Setiap
muslim pasti bercita-cita untuk mendapatkan cinta Allah swt. Sebab bila kita
sudah menjadi kekasih-Nya, seluruh kebaikan duniawi dan ukhrawi boleh kita
gapai dengan mudah. Persoalannya, bagaimana agar cita-cita tersebut menjadi
kenyataan? Sesungguhnya banyak cara yang boleh kita lakukan untuk menggapai
cinta-Nya, namun kerana keterbatasan bahan, saya akan membahas yang asasnya
sahaja.
Pertama -
membaca, memahami, dan mengamalkan Al Quran.
Cara ini akan melahirkan cinta dan kerinduan kepada-Nya, syukur dan
sabar, tawadhuk (rendah hati) dan khusyuk, serta seluruh sifat yang boleh
mengantarkan pada cinta dan redha-Nya.
(Ibnu
Rajab, Ikhtiyaar Al-Uula, hal 114)
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami (Allah) turunkan kepadamu, yang di
dalamnya penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya
mendapatkan pelajaran orang-orang yang mau menggunakan akalnya.”
(Q.S.
Shaad 38:29).
Al Quran
adalah kitab suci yang harus difahami, bukan sekadar dibaca. Fakta menunjukkan,
yang rajin membaca Al Quran tapi tidak faham isinya, sehingga tidak bersemangat
untuk mengamalkannya. Untuk itu, biasakan juga membaca terjemahannya untuk
membantu pemahaman.
Pengalaman
menunjukkan, awalnya memang agak susah mencerna maksud terjemahan Al Quran,
namun kalau kita sering membacanya, lama kelamaan akan mudah memahaminya.
Sebenarnya ini berlaku untuk semua ilmu, kalau kita tidak pernah membaca
buku-buku psikologi misalnya, akan susah mencerna isinya, tapi kalau sudah
sering, insya Allah kesulitan ini bisa diatasi. Saat membaca Al Quran, para
sahabat mengutamakan pemahaman dan implemantasi/pengamalan. Ibnu Abbas r.a.
berkata, “Kebiasaan kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Quran,
kami tidak akan melampauinya sebelum kami memahami secara benar maknanya dan
mengamalkannya”. (HR. Athabari dalam tafsirnya dengan sanad yang
shahih).
Sementara
kita, lebih mengutamakan khatam (tamat) ketimbang faham. Alangkah indahnya
kalau kita sering khatam dan faham serta implementatif. Setelah faham, langsung
diaplikasikan dalam kehidupan.
Anas r.a.
mengatakan, “Abu Thalhah r.a. –seorang sahabat dari kaum Anshar di Madinah–
adalah orang yang banyak hartanya, di antara harta yang paling disenanginya
adalah kebun kurma yang menghadap ke masjid, bahkan Rasulullah saw. pun pernah
singgah di kebun itu. Ketika turun firman Allah swt yang berbunyi:
“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari harta yang kamu cintai.”
(QS. Ali
Imran 3:92),
Abu
Thalhah bergegas menemui Rasulullah saw seraya berkata, “Ya
Rasulullah, sungguh aku telah faham ayat itu, maka harta yang paling aku cintai
adalah kebun kurma yang menghadap ke masjid. Untuk itu saksikanlah, demi Allah
aku sedekahkan kebun itu untuk mendapatkan pahala di sisi-Nya. Maka silakan Ya
Rasulullah bagikan sebagaimana Allah telah mengajarkannya kepadamu.”
(H.R.
Bukhari-Muslim).
Kalau
kita bagaimana?
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunah setelah
melaksanakan yang wajib. (Ibnul Qayyim, Madaarijus Saalikiin, jilid 3,
hal. 13)
Abu
Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“. . . Tidak ada amalan yang paling Aku cintai dari hamba-Ku kecuali apa
yang telah diwajibkan kepadanya. Dan Aku mencintai hamba-Ku yang sentiasa
mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah . . .”
(H.R.
Bukhari).
Menurut
riwayat ini, ada dua hal yang menyebabkan Allah swt mencintai kita.
-
Pertama, konsisten melaksanakan ibadah-ibadah fardu/wajib, seperti
solat lima waktu, shaum Ramadhan, zakat, haji kalau sudah mampu, dll.
- Kedua, melaksanakan amalan-amalan sunnah, seperti solat rawatib,
tahajud, dhuha, shaum isnin-khamis, dll. Ibadah-ibadah ini akan menjadi pupuk
bagi hati kita sehingga tetap hidup dan subur. Allah swt. akan
merespon taqarrub (pendekatan diri) kita dua kali lipat dari apa yang kita
lakukan.
