya, sebab memang datangnya dari Tuhan Rabbul 'Alamin. Semogalah kita dapat melaksanakan yang sedemikian ini, sehingga berbahagialah hidup kita sejak di dunia sampai di akhirat
nanti. Amin.
Dalam bab ini ada beberapa Hadis, di antaranya ialah Hadis Abu Hurairah yang tercantum dalam permulaan bab sebelum ini (lihat Hadis no. 156) dan ada pula Hadis-hadis yang lainnya.

168. Dari Abu Hurairah r.a.katanya:

"Ketika ayat ini turun pada Rasulullah s.a.w. iaitu yang ertinya: Bagi Allah adalah apa-apa yang ada di dalam langit dan apa yang ada di bumi. Jikalau engkau semua terangkan apa-apa yang dalam hatimu alau jikalau engkau semua sembunyikan itu, nescayalah Allah akan memperhitungkan semuanya," sampai akhir ayat.
Dikala itu, maka hal yang sedemikian tadi dirasa amat berat oleh para sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian mereka berjongkok di atas lutut mereka lalu berkata: "Ya Rasulullah, kita telah dipaksakan untuk melakukan amalan-amalan yang kita semua juga kuat melaksanakannya, iaitu solat, puasa, jihad dan sedekah. Tetapi kini telah diturunkan kepada Tuan sebuah ayat dan kita rasanya tidak kuat melaksanakannya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua hendak mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh dua golongan ahlul kitab kaum Nasrani dan Yahudi  yang hidup sebelummu semua ini, iaitu ucapan: "Kita mendengar tetapi kita menyalahi". Tidak boleh sedemikian itu, tetapi ucapkanlah: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan padaMu, ya Tuhan kita, dan kepadaMulah tempat kembali". Setelah kaum(sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w.) membaca itu, lagi pula lidah-lidah mereka telah tunduk tidak boleh bercakap sesuatu, lalu Allah Taala menurunkan lagi sesudah itu ayat yang ertinya: "Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, begitu pula orang-orang yang beriman. Semuanya percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka berkata: "Kita tidak membeza-bezakan seorangpun di antara rasul-rasul Allah itu". Mereka berkata lagi: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan daripadaMu, ya Tuhan kita dan kepadaMulah tempat kembali".
Selanjutnya setelah mereka telah melaksanakan sebagaimana isi ayat di atas itu, lalu Allah 'Azzawajalla menurunkan lagi ayat yang ertinya: "Allah tidak melaksanakan kewajipan kepada seseorang, hanyalah sekadar kekuatannya belaka, bermanfaat untuknya apa-apa yang ia lakukan dan berbahaya pula atasnya apa-apa yang ia lakukan. Ya Tuhan kita, janganlah Engkau menghukum kita atas sesuatu yang kita lakukan kerana kelupaan atau kekhilafan yang tidak disengaja".
Beliau s.a.w. bersabda: "Benar kita telah melaksanakan".
"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita beban yang berat, sebagaimana yang telah Engkau pikulkan kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kita".
Beliau bersabda: "Benar".
"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita sesuatu yang kita tidak kuat melaksanakannya".
Beliau bersabda: "Benar".
"Dan berilah maaf dan pengampunan, belas kasihanlah kita. Engkau pelindung kita, maka tolonglah kita terhadap kaum kafirin itu".
Beliau bersabda: "Benar". (Ayat di atas dari surat al-Baqarah 286). 
(Riwayat Muslim)

Bab 16 Perintah Memelihara Sunnah Dan Adab-adabnya.




Allah Taala berfirman:

"Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepadamu semua, maka ambillah itu yakni lakukanlah dan apa saja yang dilarang olehnya, maka hentikanlah itu."
(al-Hasyr: 7)

Allah Taala berfirman lagi:

"Ia yakni Muhammad itu tidaklah berkata-kata dengan kemahuannya sendiri. Itu tiada lain kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya."
(an-Najm: 3-4)

Juga Allah Taala berfirman pula:
"Katakanlah hai Muhammad, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah tentu mencintai engkau semua dan akan mengampuni dosa-dosamu."
(ali-lmran: 31)

Allah Taala berfirman pula:

"Dan nescayalah di dalam peribadi Rasulullah itu merupakan ikutan, teladan yang baik bagimu semua, juga bagi orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhir."
(al-Ahzab: 21)

Allah Taala berfirman lagi

"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum beriman benar-benar sebelum mereka meminta keputusan kepadamu dalam perkara-perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat."
(an-Nisa': 65)

Juga Allah Taala berfirman:

"Jikalau engkau semua memperselisihkan dalam sesuatu persoalan, maka kembalikanlah itu kepada Allah dan RasulNya, apabila engkau semua benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir."
(an-Nisa': 59)
Para alim-ulama berkata: "Maksudnya itu ialah supaya dikembalikan sesuai dengan Al-Kitab (Al-Quran dan as-Sunnah Al-Hadis)."

