Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Sabtu, 29 Jun 2013

Bab 260 Haramnya Berdusta






Allah Taala berfirman:

Yang Bermaksud : "Dan janganlah engkau turut apa yang tidak engkau mengerti." 
(al-lsra': 36)

Allah Taala juga berfirman:

Yang Bermaksud : "Tiadalah seseorang itu mengucapkan sesuatu perkataan, melainkan di sisinya ada malaikat Raqib  pencatat kebaikan  dan 'Atid pencatat keburukan." 
(Qaf: 18)

1539. Daripada Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Yang Bermaksud : "Sesungguhnya kata benar itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan kepada syurga dan sesungguhnya seseorang itu nescayalah berkata benar, sehingga dicatatlah ia di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berkata benar. Dan sesungguhnya kata dusta itu menunjukkan kepada kecurangan dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang itu nescayalah berkata dusta sehingga dicatatlah ia di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berkata dusta." 
(Muttafaq 'alaih)

1540. Daripada Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: 

Yang Bermaksud : "Empat macam perkara, barangsiapa dalam dirinya terdapat semua perkara itu, maka ia adalah seorang munafik murni dan barangsiapa yang dalam dirinya terdapat salah satu daripada empat perkara tadi, maka ia telah memiliki satu macam sifat dari kemunafikan, sehingga ia meninggalkan sifat itu, iaitu: apabila ia dipercayai, ia berkhianat, apabila berkata, ia berdusta, apabila berjanji, ia menyalahi janjinya dan apabila bertengkar, jahat kelakuannya." 
(Muttafaq 'alaih) 

Uraian Hadis di atas sudah lampau bersama Hadis Abu Hurairah r.a. yang seumpama dengan itu dalam bab Menetapi perjanjian - lihat Hadis no. 187.

1541. Daripada Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w. sabdanya:

Yang Bermaksud : "Barangsiapa yang mengaku aku bermimpi melihat sesuatu yang sebenarnya tidak dilihatnya dalam impian, maka ia akan dipaksa untuk mengikatkan dua biji syair, tetapi ia tidak kuasa untuk melakukannya dan barangsiapa yang mencuri untuk mendengar pembicaraan sesuatu kaum, sedangkan mereka benci kalau hal itu didengar olehnya, maka dituangkanlah di kedua telinganya itu timah yang cair pada hari kiamat. Juga barangsiapa yang menggambar sesuatu gambaran yang mempunyai ruh dan berbentuk jisim, maka ia akan disiksa dan dipaksa untuk meniupkan ruh di dalam gambarannya itu, sedangkan ia tidak kuasa meniupkan ruh di dalamnya." 
(Riwayat Bukhari)

Tahallama iaitu berkata bahawasanya ia bermimpi dalam tidurnya dan melihat demikian dan demikian, padahal sebenarnya ia berdusta yakni tidak bermimpi sedemikian itu. Al-anuk dengan dibaca mad dan dhammahnya nun ringannya kaf yakni tidak disyaddah  ialah timah yang dicairkan yakni panas sekali.

1542. Daripada Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. bersabda:

Yang Bermaksud : "Sesangat-sangatnya dusta yang diperbuat ialah apabila seseorang itu mengaku bahawa kedua matanya melihat sesuatu dalam impian yang sebenarnya tidak dilihat  atau diimpikan." 
(Riwayat Bukhari)

Maknanya ialah bahawa ia mengatakan: "Saya bermimpi melihat sesuatu," padahal tidak dilihatnya yakni tidak diimpikannya.

1543. Daripada Samurah bin Jundub r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. itu sering benar bersabda kepada sahabat-sahabatnya: 

