Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Ahad, 5 Mac 2017

S 3 HUKUM BUGHOT / PEMBERONTAKAN DALAM ISLAM

Dalam jihad/bughot hendaknya kita punya ilmu lebih dahulu. Sebab amal tanpa ilmu ditolak. Bukannya masuk syurga, malah masuk neraka. Kita harus faham Hukum tentang Bughot, Membunuh Muslim, Mengkafirkan Muslim, Bersekutu dengan Kafir membunuh Muslim, dan sebagainya. Hendaknya kita bertanya pada Ulama yang adil seperti Syekh Al Buti agar tidak tersesat.

Bughot itu haram bahkan thd Firaun sekalipun (Thaahaa 43-44) dan hukumannya adalah mati:

Arfajah Ibnu Syuraih ra berkata: Aku mendengar RASULULLAH SAW bersabda:

"Barangsiapa datang kepadamu ketika keadaanmu bersatu, sedang ia ingin memecah belah persatuanmu, maka bunuhlah ia."
(Riwayat Muslim)

Daripada Abu Said al Khudriy bahawa RASULULLAH SAW bersabda,

”Apabila ada baiat kepada dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.”
(HR. Ahmad)

Terhadap seorang rakyat yang menghina dirinya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata:

"Aku tidak seburuk Firaun Dan Kamu tidak sebaik Musa. Apa firman ALLAH kepada Musa:

“Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
(Surah 20  THAAHAA : 43-44)

Ibrahim, Musa, Muhammad, dan Pemuda Ashabul Kahfi tidak bughot/berontak terhadap Raja Namrudz, Firaun, dan penguasa Kafir Mekah. Saat Nabi terluka akibat dilempari penduduk Thaif yang menolak dakwah Nabi, Malaikat menawarkan kepada Nabi untuk menghancurkan penduduk Thaif dengan gunung-gunung di sekelilingnya. Namun Nabi menolak: Siapa tahu nanti keturunan mereka jadi Muslim. Dan memang benar. Kita lihat negeri-negeri yang dilalui para Nabi tersebut seperti Jazirah Arab, Iraq, Suriah, Palestin, Mesir dan sebagainya saat ini jadi negara-negara Muslim. Bayangkan jika para Nabi bughot. Tentu sebahagian besar rakyat di negara-negara tersebut juga hancur.
Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” NABI SAW menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.”
(HR. Bukhari)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/

Mengkafirkan orang yang mengucapkan Salam itu haram:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan ALLAH, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia...”
(Surah 4  AN NISAA' : 94)

Haram bersekutu dengan Yahudi dan Nasrani untuk bughot membunuh sesama Muslim"

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani).”
(Surah 5  AL MAA'IDAH : 52)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/09/18/yahudi-dan-nasrani-adalah-musuh-islam-yang-utama/

Tanya kepada Ulama yang Adil seperti Syekh Al Buti kenapa beliau menentang bughot:

“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui.”
(Surah 16  AN NAHL : 43)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2007/09/14/keutamaan-ilmu/
Hindari Da'i-da'i yang malah menyeru ke neraka. Kerana mengajak kita mengkafirkan Muslim, Membunuh Muslim bahkan ulama, Bughot, dan bersekutu dengan Yahudi dan Nasrani memerangi Muslim. Sengaja atau tidak:

Hadits Hudzaifah: NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM bersabda:

“Ya,” Dai – dai yang mengajak ke pintu Neraka Jahanam. Barangsiapa yang mengikutinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya: Wahai RASULULLAH, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda: “Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita.” Aku bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda: “Berpegang teguhlah pada Jamaah Muslimin dan imamnya.” Aku bertanya: “Bagaimana jika tidak ada jamaah mahupun imamnya?” Beliau bersabda: “Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu.”
(Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)

Bughot itu ertinya memberontak terhadap pemerintah yang sah dengan senjata. Mengenai Bughot ini ada ulama yang membolehkan. Ada pula ulama yang mengharamkannya. Mari kita kaji al Quran dan Hadits soal ini.