Allah Taala berfirman pula:

"Barangsiapa mentaati Rasul ia telah benar-benar mentaati Allah."
(an-Nisa')

Lagi Allah Taala berfirman:

"Dan sesungguhnya engkau itu nescayalah memberikan petunjuk ke jalan yang lurus iaitu jalan Allah.”
(asy-Syura: 52-53)

Allah Taala berfirman:

"Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu menjadi takut, supaya jangan sampai tertimpa oleh kefitnahan atau tertimpa oleh siksa yang pedih". 
(an-Nur: 63)

Juga Allah Taala berfirman:

"Dan ingat-ingatlah olehmu semua(kaum wanita) apa-apa yang dibaca dalam rumah-rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmat ilmu pengetahuan". 
(al-Ahzab: 34)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:

156. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bersabda: 

"Tinggalkanlah apa yang saya tinggalkan untukmu semua maksudnya: Jangan ditanyakan apa yang tidak saya terangkan kepadamu semua, kerana hanyasanya yang menyebabkan kerosakan orang-orang(umat) yang sebelumnya itu ialah sebab banyaknya mereka bertanya-tanya yang tidak berfaedah, lagi pula mereka suka menyalahi kepada Nabi-nabi mereka. Oleh sebab itu jikalau saya melarang padamu akan sesuatu hal, maka jauhilah itu dan jikalau saya memerintah padamu semua akan sesuatu perkara, maka lakukanlah itu sekuat usahamu".
(Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
Isi yang terkandung dalam Hadis ini ialah:
Sesuatu yang merupakan larangan, maka sama sekali jangan dilakukan, tetapi kalau berupa perintah, cubalah lakukan sedapat-dapatnya dan jangan putus asa untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Misalnya solat di waktu sakit: Tidak dapat dengan berdiri, lakukan dengan duduk; tidak dapat dengan duduk, boleh dengan berbaring dan pendek kata sedapat mungkin, asal jangan ditinggalkan sekalipun hanya dengan isyarat memejamkan serta membuka mata dalam melakukan solat itu. Allah telah berfirman:

"Allah tidak memaksa pada seseorang melainkan menurut kekuatannya".

Umatnya Nabi Musa 'alaihissalam yang meminta pada beliau sebagaimana kata mereka yang diuraikan dalam Al-Quran:

"Tampakkanlah pada kita Allah hu dengan terang-terangan".

Bukankah ini permintaan yang melampaui batas dan tidak bermanfaat sedikitpun? Juga seperti umatnya Nabi Isa 'alaihissalam sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Quran pula. Mereka berkata:

"Adakah Tuhan Tuan dapat menurunkan pada kita hidangan dari langit?"

Mereka menyangka bahawa Allah tidak kuasa melakukannya. Tetapt setelah dikabulkan permintaan mereka, tetap masih banyak yang ingkar dan kufur. Bukankah ini keterlaluan yang luarbiasa? Menyalahi Nabi-nabinya sendiri sehingga menyebabkan timbul bidaah yang bermacam-macam dan lain-lain lagi. Adapun kalau berselisih dalam memahamkan hukum cabang (furu'iyah), maka itu tidaklah menjadi bahaya sebagaimana sabda Nabi s.a.w.:

"Perselisihan umatku adalah rahmat".

Tetapi perselisihan yang berbahaya dan tercela ialah apabila soal-soal cabang atau perincian-perincian itu dibesar-besarkan hingga menjadi retaknya barisan umat Islam dalam menghadapi lawannya. Ini sungguh terlarang dalam agama sebagaimana firman Allah:

"Dan janganlah engkau semua bercerai-berai, maka akan lemahlah engkau semua dan lenyaplah kekuatanmu".