Yang Bermaksud : "Adakah seseorang di antara engkau semua ini ada melihat sesuatu impian?" Kemudian kepada beliau s.a.w. itu diceritakanlah sekehendak Allah perihal apa yang diceritakan itu oleh sahabat-sahabatnya. Sesungguhnya beliau s.a.w. pernah bersabda pada suatu pagi, demikian:
"Malam tadi saya didatangi oleh dua orang pendatang. Kedua-duanya berkata kepada saya: "Berangkatlah". Sayapun berangkatlah bersama dua orang itu. Kita lalu datang kepada seorang lelaki yang sedang berbaring, tiba-tiba ada orang lain yang sedang berdiri di atasnya dengan membawa sebuah batu besar. Sekonyong-konyong orang yang berdiri itu menjatuhkan batu tersebut ke arah kepala orang yang berbaring tadi, kemudian pecahlah kepalanya, sedang batu itu terus menggelinding ke arah sana. Yang melempar itu mengikuti perginya batu tersebut lalu mengambilnya. la tidak kembali kepada orang yang disiksanya itu, sehingga orang ini sembuh kembali kepalanya sebagaimana keadaannya semula. Orang yang berdiri itu lalu kembali mendekati orang yang berbaring dan melakukan sebagaimana yang dilakukan dalam kali pertama tadi dan demikian seterusnya iaitu dijatuhi batu, kepalanya pecah lalu sembuh dijatuhi batu lagi, kepalanya pecah dan sembuh lagi dan selanjutnya."
Beliau s.a.w bersabda: "Saya lalu bertanya kepada dua orang yang mengajak berangkat dulu: "Subhanallah, siapakah ini?" Lalu keduanya berkata: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah, sehingga datanglah kita kepada seorang lelaki yang tidur terlentang pada tengkuknya, tiba-tiba di situ ada pula orang yang berdiri di atasnya dengan membawa sebuah alat pengait dari besi, sekonyong-konyong ia mendatangi orang yang terlentang tadi menuju ke salah satu belahan mukanya, kemudian memotong-motong ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, juga dari lubang hidung ke tengkuknya serta dari mata ke tengkuknya. Setelah itu ia berpindah kepada belahan mukanya yang lain, lalu mengerjakan sebagaimana yang dikerjakan terhadap belahan muka yang satunya tadi. Belum lagi ia selesai mengerjakan yang ini, sehingga belahan pertama itu telah menjadi sembuh kembali sebagaimana dulunya, lalu diulangkanlah mengerjakan terhadap belahan pertama tadi sebagaimana cara melakukan pekerjaan yang mula-mula untuk pertama kalinya itu."
Beliau s.a.w. bersabda: "Saya lalu bertanya: "Subhanallah, siapakah kedua orang ini?" Kedua orang yang menyertai saya itu berkata: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah, sehingga datanglah kita kepada sebuah tempat semacam dapur besar." Orang yang meriwayatkan Hadis ini berkata: "Saya mengira beliau s.a.w. juga menyebutkan: "Dalam dapur itu terdengar teriakan yang bercampur-baur serta berbagai suara gemuruh." Kita menjenguk di dalamnya, tiba-tiba yang ada di situ adalah orang-orang lelaki dan orang-orang perempuan yang semuanya telanjang bulat. Mereka itu didatangi oleh nyala api yang berasal dari bawah mereka, Jikalau nyala api itu menjiiat-jilat tubuh mereka, maka merekapun gemuruhlah suaranya. Saya bertanya: "Siapakah orang-orang itu?" Kedua kawan saya itu menjawab: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah, sehingga kita datang di suatu sungai." Orang yang meriwayatkan Hadis ini berkata: "Saya mengira beliau s.a.w. juga mengucapkan: "Sungai itu merah warnanya bagaikan darah." Tiba-tiba di sungai itu ada seorang yang berenang menuju tepinya, sekonyong-konyong di tepi sungai tadi ada pula seorang lelaki lain yang telah mengumpulkan batu-batu besar di sisinya. Orang yang berenang itu terus berenang sekuat ia melakukannya, setelah hampir di tepinya, lalu datanglah orang yang sudah mengumpulkan batu-batu tadi dan yang berenang itu membukakan mulutnya, kemudian dilemparnya dengan batu oleh yang ada di tepi. Sekali lagi orang itu berenang ke tengah terus kembali lagi dan setiap kembali, iapun membukakan mulutnya lalu yang di tepi melemparkan batu tepat di mulutnya itu. Saya bertanya kepada kedua kawan saya: "Siapakah kedua orang itu yakni yang berenang dan yang melempari?" Keduanya berkata kepada saya: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah sehingga datanglah kita kepada seseorang yang buruk sekali rupa bentuk mukanya, atau ia adalah seburuk-buruk orang lelaki yang pernah engkau lihat tentang rupa bentuk mukanya. Di sisinya ada api dan ia menyalakan itu dan ia berjalan di sekelilingnya. Saya bertanya lagi kepada kedua kawan saya: "Siapakah orang itu?" Keduanya menjawab: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah, sehingga datanglah kita di suatu taman yang rimbun tanamannya lagi panjang-panjang, di dalamnya tampaklah penuh sinar cahaya musim bunga, tiba-tiba di antara kedua sudut taman itu ada seorang lelaki yang tinggi perawakannya, hampir-hampir saya tidak dapat melihat kepalanya kerana menjulang tinggi sekali ke langit, sedang di sekitar orang tersebut ada beberapa anak dan amat banyak sekali jumlahnya dan saya tidak pernah sama sekali melihat mereka itu. Saya bertanya: "Siapakah orang ini dan siapa pula anak-anak itu?" Kedua kawan saya menjawab: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah sehingga datanglah kita di suatu pohon besar yang belum pernah sama sekali saya melihat pohon yang lebih besar serta lebih indah daripadanya. Kedua kawan saya itu berkata: "Naiklah di taman itu!" Kitapun naiklah menuju ke suatu kota yang dibangun dengan bata-bata yang terbuat dari emas dan bata-bata dari perak. Kita mendatangi pintu kota, lalu kita minta supaya dibukakan, kemudian pintupun dibukalah untuk kita. Kita masuk di dalamnya, lalu kita dijemput oleh beberapa orang lelaki yang sebahagian muka-muka mereka itu bagus-bagus sebagaimana yang pernah engkau lihat, sedang sebahagiannya Iagi buruk sebagaimana yang pernah engkau lihat. Kedua kawan saya itu berkata kepada orang-orang tersebut: "Pergilah lalu terjunlah dalam sungai itu. Tiba-tiba sungai itu adalah sungai yang melintang dan airnya mengalir, seolah-olah airnya adalah susu kerana putihnya. Mereka lalu terjun di dalamnya kemudian kembali ke tempat kita, sedang keburukan muka-mukanya sudah lenyap semua dan mereka berganti memiliki bentuk muka yang sebagus-bagusnya.
Beliau s.a.w. bersabda; kedua kawan berkata kepada saya: "Inilah yang disebut syurga 'Adn dan di sana itu tempat kediaman Tuan." Penglihatan saya lalu naik ke atas, amat tinggi sekali, sekonyong-konyong tampaklah sebuah istana bagaikan awan yang putih sekali. Sekali Iagi keduanya berkata: "Nah, di sana itulah tempat tinggal Tuan." Saya berkata kepada keduanya: "Semoga Allah memberikan keberkahan kepada anda berdua. Sekarang biarkanlah saya ke sana akan masuk ke dalamnya." Keduanya berkata: "Adapun sekarang, maka jangan dulu, tetapi Tuan akan memasukinya nanti."
Seterusnya saya berkata kepada kedua kawan saya itu: "Sejak tadi malam saya telah melihat berbagai keajaiban, maka apakah sebenarnya yang saya lihat itu?" Keduanya berkata kepada saya: "Kini saya akan memberitahukan kepada Tuan. Adapun orang pertama yang Tuan datangi, ia dipecah kepalanya dengan batu, maka sesungguhnya itulah orang yang mengambil al-Quran lalu menyisihkannya yakni menolaknya sesudah mengerti isi dan maknanya, juga itulah orang yang tidur yakni lalai  dari melakukan solat-solat yang diwajibkan. Adapun orang yang Tuan datangi, ia sedang dipotong-potong ujung mulutnya sampai ke tengkuknya dan dari lubang hidung sampai ke tengkuknya dan juga dari matanya sampai ketengkuknya itu ialah orang-orang yang pergi dari rumahnya lalu membuat kata-kata dusta dengan kedustaan yang sampai mencapai ke segala penjuru yakni berkata bohong.  Adapun orang-orang lelaki dan perempuan yang berada di dalam tempat semacam bangunan dapur besar itu adalah para pezina lelaki dan wanita. Adapun orang lelaki yang Tuan datangi sedang berenang dalam sungai dan dilempari batu di mulutnya itu ialah pemakan riba. Adapun orang yang tampak buruk sekali bentuk mukanya yang di sisinya ada api yang dinyalakan olehnya dan ia berjalan di sekelilingnya itu ialah malaikat Khazin, iaitu penjaga neraka Jahanam. Adapun orang yang tinggi perawakannya yang ada di dalam taman, maka ia adalah Nabi Ibrahim a.s. sedang anak-anak yang di sekelilingnya itu ialah setiap anak bayi yang mati atas kefitrahan."

