Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Selasa, 5 Mac 2013

Bab 29 Menyampaikan Hajat-hajatnya Kaum Muslimin.



Allah Taala berfirman:

Ertinya : "Dan lakukanlah perbuatan baik, tentulah engkau semua akan berbahagia." 
(al-Haj: 77)

Allah Taala berfirman lagi:

Ertinya : "Dan apa saja kebaikan yang engkau semua lakukan, maka sesungguhnya Allah itu Maha mengetahuinya."
(al-Baqarah: 215)

245. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: 

Ertinya : "Seorang Muslim itu adalah saudaranya orang Muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya kepada musuh. Barangsiapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, maka Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barangsiapa melapangkan kepada seseorang Muslim akan satu kesusahannya, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi cela seseorang Muslim maka Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat."
(Muttafaq 'alaih)

246. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: 

Ertinya : "Barangsiapa yang melapangkan suatu kesusahan dari beberapa kesusahan seseorang Mukmin di dunia, maka Allah akan melapangkan untuknya suatu kesusahan dari berbagai kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada seseorang yang kesukaran, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi cela seseorang Muslim, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Allah itu selalu memberikan pertolongan kepada hambaNya, selama hamba itu suka memberikan pertolongan kepada saudaranya. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari suatu ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju ke syurga. Tiadalah sesuatu kaum itu berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, untuk membacakan kitab Allah yakni al-Quran juga mentadarusnya antara mereka itu membaca secara bergantian, melainkan turunlah kepada mereka ketenangan hati, ditutupi oleh kerahmatan Tuhan, juga diliputi oleh para malaikat dan Allah menyebutkan mereka itu di kalangan makhluk yang ada di sisinya. Barangsiapa yang diperlambatkan oleh amalannya sendiri, maka ia tidak akan dipercepatkan oleh keturunan darahnya yakni bahawa kebahagiaan itu tergantung pada amalan seseorang dan bukan kerana darah keturunan." 
(Riwayat Muslim)

Keterangan:

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Hadis ini ialah:

(a) Memudahkan ertinya memberi pertolongan. Maka dengan jelas dalam Hadis ini betapa utamanya memberikan pertolongan untuk menyampaikan hajat keperluan kaum Muslimin, baik yang berupa ilmu pengetahuan, harta, darjat, nasihat atau menunjukkannya ke arah kebaikan. Juga pertolongan yang berupa tenaga atau doa yang ditujukan agar saudaranya seagama itu tercapai maksudnya.

(b) Menempuh jalan ertinya, baikpun berjalan betul-betul untuk mencari ilmu itu misalnya pergi ke sekolah, pondok, pesantren dan lain-lain atau mencari jalan semacam kiasan, misalnya belajar sendiri menelaah kitab-kitab agama dan lain-lain sebagainya.

(c) Rumah Allah misalnya masjid, madrasah dan sebagainya.

(d) Orang yang suka melakukan ini (yakni berkumpul lalu belajar yang tak dimengerti atau mengajarkan yang sudah diketahui), orang tersebut akan mendapat ketenangan hati, dilimpahi rahmat Allah, dikerumuni malaikat kerana gembira melihat orang yang sedemikian itu dan oleh Allah disebut-sebut akan dimasukkan dalam golongan hambaNya yang sangat taqarrub (mendekat) dan sangat taat padaNya, seperti para malaikat dan sekalian Nabi, sebab bangga melihat perbuatan hambaNya yang baik itu dan mengagumkan sebutannya. Inilah Hadis yang menunjukkan keutamaan membaca Al Quran secara bersama-sama atau tadarus.

(e) Orang yang sedikit amal kebaikannya, tentu tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan takwa hanya dengan menonjol-nonjolkan keturunannya saja. Allah berfirman:

Ertinya : “Sesungguhnya orang yang termulia di antara engkau sekelian itu adalah orang yang paling takwa".

