Panduan
melayari hidup yang penuh maksiat di zaman fitnah :
Setiap manusia pernah berbuat dosa dan kesalahan, baik besar ataupun kecil. RASULULLAH SHALLALLAHU
‘ALAIHI WASSALLAM
bersabda,
“Setiap anak Adam pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang
melakukan kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat.”
(HR. Ibnu
Majah, no, 4251)
Bahkan
para Nabipun tidak luput dari kesalahan, dan mereka bertaubat kepadaNya.
Seperti nabi Adam pernah melanggar perintah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dengan mendekati pohon larangan,
kemudian beliau bertaubat dan berdoa kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, ertinya,
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nescaya pastilah kami
termasuk orang-orang yang merugi.”
(Surah
7 AL 'ARAAF : 23)
Pada
zaman ini, sarana kemaksiatan semakin banyak, orang semakin sulit menghindari
racun yang ditimbulkan oleh kemaksiatan tersebut. Walaupun demikian ada
beberapa kiat agar terhindar dari kemaksiatan, iaitu;
1.
Menganggap Besar Dosa
Orang
yang beriman dan bertakwa selalu menganggap besar dosa-dosa, meskipun dosa yang
dilakukan tergolong dosa kecil. Mereka merasa terbebani dengan dosa tersebut
dan menganggap besar kekurangan dirinya di sisi ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.
Ibnu
Mas’ud berkata, “Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia
duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sedangkan orang
yang fajir (suka berbuat dosa) melihat dosanya seperti lalat yang lewat di
depan hidungnya.”
Bilal bin
Sa’d mengatakan, “Jangan kamu melihat pada kecilnya dosa, tetapi
lihatlah kepada siapa kamu bermaksiat.”
2. Jangan
Meremehkan
RASULULLAH
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,
“Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut
lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang
membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Bila saja orang yang
melakukan suatu dosa menganggap remeh dosa, maka ia dapat membinasakannya.”
(HR.
Ahmad dengan sanad hasan)
3. Jangan
Mujaharah
Mujaharah
adalah melakukan kemaksiatan, dan menceritakan kemaksiatan tersebut kepada
manusia. Pelaku maksiat yang mujaharah lebih besar dosanya daripada yang
melakukan dosa tanpa mujaharah. RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,
“Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang terang-terangan
dalam bermaksiat). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal
(keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya,
padahal ALLAH telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah
melakukan demikian dan demikian.’ Pada malam hari Tuhannya telah menutupi
kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.”
(HR.
al-Bukhari dan Muslim)
4. Taubat
Nasuha
ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA
berfirman, ertinya,
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada ALLAH, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.”
(Surah
24 AN NUUR : 31)
RASULULLAH
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,
“ALLAH lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat
daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kenderaannya di padang
pasir yang tandus. Kemudian kenderaan itu hilang darinya, padahal di atas
kenderaan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan itu, lalu ia
menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kenderaannya.
Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kenderaannya muncul di dekatnya,
lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, kerana sangat
bergembira, ‘Ya ALLAH Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah
ucap kerana sangat bergembira.”
(HR.
al-Bukhari dan Muslim)
5.
Mengulangi Taubat
RASULULLAH
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,
“Seorang hamba melakukan dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku
telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah!’ Tuhannya berfirman, ‘HambaKu tahu
bahawa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni
hambaKu.’ Kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, maka ia
berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa lagi, maka ampunilah!’ Lalu ALLAH
berfirman, ‘HambaKu tahu bahawa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya.
Aku telah mengampuni hambaKu.’ Kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat
dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa kembali, maka
ampunilah dosaku!’ Lalu ALLAH berfirman, ‘HambaKu tahu bahawa ia memiliki Tuhan
yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hambaKu.’ Tiga kali; maka
lakukanlah apa yang ia suka.”
(HR.
al-Bukhari dan Muslim)
Ali bin
Abi Thalib berkata, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diuji
(dengan dosa) lagi bertaubat.” Ditanyakan, ‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia
menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia
kembali berbuat dosa?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada ALLAH dan
bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Sampai bila?’ Dia menjawab, ‘Sampai syaitan berputus
asa.”
6.
Sentiasa Beristighfar
Saat-saat
beristighfar:
Ketika
melakukan dosa setelah melakukan ketaatan. Dalam zikir-zikir rutin harian.
Beristighfar setiap saat. RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,
“Sesungguhnya sesuatu benar-benar menutupi hatiku, dan sesungguhnya aku
beristighfar kepada ALLAH dalam sehari 100 kali.”
(HR.
Muslim, No. 2702)
7.
Melakukan Kebajikan Setelah Keburukan
RASULULLAH
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,
“Bertakwalah kepada ALLAH di mana saja kamu berada, dan iringilah
keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan
tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.”
(HR.
Ahmad dan at-Tirmidzi. At-Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih)
8.
Memurnikan Tauhid
Daripada
Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Ketika RASULULLAH dalam perjalanan
pada malam yang berakhir di Sidratul Muntaha, beliau diberi tiga perkara:
diberi solat lima waktu, penutup surat al-Baqarah, dan diampuninya dosa orang
yang tidak menyekutukan ALLAH dengan sesuatupun dari umatnya.”
(HR.
Muslim)
RASULULLAH
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,
“ALLAH berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia
mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang
melakukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni
dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku mendekat
kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku
mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang kepadaKu dengan berjalan,
maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemuiKu dengan
dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku
menemuinya dengan maghfirah yang sama.”
(HR.
Muslim dan Ahmad)
9.
Bergaul Dengan Orang-Orang Soleh
Manfaat
bergaul dengan orang soleh:
a.
Bersahabat dengan orang-orang baik adalah amal soleh.
b.
Mencintai orang-orang soleh menyebabkan seseorang bersama mereka di Syurga,
walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal.
Manusia
itu terdiri dari 3 golongan, iaitu :
-
Golongan yang membawa dirinya dengan takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan.
Inilah golongan terbaik.
-
Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa
dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharap suatu hari dapat
berpisah dari kemaksiatan tersebut.
-
Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal kerana
kehilangan hal itu.
c.
Penyesalan dan penderitaan kerana melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik
dari persahabatan yang baik.
d. Jika
berpisah dengan orang-orang yang baik, maka biasanya akan berteman dengan orang
yang buruk dan pelaku maksiat.
10.
Jangan Mencela Perbuatan Dosa Orang Lain
Rasulullah menceritakan kepada para sahabat bahawa seseorang berkata,
“Demi ALLAH, ALLAH tidak akan mengampuni si fulan.” Allah berkata, ”Siapakah
yang bersumpah atas nama-Ku bahawa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya
Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.”
(HR.
Muslim).
[Sumber:
“Sabiilun Najah min Syu’umil Ma’shiyyah,” karangan Muhammad bin Abdullah
ad-Duwaisy, edisi Indonesia: “13 Penawar Racun kemaksiatan,” Darul Haq,
Jakarta.].