Dalam riwayat al-Barqani disebutkan:

Yang Bermaksud : "Anak yang mati menetapi kefitrahan."
Sampai di sini lalu sebahagian kaum Muslimin ada yang berkata: "Dan anak-anaknya kaum musyrikin bagaimanakah nasibnya, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Juga anak-anaknya kaum musyrikin termasuk di kalangan mereka itu."
Adapun orang yang sebahagian mukanya bagus dan sebahagian Iagi buruk, maka mereka itu ialah orang-orang yang mencampur-adukkan antara amal perbuatan yang soleh sedang yang lainnya buruk, tetapi Allah telah memberikan pengampunan kepada mereka itu." 
(Riwayat Bukhari)

Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan demikian:

Yang Bermaksud : "Tadi malam saya melihat dua orang lelaki, lalu keduanya itu mengeluarkan saya dan mengajak pergi ke tanah yang suci." Kemudian beliau s.a.w. menyebutkan Hadis di atas dan selanjutnya bersabda: "Kita bertiga lalu pergi ke sebuah lubang sebagai bentuk dapur besar, bahagian atasnya adalah sempit sedang bahagian bawahnya lebar sekali dan di bawahnya itu ada api menyala. Jikalau api itu menjulang ke atas, maka orang-orang yang ada di situ sama naik pula ke atas, sehingga hampir-hampir mereka itu akan dapat keluar dari dalamnya, tetapi jikalau api itu padam, maka merekapun kembali ke bawah lagi. Di situ terdapatlah orang-orang lelaki dan perempuan yang semuanya telanjang bulat."

Dalam riwayat Hadis itu disebutkan pula:

Yang Bermaksud : "Sehingga datanglah kita ke suatu sungai dari darah." Yang meriwayatkan tidak sangsi lagi dalam keadaan sungai yang dikatakan dari darah itu. "Di situ ada seorang lelaki yang berdiri di tengah sungai, sedang di tepi sungai ada pula seorang lelaki lain dan di mukanya ada batu-batu. Orang yang di sungai itu hendak maju ke tepi, tetapi apabila ia berkehendak keluar, lalu orang yang di tepi itu melemparnya dengan batu, tepat mengenai mulutnya lalu mengembalikan ke tengah sungai sebagaimana keadaannya semula. Jadi setiap kali ia akan keluar, setiap itu pula yang di tepi melemparnya dengan batu mengenai mulutnya dan kembalilah ia ke tengah lagi sebagai tadinya."