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman yang bermaksud :

"Hai sekalian orang yang beriman, taatlah engkau semua kepada ALLAH dan taat pulalah kepada RASULULLAH, juga kepada orang-orang yang memegang pemerintahan dari kalanganmu sendiri."
(Surah 4  AN NISAA' : 59)

Daripada Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda yang bermaksud :

"Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dengan patuh serta mentaati, baik dalam hal yang ia senangi dan yang ia benci, melainkan jikalau ia diperintah untuk sesuatu kemaksiatan. Maka apabila ia diperintah oleh penguasa pemerintahan dengan sesuatu kemaksiatan, tidak bolehlah ia mendengarkan perintahnya itu dan tidak boleh pula mentaatinya."
(Muttafaq 'alaih)

Daripada Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma pula, katanya:

"Kita semua itu apabila berbai'at kepada RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM untuk mendengar dengan patuh dan mentaati (apa-apa yang diperintahkan olehnya), beliau SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM selalu bersabda :

"Dalam apa yang engkau semua kuasa melaksanakannya yakni dengan sekuat tenaga yang ada padamu semua."
(Muttafaq 'alaih)

Daripada Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma pula, katanya: "Saya mendengar RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda :

“Barangsiapa yang melepaskan tangan ketaatan yakni keluar dari ketaatan terhadap penguasa pemerintah, maka orang itu akan menemui ALLAH pada hari kiamat, sedang ia tidak mempunyai hujjah alasan lagi untuk membela diri dari kesalahannya itu. Adapun yang meninggal dunia sedang di lehernya tidak ada pembai'atan untuk mentaati pada pemerintahan yang benar, maka matilah ia dalam keadaan mati jahiliyah."
(Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan:

"Dan barangsiapa yang mati dan ia menjadi orang yang memecah belah persatuan umat (kaum Muslimin), maka sesungguhnya ia mati dalam keadaan mati jahiliyah."

Daripada Anas radhiallahu 'anhuma, katanya: RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda:

"Dengarlah olehmu semua dengan patuh dan taatlah pula, sekalipun yang digunakan yakni yang diangkat sebagai pemegang pemerintahan atasmu semua itu seorang hamba sahaya keturunan Habsyi (orang berkulit hitam), yang di kepalanya itu seolah-olah ada bintik-bintik hitam kecil-kecil."
(Riwayat Bukhari)

Daripada Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhuma, katanya: RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda:

"Wajiblah atasmu itu mendengar dengan patuh serta mentaati baik engkau dalam keadaan sukar ataupun lapang, juga baik engkau dalam keadaan rela menerima perintah itu ataupun dalam keadaan membencinya dan juga dalam hal yang mengalahkan kepentingan dirimu sendiri."
(Riwayat Muslim)

Daripada Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma, katanya:

"Kita semua bersama RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM dalam berpergian, kemudian kita turun berhenti di suatu tempat pemberhentian. Di antara kita ada yang memperbaiki pakaiannya, ada pula yang berlumba panah memanah dan ada pula yang menyampingi ternak-ternaknya. Tiba-tiba di kala itu berserulah penyeru RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM mengatakan: "Solat jamaah akan segera dimulai." Kita semua lalu berkumpul ke tempat RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, kemudian beliau bersabda : "Sesungguhnya tiada seorang Nabipun yang sebelum saya itu, melainkan adalah haknya untuk memberikan petunjuk kepada umatnya kepada apa-apa yang berupa kebaikan yang ia ketahui akan memberikan kemanfaatan kepada umatnya itu, juga menakut-nakuti dari keburukan apa-apa yang ia ketahui akan membahayakan mereka. Sesungguhnya umatmu semua ini keselamatannya diletakkan di bahagian permulaannya dan kepada bahagian penghabisannya akan mengenailah suatu bencana dan beberapa persoalan yang engkau semua mengingkarinya (tidak menyetujui kerana berlawanan dengan syariat). Selain itu akan datang pula beberapa fitnah yang sebahagiannya akan menyebabkan ringannya bahagian yang lainnya. Ada pula fitnah yang akan datang, kemudian orang mukmin berkata: "Inilah yang menyebabkan kerosakkanku," lalu fitnah itu lenyaplah akhirnya. Juga ada fitnah yang datang, kemudian orang mukmin berkata: "Ini, inilah yang terbesar (dari berbagai fitnah yang pernah ada)." Maka barangsiapa yang senang jikalau dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, hendaklah ia sewaktu didatangi oleh kematiannya itu, ia dalam keadaan beriman kepada ALLAH dan hari akhir, juga memperlakukan para manusia dengan sesuatu yang ia senang jika diperlakukan sedemikian itu oleh orang lain. Dan barangsiapa yang membai'at seorang imam (pemuka), lalu ia telah memberikan tapak tangannya (dengan berjabatan tangan) dan memberikan pula buah hatinya (maksudnya keikhlasan), maka hendaklah ia mentaatinya apabila ia kuasa demikian yakni sekuat tenaga yang ada pada dirinya. Selanjutnya jikalau ada orang lain yang hendak mencabut yakni merampas kekuasaan imam yang telah dibai'at tadi, maka pukullah leher orang lain itu yakni perangilah yang membangkang tersebut.”
(Riwayat Muslim)