157. Kedua: Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: 

"Rasulullah s.a.w. pernah memberikan wejangan kepada kita semua, iaitu suatu wejangan yang mengesankan sekali, hati dapat menjadi takut kerananya, matapun dapat bercucuran. Kita lalu berkata: "Ya Rasulullah, seolah-olah itu adalah wejangan seseorang yang hendak bermohon diri. Oleh sebab itu, berilah wasiat kepada kita semua!" Beliau s.a.w. bersabda:

"Saya berwasiat kepadamu semua, hendaklah engkau semua bertakwa kepada Allah, juga suka mendengarkan dan mentaati(pemerintahan) sekalipun yang memerintah atasmu itu seorang hambasahaya Habsyi. Kerana sesungguhnya saja, barangsiapa yang masih hidup panjang di antara engkau semua itu ia akan melihat berbagai perselisihan yang banyak sekali. Maka dari itu hendaklah engkau semua menetapi sunnahku dan sunnah para Khalifah Arrasyidun yang memperoleh petunjuk Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'annum; gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi taringmu yakni pegang teguhlah itu sekuat-kuatnya. Jauhilah olehmu semua dari melakukan perkara-perkara yang diada-adakan, kerana sesungguhnya segala sesuatu kebidaahan itu adalah sesat".
Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

Keterangan:
Banyak sekali hal-hal penting yang terkandung dalam Hadis ini, di antaranya ialah:
(a) Orang yang berpamit yakni hendak meninggal dunia, sebab isi nasihatnya itu sangat mendalam.
(b) Memang kita wajib taat pada pemimpin-pemimpin kita yang memegang pemerintahan itu, apabila mereka itu tetap menjalankan pemerintahan sebagaimana yang diredhai oleh Allah.
(c) Sunnahku yakni perjalanan dan sari hidupku.
(d) Khalifah-khalifah Arrasyidun yakni pengganti-pengganti Nabi yang bijaksana dan sentiasa mengikuti kebenaran. Mereka itu ialah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'anhum.
(e) Gigitlah teguh-teguh yakni peganglah selalu sekuat-kuatmu dan jangan sampai terlepas sedetikpun.
(f) Apa yang disabdakan Nabi s.a.w. ini agaknya kini telah tampak benar, bukanlah bermacam-macam perselisihan yang kita hadapi sekarang, baik kerana banyak faham yang tumbuh atau memang percekcokan sesama umat Islam sendiri dan lain-lain sebab lagi. Kerana itu satu-satunya jalan agar kita tetap selamat di dunia dan akhirat ialah dengan berpegang teguh pada sunnah Nabi s.a.w. dan sunnah khalifah-khalifah Arrasyidun, yang pokok kesemuanya itu ialah dalam kandungan al Quran dan Hadis.
(g) Bidaah yakni sesuatu yang tidak ada dalam agama lalu diada-adakan sehingga seolah-olah itu juga termasuk dalam agama. Bidaah yang sedemikian inilah yang sesat dan setiap yang sesat pasti ke neraka sebagaimana dalam Hadis lain disebutkan:

"Maka sesungguhnya setiap sesuatu yang diada-adakan, itu bidaah dan setiap bidaah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di dalam neraka".

(h) Tetapi kalau yang diada-adakan itu baik (bidaah hasanah), maka tentu saja tidak terlarang seperti mendirikan sekolah-sekolah (madrasah), pondok-pondok, pesantren-pesantren dengan cara yang serba moden. Semua tidak terlarang sekalipun dalam zaman Rasulullah s.a.w. belum ada.

158. Ketiga: Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Semua umatku itu dapat memasuki syurga, melainkan orang yang enggan yakni tidak suka". Beliau ditanya: "Siapakah orang yang enggan itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia dapat memasuki syurga dan barangsiapa yang bermaksiat padaku menyalahi ajaranku, maka dialah orang yang benar-benar enggan".
(Riwayat Bukhari)

159. Keempat: Daripada Abu Muslim; ada yang mengatakan, dari Abu lyas, iaitu Salamah bin 'Amr bin al-Akwa' r.a., bahawasanya ada seorang lelaki disisi Rasulullah s.a.w. makan dengan tangan kirinya. Kemudian beliau s.a.w. bersabda padanya: 

"Makanlah dengan tangan kananmu!" Orang itu berkata: "Aku tidak dapat". Beliau s.a.w. bersabda: "Jadi engkau tidak dapat?" Sebenarnya ia berbuat demikian itu hanyalah kerana terdorong oleh kecongkaannya belaka. Akhirnya ia benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya untuk selama-lamanya". 
(Riwayat Muslim)