Dalam riwayat Hadis tadi juga disebutkan:

Yang Bermaksud : "Kedua kawan saya itu naik ke pohon dengan membawa saya lalu keduanya memasukkan saya ke dalam sebuah rumah yang saya sama sekali belum pernah melihat rumah yang seindah itu. Di dalamnya ada beberapa orang tua dan para pemuda."

Dalamnya juga disebutkan:

Yang Bermaksud : "Adapun yang Tuan lihat dipotong-potong tepi mulutnya itu, maka ia adalah seorang tukang dusta yang berbicara dengan kedustaan lalu disiar-siarkanlah dustanya itu sampai mencapai ke segenap penjuru alam. Maka diperlakukanlah orang tersebut sedemikian rupa sampai pada hari kiamat."

Dalamnya disebutkan pula: 

Yang Bermaksud : "Orang yang Tuan lihat dipecah kepalanya itu ialah orang yang telah diajari al-Quran oleh Allah, lalu tidur lalai untuk membacanya di waktu malam dan tidak pula mengerjakan isinya pada siang harinya, maka itu diperlakukanlah orang itu sedemikian rupa sampai pada hari kiamat. Adapun rumah pertama yang Tuan masuki itu ialah perumahan umumnya kaum Muslimin. Adapun yang ini, ialah perumahan kaum syuhada yakni mati dalam peperangan untuk membela agama Allah. Saya adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Maka angkatlah kepala Tuan sekarang." Saya  Nabi s.a.w. mengangkat kepala saya, tiba-tiba tampak di atas saya itu bagaikan awan. Keduanya berkata: "Di sana itulah tempat kediaman Tuan." Saya berkata: "Kalau begitu biarkanlah saya hendak memasuki rumah saya." Keduanya menjawab: "Sesungguhnya saja masih ada usia Tuan yang tertinggal dan belum lagi Tuan sempurnakan. Andaikata sudah Tuan sempurnakan, maka Tuan boleh mendatangi tempat kediaman Tuan itu."
(Riwayat Bukhari)


Sabdanya: yuslaghu ra'suhu dengan menggunakan tsa' bertitik tiga dan ghain mu'jamah, ertinya memecah dan membelahnya." Yatadahdahu ertinya menggelinding. Alkallub dengan fathahnya kaf dan dhammahnya lam musyaddadah, adalah sudah dimaklumi maknanya iaitu alat pengait. Yusyarsyiru, ertinya memotong-motong. Dhaudhau dengan dua dhad yang keduanya mu'jamah, ertinya berteriak-teriak. Fa-yafgharu dengan fa' dan ghain mu'jamah, ertinya membukakan. Almar-aah dengan fathahnya mim, eartinya pandangan yakni air muka. Yahusysyuha dengan fathahnya ya' dan dhammahnya ha' muhmalah serta syin mu'jamah, ertinya menyalahkan. Rawdhatun mu'tammah dengan dhammahnya mim, sukunnya 'ain, fathahnya ta' dan syaddahnya mim, ertinya ialah rimbun tanamannya lagi panjang-panjang. Dawhah dengan fathahnya dal, sukunnya wawu dan dengan ha' muhmalah, ertinya ialah pohon besar. Almahdhu dengan fathahnya mim, sukunnya ha' muhmalah dengan dhad mu'jamah, ertinya ialah susu. Fa-sama bashari ertinya melihat ke atas. Shu'udan dengan dhammahnya shad dan 'ain, ertinya tinggi-tinggi. Arrababah dengan fathahnya ra' dan dengan ba' bertitik satu yang didobbelkan, ertinya ialah awan.


Bab 259 Celanya Orang Yang Bermuka Dua, Kemunafikan

Allah Taala berfirman:

Yang Bermaksud : "Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi tidak dapat bersembunyi dari Allah. Allah adalah bersama mereka itu pada malam hari, ketika mereka mengucapkan perkataan yang tidak disukai oleh Allah dan Allah adalah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka kerjakan," sampai dua ayat yang berikutnya.
(an-Nisa': 108-109)

1537. Daripada Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Yang Bermaksud : "Engkau semua menemukan para manusia itu adalah sebagai logam, mana yang pilihan di antara mereka di zaman Jahiliah, maka mereka itu pulalah yang merupakan pilihan di zaman Islam, jikalau mereka pandai dalam agama. Engkau semua menemukan sebaik-baik para manusia dalam hal ini *yakni mengenai pemerintahan dan kekhalifahan ialah yang paling tidak suka untuk menjabatnya. Engkau semua akan menemukan seburuk-buruk para manusia ialah orang yang bermuka dua(munafik), ia datang di golongan orang-orang yang sini dengan muka yang satunya dan datang kepada golongan orang-orang yang sana dengan muka yang lainnya."
(Muttafaq 'alaih)