Sabdanya: yantadhilu ertinya berlumba dengan permainan melemparkan panah atau berpanah-panahan. Aljasyaru dengan fathahnya jim dan syin mu'jamah dan dengan ra', iaitu binatang-binatang yang sedang digembalakan dan bermalam di tempatnya itu pula. Sabdanya: yuraqqiqu ba'dhuha ba'dhan ertinya yang sebahagian membuat ringan pada yang sebahagian lagi, sebab besarnya apa yang datang sesudah yang pertama itu. Jadi yang kedua menyebabkan dianggap ringannya yang pertama. Ada yang mengatakan bahawa ertinya ialah yang sebahagian menggiring yakni menyebabkan timbulnya sebahagian yang lain dengan memperbaguskan serta mengelokkannya, juga ada yang mengatakan bahawa ertinya itu ialah menyerupai yang sebahagian pada sebahagian yang lainnya.

Daripada Abu Hunaidah iaitu Wail bin Hujr radhiyallaahu ‘anhuma, katanya:

"Salamah bin Yazid al-Ju'fi bertanya kepada RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, lalu ia berkata: "Ya Nabiyullah, bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau kita semua diperintah oleh beberapa orang penguasa, mereka selalu meminta hak mereka dan menghalang-halangi apa yang menjadi hak kita. Apakah yang Tuan perintahkan itu terjadi?" RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM memalingkan diri dari pertanyaan itu (seolah-olah tidak mendengarnya). Kemudian Salamah bertanya sekali lagi, kemudian RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda: "Dengarlah olehmu semua (apa yang diperintahkan) dan taatilah, sebab sesungguhnya atas tanggungan mereka sendirilah apa-apa yang dibebankan pada mereka (yakni bahwa mereka berdosa jikalau mereka menghalang-halangi hak orang-orang yang di bawah kekuasaannya) dan atas tanggunganmu sendiri pulalah apa yang dibebankan padamu semua (yakni engkau semua juga berdosa jikalau tidak mentaati pimpinan orang yang sudah sah dibai'at)."
(Riwayat Muslim)

Daripada Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu ‘anhuma, katanya:

"RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda: "Sesungguhnya saja akan datanglah sesudahku nanti suatu cara mementingkan diri sendiri (dari golongan penguasa negara sehingga tidak memperdulikan hak kaum Muslimin yang diperintah) serta beberapa perkara-perkara yang engkau semua mengingkarinya (tidak menyetujui kerana menyalahi ketentuan-ketentuan syariat)." Para sahabat lalu berkata: "Yaa RASULULLAH, kalau sudah demikian, maka apakah yang Tuan perintahkan kepada yang orang menemui keadaan semacam itu dari kita (kaum Muslimin)?" RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM menjawab: "Engkau semua harus menunaikan hak orang yang harus menjadi tanggunganmu dan meminta kepada ALLAH hak yang harus engkau semua peroleh."
(Muttafaq 'alaih)

Daripada Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhuma, katanya;

"RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda: "Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia telah mentaati ALLAH dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia telah bermaksiat pula kepada ALLAH dan barangsiapa yang mentaati amir (pemegang pemerintahan), maka ia benar-benar mentaatiku dan barangsiapa yang bermaksiat kepada amir, maka ia benar-benar bermaksiat kepadaku."
(Muttafaq 'alaih)

Daripada Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda:

"Barangsiapa yang membenci sesuatu tindakan dari amirnya (yang memegang pemerintahannya), maka hendaklah ia bersabar, sebab sesungguhnya barangsiapa yang keluar (yakni membangkang) dari seorang sultan (penguasa negara) dalam jarak sejengkal, maka matilah ia dalam keadaan mati jahiliyah."
(Muttafaq 'alaih)

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda:

“Sesungguhnya kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang kalian mengetahui mereka namun kalian mengingkarinya. Maka barangsiapa yang membencinya ia telah bebas dan barangsiapa yang mengingkarinya ia telah selamat, akan tetapi orang yang rela dan mengikuti.” Para sahabat bertanya: “Wahai RASULULLAH, apakah tidak kita perangi mereka?” Beliau menjawab: “Tidak, selama mereka masih solat.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim

Daripada Abu Bakrah radhiyallaahu ‘anhuma, katanya:

"Saya mendengar RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda: "Barangsiapa yang merendahkan seorang sultan (penguasa Negara), maka ia akan direndahkan oleh ALLAH."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah hadits hasan.