160. Kelima: Dari Abu Abdillah iaitu an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Hendaklah engkau semua benar-benar meratakan barisan-barisanmu dalam solat, atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajah-wajahmu semua maksudnya ialah bahawa Allah akan memasukkan rasa permusuhan, saling benci-membenci dan perselisihan pendapat dalam hatimu semua". 
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
"Rasulullah s.a.w. itu meratakan barisan-barisan kita sehingga seolah-olah beliau itu meratakan letaknya anak panah, sampai-sampai beliau meyakinkan bahawa kita semua telah mengerti betul-betul akan meratakan barisan itu. Selanjutnya pada suatu hari beliau keluar untuk bersolat kemudian berdiri sehingga hampir-hampir beliau akan bertakbir. Tiba-tiba beliau melihat ada seorang yang menonjol dadanya agak ke muka sedikit dari barisannya lalu beliau bersabda: "Hai hamba-hamba Allah, hendaklah engkau semua benar-benar meratakan barisanmu, atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajah-wajahmu semua".

Keterangan:

Dalam Hadis di atas terdapat anjuran yang sangat keras agar di waktu solat, barisan itu benar-benar dilempangkan, diratakan dan diluruskan sekencang-kencangnya. Selain itu
terdapat keterangan pula perihal dibolehkannya berkata-kata dalam waktu antara selesainya iqamah dengan akan dilakukannya solat, tetapi kata-kata itu hendaknya yang bermanfaat dan berguna.

161. Keenam: Daripada Abu Musa r.a. katanya:

"Ada sebuah rumah di Madinah yang terbakar mengenai penghuni-penghuninya di waktu malam. Setelah hal mereka itu diberitahukan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya api itu adalah musuhmu semua. Maka dari itu, jikalau engkau semua tidur, padamkan sajalah api itu dari padamu".
(Muttafaq 'alaih)

162. Ketujuh: Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi. Di antara bumi itu ada bahagian yang baik, iaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang yang banyak sekali, tetapi di antara bumi itu ada pula yang gersang, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang tertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, kerana mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan menanam. Ada pula hujan itu mengenai bahagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bahagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang yang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi. Maka orang itupun mengetahuinya, mempelajarinya, kemudian mengajarkannya yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air, dan itu pulalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya dirasulkan ini contohnya bumi yang rata dan licin".
(Muttafaq 'alaih)
Faquha, dengan dhammahnya qaf adalah menurut yang masyhur digunakan. Ada pula
yang mengatakan dengan dikasrahkan berbunyi Faqiha), ertinya menjadi pandai atau ahli fiqih.

163. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: 

"Perumpamaanku dan perumpamaan engkau semua itu adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api, kemudian banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh dalam api tadi, sedang orang itu mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di situ. Saya ini yakni Rasulullah s.a.w. adalah seorang yang mengambil(memegang) pengikat celana serta sarungmu semua agar tidak sampai engkau semua terjun dalam neraka, tetapi engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku".
(Riwayat Muslim)
Al-janadib ialah seperti belalang dan kupu-kupu (dari golongan binatang kecil yang terbang), sedang Al-hujaz adalah jamaknya Hujzah, ertinya tempat mengikatkan sarung atau celana.

164. Kesembilan: Dari Jabir r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. menyuruh menjilat
tangan-tangan dan piring; beliau juga bersabda: 

"Sesungguhnya engkau semua tidak tahu di tempat manakah yang ada berkahnya". 
(Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan lagi:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau suapan seseorang dari engkau semua itu jatuh, maka baiklah diambil kembali, kemudian hendaklah disingkirkan kotoran yang melekat di situ, selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah itu dibiarkan(ditinggalkan) untuk dimakan oleh syaitan. Jangan pula seseorang itu mengusap tangannya dengan saputangan sehabis makan itu sehingga jari-jarinya dijilat-jilatnya dulu, sebab seseorang itu tentulah tidak mengetahui di dalam makanan yang mana letaknya keberkahan".
Dalam riwayat Imam Muslim pula:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mendatangi seseorang di antara engkau semua di waktu ia melakukan segala sesuatu dari pekerjaannya, sampai-sampai syaitan itupun mendatangi orang itu di waktu ia makan. Maka dari itu jikalau suapan itu jatuh dari seseorang di antara engkau semua, maka hendaklah menyingkirkan kotoran yang melekat di situ, kemudian makanlah dan jangan dibiarkan untuk dimakan oleh syaitan".