* Al-Qadhi berkata: "Hal yang dimaksudkan di sini dapat diihtimalkan, maknanya ialah urusan Agama Islam, sebagaimana halnya Umar bin al-Khaththab r.a. dan Iain-Iain yang seumpama dengannya. Mula-mula ia sangat membenci Islam dengan kebencian yang amat sangat, tetapi setelah masuk Islam ia berikhlas hati dan rnencintainya secara luar biasa dan berjihad untuknya dengan jihad yang sebenar-benarnya. Tetapi dapat diihtimalkan pula bahawa maksudnya ialah urusan pemerintahan dan kekuasaan negara, sebab jikalau seseorang diberi kekuasaan itu tanpa ia memintanya, maka ia akan memperoleh pertolongan untuk itu yakni inayat dari Allah Taala". Intaha dari syarah Muslim.

1538. Daripada Muhammad bin Zaid bahawasanya ada beberapa orang berkata: kepada nenek lelakinya yakni Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma: "Sesungguhnya kita semua masuk menghadap sultan-sultan kita, lalu kita berkata kepada mereka lain dengan yang kita bicarakan jikalau kita telah keluar dari sisi mereka itu." Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berkata: "Kita menganggap hal yang semacam itu sebagai suatu kemunafikan di zaman Rasulullah s.a.w. dulu."
(Riwayat Bukhari)
e'>(Muttafaq 'alaih).


Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari.
Para ulama berkata bahawa maknanya:

Yang Bermaksud : "Tidaklah mereka itu disiksa kerana melakukan kesalahan yang besar," yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahawa itu merupakan hal besar(berat) bagi itu meninggalkannya.

1535. Daripada Ibnu Mas'ud r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:

Yang Bermaksud : "Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Iaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia."
(Riwayat Muslim)


Al'adhha dengan fathahnya 'ain muhmalah dan sukunnya dhad mu'jamah dan dengan ha' menurut wazan Alwajhu. Ada yang mengatakan Al'idhatu dengan kasrahnya 'ain dan fathahnya dhad mu'jamah menurut wazan Al'idatu, ertinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut riwayat pertama, maka al'adhhu adalah mashdar, dikatakan: 'adhahahu 'adhhan ertinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan.








Bab 258 Larangan Memindahkan Kata-kata Atau Pembicaraan Orang-orang Kepada Para Penguasa Negara, Jikalau Tidak Didorong Oleh Sesuatu Keperluan Seperti Takutnya Timbulnya Kerosakan Dan Lain-lain







Allah Taala berfirman:

Yang Bermaksud : "Dan jangan tolong-menolonglah engkau semua padahal yang dosa dan permusuhan."
(al-Maidah: 2)

Dalam bab ini banyak sekali Hadis-hadis yang sudah dicantumkan dalam bab sebelumnya.

1536. Daripada Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Yang Bermaksud : "Janganlah seseorang dari sahabat-sahabatku itu menyampaikan sesuatu padaku, sebab sesungguhnya saya ini ingin kalau keluar kepadamu semua itu dengan dada  hati yang selamat yakni tenang."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Daud dan Termidzi.
;
Yang Bermaksud : "Tidak dapat masuk syurga seseorang yang gemar mengadu domba."
(Muttafaq 'alaih)

1534. Daripada Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda:

Yang Bermaksud : Sesungguhnya dua orang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa kerana kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga. Adapun yang seorang di antara keduanya itu dahulunya ketika di dunia suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis."
(Muttafaq 'alaih).

Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari.
Para ulama berkata bahawa maknanya:

Yang Bermaksud : "Tidaklah mereka itu disiksa kerana melakukan kesalahan yang besar," yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahawa itu merupakan hal besar(berat) bagi itu meninggalkannya.

1535. Daripada Ibnu Mas'ud r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:

Yang Bermaksud : "Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Iaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia."
(Riwayat Muslim)


Al'adhha dengan fathahnya 'ain muhmalah dan sukunnya dhad mu'jamah dan dengan ha' menurut wazan Alwajhu. Ada yang mengatakan Al'idhatu dengan kasrahnya 'ain dan fathahnya dhad mu'jamah menurut wazan Al'idatu, ertinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut riwayat pertama, maka al'adhhu adalah mashdar, dikatakan: 'adhahahu 'adhhan ertinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan.




Bab 256 Uraian Perihal Ghibah, Mengumpat Yang Dibolehkan







Ketahuilah bahawasanya mengumpat itu dibolehkan kerana adanya tujuan yang dianggap benar menurut pandangan syarak Agama Islam, yang tidak akan mungkin dapat sampai kepada tujuan tadi, melainkan dengan cara mengumpat itu. Dalam hal ini adalah enam macam sebab-sebabnya:

Pertama: Dalam mengajukan pengaduan penganiayaan, maka bolehlah seseorang yang merasa dirinya dianiaya apabila mengajukan pengaduan penganiayaan itu kepada sultan, hakim ataupun lain-lainnya dari golongan orang yang mempunyai jabatan atau kekuasaan untuk menolong orang yang dianiaya itu dari orang yang menganiayanya. Orang yang dianiaya tadi bolehlah mengucapkan: "Si Fulan itu menganiaya saya dengan cara demikian".