Daripada Abu Ruqayyah Tamim ad-Dari, bahawa RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM telah bersabda,

“Agama (Islam) itu adalah nasihat.” (beliau mengulanginya tiga kali), Kami bertanya, “Untuk siapa, wahai RASULULLAH?” Beliau menjawab, “Untuk ALLAH, kitabNya, rasulNya, imam-imam kaum muslimin, dan kaum muslimin umumnya.”
(HR Bukhari, Muslim, Ahmad)

Penjelasan hadits di atas di antaranya dilarang memberontak terhadap para pemimpin dan menasihati dengan cara yang baik terhadap sesama Muslim:

“Nasihat bagi para imam/pemimpin kaum muslimin.”

Ertinya, membantu dan mentaati mereka di atas kebenaran. Memerintahkan dan mengingatkan mereka untuk berdiri di atas kebenaran dengan cara yang halus dan lembut. Mengabarkan kepada mereka ketika lalai dari menunaikan hak-hak kaum muslimin yang mungkin belum mereka ketahui, tidak memberontak terhadap mereka, dan melunakkan hati manusia agar mentaati mereka.

Imam al-Khaththabi menambahkan, “Dan termasuk dalam makna nasihat bagi mereka adalah solat di belakang mereka, berjihad bersama mereka, menyerahkan sedekah-sedekah kepada mereka, tidak memberontak dan mengangkat pedang (senjata) terhadap mereka (baik ketika mereka berlaku zalim mahupun adil), tidak terpedaya dengan pujian dusta terhadap mereka, dan mendoakan kebaikan untuk mereka. Semua itu dilakukan bila yang dimaksud dengan para imam adalah para khalifah atau para penguasa yang menangani urusan kaum muslimin, dan inilah yang masyhur.” Lalu beliau melanjutkan, “Dan boleh juga ditafsirkan bahawa yang dimaksud dengan para imam adalah para ulama, dan nasihat bagi mereka bererti menerima periwayatan mereka, mengikuti ketetapan hukum mereka (tentu selama mengikuti dalil), serta berbaiksangka (husnu zh-zhan) kepada mereka.” 
(Syarah Shahih Muslim (2/33-34), I’lam al-Hadits (1/192-193)).

“Nasihat bagi kaum muslimin umumnya.”

Ertinya, membimbing mereka menuju kemaslahatan dunia dan akhirat, tidak menyakiti mereka, mengajarkan kepada mereka urusan agama yang belum mereka ketahui dan membantu mereka dalam hal itu baik dengan perkataan mahupun perbuatan, menutup aib dan kekurangan mereka, menolak segala bahaya yang dapat mencelakakan mereka, mendatangkan manfaat bagi mereka, memerintahkan mereka melakukan perkara yang makruf dan melarang mereka berbuat mungkar dengan penuh kelembutan dan ketulusan. Mengasihi mereka, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda dari mereka, diselingi dengan memberi peringatan yang baik (mau‘izhah hasanah), tidak menipu dan berlaku hasad (iri) kepada mereka, mencintai kebaikan dan membenci perkara yang tidak disukai untuk mereka sebagaimana untuk diri sendiri, membela (hak) harta, harga diri, dan hak-hak mereka yang lainnya baik dengan perkataan mahupun perbuatan, menganjurkan mereka untuk berperilaku dengan semua macam nasihat di atas, mendorong mereka untuk melaksanakan ketaatan dan sebagainya. 
(Syarh Shahih Muslim (II/34), I’lamul-Hadits (I/193)).