165. Kesepuluh: Daripada Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan kita semua untuk memberikan nasihat. Beliau bersabda:

"Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua itu akan dikumpulkan kepada Allah Taala dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan kuncup(tidak dikhatan), sebagaimana firman Allah Taala yang ertinya: "Sebagaimana Kami memulai membuat makhluk untuk pertama kalinya, maka itulah yang Kami ulangkan kembali. Sedemikian adalah janji atas Kami sendiri, sesungguhnya Kami akan melaksanakan yang sedemikian itu". 
(al-Anbiya': 104)
"Ingatlah, bahawasanya pertama-tama makhluk yang diberi pakaian pada hari kiamat ialah Ibrahim a.s. Ingatlah, bahawasanya Ibrahim itu akan didatangkan dengan disertai beberapa orang dari umatku, kemudian orang-orang itu diseret ke sebelah kiri maksudnya ke arah neraka. Saya berkata: "Ya Tuhanku, mereka adalah sahabat-sahabatku". Lalu kepadaku dikatakan: "Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu". Oleh sebab itu saya berkata sebagaimana yang diucapkan oleh seseorang hamba yang soleh yakni Nabiullah Isa a.s.: "Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka (semasih sama-sama di dunia)", hingga ucapannya "Maha Mulia Serta Bijaksana".
Lengkapnya ucapan Nabiullah Isa a.s. itu tersebut dalam sebuah ayat yang ertinya: 

"Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka. Tetapi setelah Engkau menghilangkan diriku, maka Engkaulah yang mengamat-amati atas kelakuan-kelakuan mereka itu dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jikalau Engkau menyiksa mereka, maka mereka itupun hamba-hambaMu, tetapi jikalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia lagi Bijaksana".
(al-Maidah: 117-118)
"Setelah itu lalu dikatakan kepadaku: "Sebenarnya mereka itu tidak henti-hentinya kembali pada kaki-kakinya(maksudnya menjadi murtad dari agama Allah)  sejak engkau berpisah dengan mereka itu". 
(Muttafaq 'alaih)

166. Kesebelas: Dari Abu Said iaitu Abdullah bin Mughaffal r.a., katanya: 

"Rasulullah s.a.w. itu melarang berkhadzaf iaitu melemparkan kerikil dengan jari telunjuk dan ibu jari yakni kerikil itu diletakkan di jari yang satu yakni ibu jari lalu dilemparkan dengan jari yang lain yakni jari telunjuk.
Selanjutnya ia berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan, tidak dapat pula membunuh musuh. Dan bahawasanya berkhadzaf itu dapat melepaskan mata (membutakannya) dan dapat juga merontokkan gigi". 
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: Bahawasanya ada seorang keluarga dekat dari Ibnu Mughaffal berkhadzaf, lalu olehnya orang tersebut dilarang dan berkata bahawasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu dan berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan". Kemudian orang yang dilarangnya itu masih mengulangi lagi perbuatannya. Lalu Ibnu Mughaffal berkata: "Saya telah memberitahukan kepadamu bahawasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu, tetapi engkau masih juga mengulangi perbuatanmu. Mulai sekarang saya tidak akan berbicara lagi padamu selama-lamanya".

Keterangan:

Hadis ini menjelaskan bolehnya tidak menyapa atau tidak berbicara dengan para ahli pelaku kebidaahan, orang-orang fasik serta para penentang dan pelanggar sunnah Rasulullah s.a.w., sekalipun hal itu dilakukan untuk selama-lamanya. Tetapi keadaan sedemikian itu wajib diakhiri, manakala mereka yang tersebut di atas itu sudah mengubah sikapnya dan suka mentaati ajaran-ajaran agama sebagaimana yang semestinya dilakukan oleh seorang muslim dan mukmin.

167. Dari 'Abis bin Rabi'ah, katanya: 

"Saya melihat Umar bin Alkhaththab r.a. mencium batu hitam(hajar aswad) dan ia berkata: "Saya mengetahui bahawa engkau itu adalah batu, engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak pula dapat membahayakan. Andaikata saya tidak melihat Rasulullah s.a.w. sendiri menciummu, pastilah aku juga tidak suka menciummu". 
(Muttafaq 'alaih)