Kedua: Dalam meminta pertolongan untuk menghilangkan sesuatu kemungkaran dan mengembalikan orang yang melakukan kemaksiatan kepada jalan yang benar. Orang itu bolehlah mengucapkan kepada orang yang ia harapkan dapat menggunakan kekuasaannya untuk menghilangkan kemungkaran tadi: "Si Fulan itu mengerjakan demikian, maka itu cegahlah ia dari perbuatannya itu", atau Iain-Iain sebagainya. Maksudnya ialah untuk dapat sampai guna kelenyapannya kemungkaran tadi. Jadi apabila tidak mempunyai maksud sedemikian, maka pengumpatan itu adalah haram hukumnya.

Ketiga: Dalam meminta fatwa yakni penerangan keagamaan. Orang yang hendak meminta fatwa itu bolehlah mengucapkan kepada orang yang dapat memberi fatwa yakni mufti: "Saya dianiaya oleh ayahku atau saudaraku atau suamiku atau si Fulan dengan perbuatan demikian, apakah ia berhak berbuat sedemikian itu padaku? Dan bagaimana jalan untuk menyelamatkan diri dari penganiayaannya itu? Bagaimana untuk memperoleh hakku itu serta bagaimanakah caranya menolak kezalimannya itu?" dan sebagainya. Pengumpatan semacam ini adalah boleh kerana adanya keperluan. Tetapi yang lebih berhati-hati dan pula lebih utama ialah apabila ia mengucapkan: "Bagaimanakah pendapat anda mengenai seseorang atau manusia atau suami yang berkeadaan sedemikian ini?" Dengan begitu, maka tujuan meminta fatwanya dapat dihasilkan tanpa menentukan atau menyebutkan nama seseorang. Sekalipun demikian, menentukan yakni menyebutkan nama seseorang itu dalam hal ini adalah boleh atau jaiz, sebagaimana yang akan Kami cantumkan dalam Hadisnya Hindun (lihat Hadis no. 1532). Insya Allah.

Keempat: Dalam hal menakut-nakuti kaum Muslimin dari sesuatu keburukan serta menasihati mereka jangan terjerumus dalam kesesatan kerananya. Yang sedemikian dapat diambil dari beberapa sudut, di antaranya ialah memburukkan kepada para perawi Hadis yang memang buruk ataupun para saksi dalam sesuatu perkara. Hal ini boleh dilakukan dengan berdasarkan ijmaknya seluruh kaum Muslimin, tetapi bahkan wajib kerana adanya kepentingan. Di antaranya lagi ialah di waktu bermesyuarat untuk mengambil seseorang sebagai menantu, atau hendak berserikat dagang dengannya, atau akan menitipkan sesuatu padanya ataupun hendak bermuamalat dalam perdagangan dan Iain-Iain sebagainya, ataupun hendak mengambil seseorang sebagai tetangga. Orang yang dimintai mesyuaratnya itu wajib tidak menyembunyikan hal keadaan orang yang ditanyakan oleh orang yang meminta pertimbangan tadi, tetapi bolehlah ia menyebutkan beberapa cela yang benar-benar ada dalam dirinya orang yang ditanyakan itu dengan tujuan dan niat menasihati. Di antaranya lagi ialah apabila seseorang melihat seorang ahli agama(pandai dalam selok-belok keagamaan) yang mundar-mandir ke tempat orang yang ahli kebidaahan atau orang fasik yang mengambil ilmu pengetahuan dari orang ahli agama tadi dan dikhuatirkan kalau-kalau orang ahli agama itu terkena bencana dengan pergaulannya bersama kedua macam orang tersebut di atas. Maka orang yang melihatnya itu bolehlah menasihatinya yakni orang ahli agama itu tentang hal-ehwal dari orang yang dihubungi itu, dengan syarat benar-benar berniat untuk menasihati.
Persoalan di atas itu seringkali disalahgunakan dan orang yang berbicara tersebut  yakni orang yang rupanya hendak menasihati hanyalah kerana didorong oleh kedengkian. Memang syaitan pandai benar mencampur-baurkan pada orang itu akan sesuatu perkara. la menampakkan pada orang tersebut, seolah-olah apa yang dilakukan itu adalah merupakan nasihat tetapi sebenarnya adalah kerana lain tujuan, misalnya kedengkian, iri hati dan sebagainya. Oleh sebab itu hendaklah seseorang itu pandai-pandai meletakkan sesuatu dalam persoalan ini.
Di antaranya lagi misalnya ada seseorang yang sedang mempunyai sesuatu jabatan yang tidak menetapi ketentuan-ketentuan.