Diterangkan oleh Syaikh Abdul Qadir Audah dalam al-Tasyri’ al-Jina’

ومع ان العدالة شرط من شروط الامامة الا ان الرأي الراجح في المذاهب الاربعة ومذهب الشيعة الزيدية هو تحريم الخروج على الامام الفاسق الفاجر ولو كان الخروج للامر بالمعروف والنهي عن المنكر لان الخروج على الامام يؤدي عادة الى ماهو انكر مما فيه وبهذا يمتنع النهي عن المنكر لان مشروطه لايؤدي الانكار الى ماهو انكر من ذلك الى الفتن وسفك الدماء وبث الفساد واضطراب البلاد واضلال العباد وتوهين الامن وهدم النظام

"Memang sikap adil merupakan salah satu syarat-syarat menjadi imam / pemimpin, hanya saja pendapat yang  kuat dalam kalangan madzhab empat dan madzhab Syi’ah Zaidiyyah mengharamkan bertindak  bughot/berontak terhadap imam yang fasik lagi curang walaupun  bughot itu dengan dalih amar makruf nahi munkar. Kerana  egar kepada imam biasanya akan mendatangkan suatu keadaan yang lebih munkar dari pada keadaan sekarang. Dan sebab alasan ini maka tidak diperbolehkan mencegah kemungkaran, kerana persyaratan mencegah kemungkaran harus tidak mendatangkan fitnah, pembunuhan, meluasnya kerosakan, kekacauan  negara, tersesatnya rakyat, lemah keamanan dan rosaknya stabiliti."

Bagaimana bughot terhadap pemimpin yang kafir dan zalim? Boleh tidak?

Sesungguhnya sunnah dari Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, dan Pemuda Ashabul Kahfi menunjukkan bahawa bughot terhadap pemimpin kafir dan zalim pun dilarang. Khuatirnya membawa kerosakan.

Firaun itu adalah manusia yang paling kafir dan paling zalim. Firaun mengaku Tuhan dan membunuh bayi-bayi yang tak berdosa. Meski demikian, Nabi Musa tidak bughot terhadap Firaun.

Firman ALLAH SUBHANAHU WA TAALA :

"Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
(Surah 20  THAAHAA : 43-44)

NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM pun saat ditindas penguasa kafir Mekah bahkan hendak dibunuh tidak bughot. Khuatirnya menimbulkan kerosakan. Padahal dengan pertolongan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, nescaya kedua Nabi itu pasti menang. Namun beliau diperintahkan hijrah ke Madinah. Begitu pula para pemuda Ashabul Kahfi yang melarikan diri ke gua.

Kenapa Bughot dilarang/diharamkan?

Kerana menimbulkan kerosakan yang besar. Baik di pihak penguasa, mahu pun di pihak pemberontak.


Para penguasa memiliki tentera dan senjata yang kuat serta sejumlah pengikut. Sementara pemberontak memiliki sedikit senjata. Walau pun pemberontak boleh meningkatkan kemampuannya, namun waktunya lama. Peperangan pun jadi lama dan menimbulkan banyak korban. Rakyat pun menderita. Kerana mereka terjebak di medan perang. Medan Perang ada di rumah mereka.

S 2 JANGAN BURUK SANGKA/MENDUGA HATI MANUSIA

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA melarang kita untuk buruk sangka/menduga-duga hati manusia. Tidak boleh kita mengatakan seseorang sebagai pura-pura, taqiyyah, bohong, dan sebagainya. Yang boleh kita nilai adalah yang zahir seperti ucapan dan perbuatan. Jika ucapannya menyimpang, baru kita boleh beritahu bahawa mereka salah. Atau jika ucapannya baik, tapi perbuatannya menyimpang. Tapi selama perkataan dan perbuatan seseorang lurus, kita tidak boleh menghujat mereka. Kita bukan mind reader. Kita bukan pembaca fikiran atau pun pembaca hati manusia! Hanya ALLAH SUBHANAHU WA TAALA yang tahu hati manusia! Ini dalil-dalilnya:

Larangan berburuk sangka/curiga :

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan perasangka (kecurigaan), kerana sebahagian dari perasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(Surah 49  AL HUJURAAT : 12)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/

Berhati-hatilah terhadap buruk sangka. Sesungguhnya buruk sangka adalah ucapan yang paling bodoh.
(HR. Bukhari)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan ALLAH, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu [Atau La ilaaha illallahu]: "Kamu bukan seorang mukmin." (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, kerana di sisi ALLAH ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu mukmin tsb juga kafir], lalu ALLAH menganugerahkan nikmatNya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(Surah 4  AN NISAA' : 94)

Tidak boleh kita mengkafirkan orang yang mengucapkan Tahlil hanya dengan dugaan buruk. Apalagi sampai membunuhnya:

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid ra : RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM pernah mengirimkan kami dalam suatu pasukan (sariyyah); lalu pada pagi hari kami sampai ke Huruqat di suku Juhainah, di sana saya menjumpai seorang lelaki, dia berkata, “La ilaha illallah – tiada tuhan selain ALLAH,” tetapi saya tetap menikamnya (dengan tombak), lalu saya merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Setelah sampai di Madinah, saya memberitahukan hal tersebut kepada NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM, lalu beliau bersabda, “Dia mengatakan, ‘La ilaha illallah’, kemudian kamu membunuhnya?” Saya berkata, “Wahai RASULULLAH, sungguh dia mengatakannya hanya kerana takut pada senjata.” Beliau bersabda, “Tidakkah kamu belah dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya supaya kamu mengetahui, apakah hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau tidak?” Demikianlah, beliau berulang-ulang mengucapkan hal itu kepada saya sehingga saya menginginkan seandainya saya masuk Islam pada hari itu saja. Sa’ad berkata, “Demi ALLAH, saya tidak membunuh seorang Muslim sehingga dibunuhnya oleh Dzul Buthain, maksudnya Usamah.” Lalu ada orang lelaki berkata, “Bukankah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA telah berfirman, Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. (QS Al-Anfal (8): 39).” Lalu Sa’ad menjawabnya, “Kami sudah memerangi mereka supaya jangan ada fitnah, sedangkan kamu bersama kawan-kawanmu menginginkan berperang supaya ada fitnah.”
(1: 67 – 68 – Sahih Muslim)

Kita ulangi perkataan Nabi di atas:

“Tidakkah kamu belah dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya supaya kamu mengetahui, apakah hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau tidak?”

Begitu Nabi mengatakan berulang-ulang ke Usamah sehingga Usamah amat menyesal sekali dan tidak pernah lagi membunuh seorang Muslim/yang mengucapkan Tahlil sehingga beliau terbunuh.

Daripada Usamah bin Zaid ra, katanya: “RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM mengirim kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita berpagi-pagi menduduki tempat air mereka. Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar bertemu dengan seorang lelaki dari golongan mereka (musuh). Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya (tidak menyakiti sama sekali), sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga saya membunuhnya. Setelah kita datang ke Madinah, peristiwa itu sampai kepada NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM, kemudian beliau bertanya padaku: “Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan La ilaha illallah?” Saya berkata: “Ya RASULULLAH, sebenarnya orang itu hanya untuk mencari perlindungan diri saja yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk mencari selamat, sedang hatinya tidak meyakinkan itu.” NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM bersabda lagi: “Adakah ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha illallah?” Ucapan itu sentiasa diulang-ulangi oleh NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM, sehingga saya mengharap-harapkan, bahawa saya belum menjadi Islam sebelum hari itu yakni bahawa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja, supaya tidak ada dosa dalam diriku.”
(Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan:

Lalu NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM bersabda: “Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?” Saya menjawab: “Ya RASULULLAH, sesungguhnya ia mengucapkan itu semata-mata kerana takut senjata.” NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM bersabda: “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui, apakah mengucapkan itu kerana takut senjata ataukah tidak yakni dengan keikhlasan.” NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan bahawa saya masuk Islam mulai hari itu saja.

Hadis riwayat Itban bin Malik ra :

Daripada Mahmud bin Rabi` ia berkata: Aku datang ke Madinah dan bertemu Itban. Dan aku berkata: Aku mendengar cerita tentang engkau. Itban berkata: Mataku terkena suatu penyakit. Lalu aku menyuruh orang menghadap RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM untuk mengatakan kepada beliau bahwa aku ingin engkau (RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM) datang dan mengerjakan solat di rumahku, sehingga aku dapat menjadikannya sebagai mushalla. Nabi pun datang bersama beberapa orang sahabat beliau. Beliau masuk dan mengerjakan solat di rumahku. Sementara itu para sahabat saling berbincang di antara mereka. Mereka umumnya sedang membicarakan Malik bin Dukhsyum (ertinya, mereka membicarakan sikap orang-orang munafik yang buruk, di antaranya Malik). Mereka ingin RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM berdoa agar Malik mendapat celaka. Mereka ingin ia tertimpa malapetaka. Ketika RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM selesai solat, beliau bertanya: Bukankah ia bersaksi: Bahwa tiada Tuhan selain ALLAH dan aku adalah utusan ALLAH? Para sahabat menjawab: Memang benar ia mengucapkan itu, tetapi itu tidak ada dalam hatinya. RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda: Seseorang yang bersaksi bahawa tiada Tuhan selain ALLAH dan bahawa aku adalah utusan ALLAH, tidak akan masuk neraka atau dimakan api neraka.
(Shahih Muslim No.48)