Rasulullah saw. pernah bersabda melalui hadits qudsinya, Allah swt.
berfirman:
“Jika ia (manusia) bertaqarrub kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat
kepadanya satu hasta. Jika ia bertaqarrub kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat
kepada-Nya satu depa. Dan apabila ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku
mendatanginya dengan berlari.”
(H.R.Imam
Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Jadi,
kalau kita memberi satu cinta kepada Allah, Dia akan memberi dua cinta kepada
kita. Kalau kita memberi tiga cinta, maka Allah akan memberi empat cinta,
demikian seterusnya. Kerana itu, dekatkanlah diri kepada-Nya dengan
ibadah-ibadah sunah setelah kita melaksanakan yang wajib, pasti Dia akan
mencintai kita.
Ketiga,
memperbanyak zikir, baik dengan lisan ataupun perbuatan. Allah swt.
memerintahkan untuk memperbanyak zikir dalam setiap kesempatan,
“Dan zikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu
beruntung.”
(Q.S. Al
Jumu’ah 62:10).
Ada dua macam zikir, muqayyad dan muthlaq.
- Zikir
Muqayyad adalah zikir yang jenis dan jumlahnya telah ditetapkan Rasulullah saw.
seperti zikir setelah solat fardhu (wajib) membaca Subhanallah, Alhamdulillah,
dan Allahu Akbar masing-masing 33 kali. Kerana Rasulullah telah menetapkan
jenis dan jumlahnya, kita tidak boleh menambahi atau menguranginya.
- Zikir
muthlaq adalah zikir yang jenis dan jumlahnya tidak ditetapkan oleh Rasulullah
saw, namun disesuaikan pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Misalnya saat
menghadapi ujian kita agak gelisah, nah kita boleh berzikir apa saja sesuai
kemauan, boleh baca astaghfirullah, subhanallah, alhamdulillah, dll.
Jumlahnyapun terserah kita, berapa saja boleh. Allah swt. akan mencintai
hamba-Nya yang selalu menyertakan zikir dalam seluruh aktiviti sehariannya.
Mendapat kebahagiaan mengucapkan alhamdulillah, tertimpa musibah mengucapkan
innalillahi wa inna ilaihi raaji’un, melihat kemaksiatan mengucapkan
astaghfirullah, memulai perbuatan baik mengucapkan bismillah, melihat sesuatu
yang mengagumkan mengucapkan subhanallah, dll. Ini indikator bahawa kita selalu
mengingat-Nya, sehingga Allah swt. akan mengingat kita.
“Kerana itu, ingatlah kepada-Ku, nescaya Aku akan mengingat pula
kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta janganlah kamu mengingkari
nikmat-Ku."
(Q.S. Al
Baqarah 2:152).
Allah
swt. akan menyertai orang-orang yang selalu berzikir kepada-Nya, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits qudsi,
“Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya ketika
ia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam
diri-Ku. Ketika ia menyebut-Ku di tengah-tengah sekelompok orang, maka Aku
menyebutnya di tengah-tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (kelompok
malaikat).”
(H.R.Imam
Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Dalam
riwayat lain disebutkan,
“Sesungguhnya Allah swt. berfirman: Aku bersama hamba-Ku selama ia
mengingat-Ku, dan selama kedua bibirnya masih bergerak menyebut nama-Ku.”
(H.R.
Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim )
Zikir
jangan diertikan sempit (sekadar dengan lisan), tapi juga harus tercermin dalam
perbuatan. Kalau kita berbisnes, bekerja, belajar, dll. dengan berpegang teguh
pada nilai-nilai kebenaran dan kejujuran, ini juga disebut zikir. Allah swt.
menyebutkan ciri-ciri orang yang dicintai-Nya,
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dalam keadaan
berbaring…”
(QS. Ali
Imran 3: 191).
Ini yang
dimaksud zikir dalam perbuatan atau aktiviti. Apabila ketiga hal di atas
dilaksanakan, yakni memahami Al Quran, meningkatkan amaliah wajib dan sunnah,
serta selalu zikir dengan ucapan dan perbuatan, insya Allah kita akan menjadi
kekasih-Nya, dan kita akan rindu bertemu dengan-Nya,
“Barangsiapa yang mendambakan bertemu dengan Allah, Allah juga
mendambakan bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah,
Allah juga akan merasa benci bertemu dengannya.”
(HR.
Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Ad-Darimi, dan Nasa’i).
Realisasikan
cinta dan rindu kita kepada-Nya dengan cara mengerjakan apa yang Allah cintai,
meskipun diri kita sangat membenci dan menolak perbuatan tersebut, serta
tinggalkan apa yang Allah benci, meski sebenarnya kita sangat mencintai dan
menginginkannya. Semoga kita diberi kekuatan untuk boleh meraih cinta-Nya.
Amiin.
Wallahu A’lam.