1528. Daripada Aisyah radhiallahu ‘anha bahawasanya ada seorang lelaki meminta izin kepada Nabi s.a.w untuk menemuinya, lalu beliau s.a.w bersabda untuk menemuinya, lalu beliau s.a.w bersabda kepada sahabat-sahabat:

Yang Bermaksud : “Izinkanlah ia, ia adalah seburuk-buruknya orang dari seluruh keluarganya.” 
(Muttafaq ‘alaih)

Imam bukhari mengambil keterangan dari Hadis ini akan bolehnya mengumpat pada orang-orang yang suka membuat kerosakan serta ahli bimbang tidak berpendirian tetap.

1529. Daripada Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: 

Yang Bermaksud : “Saya tidak menyakinkan kepada si fulan dan si fulan itu bahawa keduanya itu mengetahui sesuatu perihal agama kita.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, ia berkata:
“Allaits bin Sa’ad, salah seorang yang meriwayatkan hadis ini berkata: ”Kedua orang lelaki ini termasuk golongan kaum munafik.”

1530. Daripada Fathimah binti Qais radhiallahu 'anha, katanya: "Saya mendatangi Nabi s.a.w. lalu saya berkata: "Sesungguhnya Abuljahm dan Mu'awiah itu sama-sama melamar diriku." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: 

Yang Bermaksud : "Adapun Mu'awiah itu adalah seorang fakir yang tiada berharta, sedangkan Abuljahm adalah seorang yang tidak sempat meletakkan tongkat dari bahunya." 
(Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:

Yang Bermaksud : "Adapun Abuljahm, maka ia adalah seorang yang gemar memukul wanita." Ini adalah sebagai tafsiran dari riwayat yang menyebutkan bahawa ia tidak sempat meletakkan tongkat dari bahunya. Ada pula yang mengertikan lain ialah bahawa "tidak sempat meletakkan tongkat dari bahunya" itu ertinya banyak sekali bepergiannya.

1531. Daripada Zaid bin Arqam r.a., katanya: 

Yang Bermaksud : "Kita keluar bersama Rasulullah s.a.w. dalam suatu perjalanan yang menyebabkan orang-orang banyak memperoleh kesukaran, lalu Abdullah bin Ubay berkata: "Janganlah engkau semua memberikan apa-apa kepada orang yang ada di dekat Rasulullah, sehingga mereka pergi yakni berpisah dari sisi beliau s.a.w. itu." Selanjutnya ia berkata lagi: "Nescayalah kalau kita sudah kembali ke Madinah, sesungguhnya orang yang berkuasa akan mengusir orang yang rendah." Saya lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. dan memberitahukan hal ucapannya Abdullah bin Ubay di atas. Beliau s.a.w. menyuruh Abdullah bin Ubay datang padanya, tetapi ia bersungguh-sungguh dalam sumpahnya bahawa ia tidak melakukan itu yakni tidak berkata sebagaimana di atas. Para sahabat lalu berkata: "Zaid berdusta kepada Rasulullah s.a.w." Dalam jiwaku terasa amat berat sekali kerana ucapan mereka itu, sehingga Allah Taala menurunkan ayat, untuk membenarkan apa yang saya katakan tadi, iaitu yang ertinya: "Jikalau orang-orang munafik itu datang padamu." 
(al-Munafiqun: 1)
Nabi s.a.w. lalu memanggil mereka untuk dimintakan pengampunan yakni supaya orang-orang yang mengatakan bahawa Zaid berdusta itu dimohonkan pengampunan kepada Allah oleh beliau s.a.w., tetapi orang-orang itu memalingkan kepalanya yakni enggan untuk dimintakan pengampunan." 
(Muttafaq 'alaih)

1532. Daripada Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: 

Yang Bermaksud : "Hindun iaitu isterinya Abu Sufyan berkata kepada Nabi s.a.w.: "Sesungguhnya Abu Sufyan itu seorang lelaki yang kikir, ia tidak memberikan nafkah yang dapat mencukupi keperluanku serta untuk keperluan anakku, melainkan dengan cara saya mengambil sesuatu daripadanya, sedang ia tidak mengetahuinya. "Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Ambil sajalah yang sekiranya dapat mencukupi keperluanmu dan untuk kepentingan anakmu dengan baik-baik yakni jangan berlebih-lebihan."

(Muttafaq 'alaih)


Bab 257 Haramnya Mengadu Domba iaitu Memindahkan Kata-kata Antara Para Manusia Dengan Maksud Hendak Merosakkan





Allah Taala berfirman:

Yang Bermaksud : "Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba." 
(al-Qalam: 11)

Allah Taala berfirman pula:

Yang Bermaksud : “Tiada seseorang itu mengucapkan sesuatu perkataan, melainkan di sisinya ada malaikat Raqib pencatat kebaikan dan 'Atid pencatat keburukan." 
(Qaf: 18)

1533. Daripada Hudzaifah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: 

Yang Bermaksud : "Tidak dapat masuk syurga seseorang yang gemar mengadu domba." 
(Muttafaq 'alaih)

1534. Daripada Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda:

Yang Bermaksud : Sesungguhnya dua orang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa kerana kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga. Adapun yang seorang di antara keduanya itu dahulunya ketika di dunia suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis."
(Muttafaq 'alaih). 

Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari.
Para ulama berkata bahawa maknanya: 

Yang Bermaksud : "Tidaklah mereka itu disiksa kerana melakukan kesalahan yang besar," yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahawa itu merupakan hal besar(berat) bagi itu meninggalkannya.

1535. Daripada Ibnu Mas'ud r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: 

Yang Bermaksud : "Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Iaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia." 
(Riwayat Muslim)


Al'adhha dengan fathahnya 'ain muhmalah dan sukunnya dhad mu'jamah dan dengan ha' menurut wazan Alwajhu. Ada yang mengatakan Al'idhatu dengan kasrahnya 'ain dan fathahnya dhad mu'jamah menurut wazan Al'idatu, ertinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut riwayat pertama, maka al'adhhu adalah mashdar, dikatakan: 'adhahahu 'adhhan ertinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan.



Jumaat, 28 Jun 2013

Bab 255 Haramnya Mendengar Kata Umpatan Ghibah Dan Menyuruh Kepada Orang Yang Mendengar Umpatan Yang Diharamkan Itu supaya Menolaknya dan Mengingkari Tidak Menyetujui Kepada Orang Yang Mengucapkannya. Jikalau Tidak Kuasa Ataupun Orang Tadi Tidak Suka Menerima Nasihatnya, Supaya la Memisahkan Diri Dari Tempat Itu Jikalau Mungkin la Berbuat Demikian





Allah Taala berfirman:

Yang Bermaksud : "Jikalau mereka yakni orang-orang mukmin mendengar kata-kata yang tidak berguna, maka mereka berpaling daripadanya."
(al-Qashash: 55)

Allah Taala juga berfirman:

Yang Bermaksud : "Orang-orang mukmin ialah orang-orang yang berpaling dari kata-kata yang tidak berguna."
(al-Mu'minun: 3)

Allah Taala berfirman pula:

Yang Bermaksud : "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu semua akan diberi pertanyaan tentang apa-apa yang dilakukan masing-masing."
(al-lsra': 36)

Allah Taala berfirman lagi:

Yang Bermaksud : "Dan apabila engkau melihat orang-orang yang memperolok-olokkan keterangan-keterangan Kami, hendaklah engkau menghindarkan diri dari mereka itu, sehingga mereka membicarakan perkara yang lain. Dan jikalau engkau terlupa kerana godaan syaitan, janganlah engkau terus duduk sesudah teringat itu bersama-sama dengan orang-orang yang menganiaya."
(al-An'am: 68)

1525. Daripada Abuddarda' r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:

Yang Bermaksud : "Barangsiapa yang menolak dari keperwiraan saudaranya seperti mencegah orang yang hendak mengumpat saudaranya itu di hadapannya, maka Allah menolak diri orang itu dari neraka pada hari kiamat." Saudara yang dimaksudkan ialah orang yang sesama Muslim atau mukmin.
Diriwayatkanoleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

1526. Daripada 'Itban bin Malik r.a. dalam Hadisnya yang panjang lagi masyhur yang telah dulu uraiannya dalam bab Harapan (lihat Hadis no. 416), katanya: "Nabi s.a.w. berdiri untuk bersolat lalu bersabda:

Yang Bermaksud : "Manakah Malik bin Addukhsyum?" Lalu ada seorang yang berkata: "la adalah seorang munafik yang tidak mencintai Allah dan RasulNya." Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau berkata demikian, tidakkah engkau melihat bahawa ia juga telah mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan membacanya ia menghendaki keredhaan Allah. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengan mengucapkannya itu ia mengharapkan keredhaan Allah itu."
(Muttafaq 'alaih)

'Itban dengan kasrahnya 'ain menurut keterangan yang masyhur dan ada yang menceritakan dengan didhammahkan 'ainnya itu dan sehabis'ain ialah ta' yang bertitik dua di atas lalu ba' bertitik satu. Adapun Addukhsyum dengan dhammahnya dal dan sukunnya kha' serta dhammahnya syin. Kha' dan syin itu mu'jamah semuanya.

1527. Daripada Ka'ab bin Malik r.a. dalam Hadisnya yang panjang dalam kisah taubatnya dan sudah lampau keterangannya dalam bab Taubat (lihat Hadis no. 21), ia berkata: "Nabi s.a.w. bersabda dan waktu itu beliau sedang duduk di kalangan kaum di Tabuk  yakni orang-orang yang sama-sama mengikuti peperangan Tabuk:

Yang Bermaksud : "Apakah yang dikerjakan oleh Ka'ab bin Malik?" Kemudian ada seorang dari Bani Salimah berkata: "Ya Rasulullah, ia tertahan oleh baju indahnya dan keadaan sekelilingnya yang permai pandangannya." Mu'az bin Jabal lalu berkata: "Buruk sekali yang engkau katakan itu. Demi Allah ya Rasulullah, kita tidak mengetahui tentang diri Ka'ab itu melainkan baik-baik saja."
Rasulullah s.a.w. lalu berdiam diri.
(Muttafaq 'alaih)

'Ithfahu ertinya di kedua tepinya atau sekelilingnya, ini adalah sebagai isyarat kehairanan seseorang pada dirinya sendiri(riak).