Daripada Jundub bin Abdullah ra bahawasanya RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahawa mereka itu telah bertemu(berhadap) hadapan. Kemudian ada seorang lelaki dari kaum musyrikin menghendaki menuju kepada seorang dari kaum Muslimin lalu ditujulah tempatnya lalu dibunuhnya. Lalu ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahawa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: “La ilaha illallah.” Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa berita gembira kepada RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM -memberitahukan kemenangan-, RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bertanya kepadanya -perihal jalannya peperangan- dan orang itu memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil oleh RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM dan menanyakan padanya, lalu sabdanya: “Mengapa engkau membunuh orang itu?” Orang tadi menjawab: “Ya RASULULLAH, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan.” Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: “Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: “La ilaha illallah.” RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bertanya: “Apakah ia sampai kau bunuh?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian beliau bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Orang itu berkata: “Ya RASULULLAH, mohonkanlah pengampunan -kepada Allah- untukku.” RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: “Bagaimanakah yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?”
(Riwayat Muslim)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/

Untuk hal yang buruk/jahat, Allah tidak menghitung niat atau hati kita selama kita tidak mengucapkannya atau melakukannya:

Hadis riwayat Abu Hurairah ra, ia berkata:

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda : Sesungguhnya ALLAH melewati (tidak memperhitungkan) kata hati pada umatku, selama mereka tidak mengatakannya atau melakukannya.
(Shahih Muslim No.181)

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra. : 

Daripada RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM tentang apa yang diriwayatkan dari Allah Taala bahwa Allah berfirman: Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejelekan. Kemudian beliau (RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM) menerangkan: Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan, tetapi tidak jadi mengerjakannya, maka Allah mencatat niat itu sebagai satu kebaikan penuh di sisiNya. Jika ia meniatkan perbuatan baik dan mengerjakannya, maka ALLAH mencatat di sisiNya sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat hingga kelipatan yang sangat banyak. Kalau ia berniat melakukan perbuatan buruk, tetapi tidak jadi melakukannya, maka ALLAH mencatat hal itu sebagai satu kebaikan yang sempurna di sisiNya. Jika ia meniatkan perbuatan buruk itu, lalu melaksanakannya, maka ALLAH mencatatnya sebagai satu keburukkan.
(Shahih Muslim No.187) 

Jadi berhentilah menduga-duga hati manusia. Kalau ada yang bilang "Tuhan saya bukan ALLAH", baru kita boleh mengkafirkan dia. Atau kalau ada orang yang tengah menganiaya orang yang lemah, baru kita boleh menghentikan kezalimannya. Tapi kalau cuma di hati saja, ya biarkan saja. Serahkan kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

Lantas, bagaimana kita mengetahui Orang Munafik?

Tetap saja kita menilainya secara zahir dari lisan dan perbuatan mereka. Misalnya lisan dengan lisan, atau lisan dengan perbuatan. Jika saat bertemu kita mereka mengaku beriman, tapi dengan teman-teman mereka mereka mengaku tidak beriman, itu ertinya mereka bohong.

NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM bersabda yang bermaksud:

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, iaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat.”
(HR. Muslim)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2009/06/24/jangan-berbohong-karena-dusta-ciri-orang-munafik/
Atau jika mereka mengaku Pembela Islam, tapi kenyataannya mereka bekerjasama dengan orang-orang kafir memerangi sesama Muslim, itu bererti mereka munafik. Kita menilainya secara zahir.

Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya ALLAH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
(Surah 5  AL MAA'IDAH :  51)

Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai umat Islam:

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan ALLAH akan mendatangkan kemenangan (kepada RasulNya), atau sesuatu keputusan dari sisiNya. Maka kerana itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahsiakan dalam diri mereka.”
(Surah 5  AL MAA'IDAH :  52)


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/09/18/yahudi-dan-nasrani-adalah-musuh-islam-yang-utama/

Jika ada sesuatu hal yang meragukan kita, hendaknya kita bertanya pada jumhur ulama yang lurus. Jangan menduga-duga apalagi main comot berita dari internet yang sumbernya tidak jelas.

"...Bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."
(Surah 16  AN NAHL : 43)