Dan lagi Nabi s.a.w. bersabda:


Ertinya : "Datanglah padaku esok pada hari kiamat dengan amal perbuatanmu, tidak dengan keturunanmu. Sesungguhnya aku tidak akan dapat memberikan pertolongan padamu semua dari siksa Allah itu sedikitpun (dengan membanggakan keturunan-keturunan itu)."

Bab 28 Menutupi Cela-cela Kaum Muslimin Dan Melarang Untuk Menyiar-nyiarkannya Tanpa Adanya Darurat.


Allah Taala berfirman:

Ertinya : "Sesungguhnya orang-orang yang suka jikalau keburukan itu merata di kalangan orang-orang yang beriman, maka orang-orang yang bersikap demikian itu akan memperoleh siksa yang pedih, baik di dunia maupun di akhirat."

241. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: 

Ertinya : "Tiada seseorang hambapun yang menutupi cela seseorang hamba yang lainnya di dunia, melainkan ia akan ditutupi celanya oleh Allah pada hari kiamat." 
(Riwayat Muslim)

242. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Setiap umatku itu dimaafkan, kecuali orang-orang yang menampak-nampakkan kejahatannya sendiri. Sesungguhnya setengah dari cara menampakkan keburukan sendiri itu ialah jikalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan di waktu malam, kemudian berpagi-pagi, sedangkan Allah telah menutupi keburukannya itu, tiba-tiba ia berkata paginya itu: "Hai Fulan, saya tadi malam melakukan demikian, demikian." Orang itu semalam-malaman telah ditutupi oleh Allah celanya, tetapi pagi-pagi ia membuka tutup Allah yang diberikan kepadanya itu." 
(Muttafaq 'alaih)

243. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. sabdanya: 

Ertinya : "Jikalau seseorang Amah hambasahaya wanita itu berzina, kemudian benar-benar nyata zinanya itu, maka hendaklah ia dijalad sebanyak lima puluh kali pukulan dengan cemeti sesuai dengan had yang ditentukan dan jangan mengolok-oloknya. Kemudian jikalau ia berzina lagi, maka jaladlah pula sebagai hadnya dan jangan pula diperolok-olokkan. Selanjutnya jikalau ia berzina untuk ketiga kalinya, maka hendaklah ia dijual saja dengan menunjukkan perilakunya yang tercela kepada calon pembelinya sekalipun dengan harga sebanding dengan seutas tali dari rambut." 
(Muttafaq 'alaih)

244. Dari Abu Hurairah r.a. lagi, katanya: 

Ertinya : "Nabi s.a.w. didatangi oleh sahabat-sahabatnya dengan membawa seorang lelaki yang telah minum arak. Kemudian beliau bersabda: "Pukullah ia sebagai hadnya." Abu Hurairah berkata: "Di antara kita ada yang memukul orang itu dengan tangannya, ada pula yang memukulnya dengan terumpahnya, bahkan ada yang memukulnya dengan pakaiannya. Setelah orang itu pergi, lalu sebahagian orang banyak itu ada yang berkata: "Semoga engkau dihinakan oleh Allah." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jangan berkata demikian itu, janganlah engkau semua memberikan pertolongan kepada syaitan untuk menggodanya lagi."

(Riwayat Bukhari)

Isnin, 4 Mac 2013

Bab 27 Mengagungkan Kehormatan-Kehormatan Kaum Muslimin Dan Uraian Tentang Hak-hak Mereka Serta Kasih-sayang Dan Belas kasihan Kepada Mereka.


Allah Taala berfirman:

Ertinya : "Dan barangsiapa yang mengagungkan peraturan suci dari Allah, maka itulah yang lebih baik baginya di sisi Tuhannya."
(al-Haj: 30)

Allah Taala berfirman pula:

Ertinya : "Dan barangsiapa yang mengagungkan tanda-tanda suci yakni agama Allah, maka sesungguhnya perbuatan sedemikian itu adalah kerana ketakwaan hati."
(al-Haj: 32)

Lagi Allah Taala berfirman:

Ertinya : Dan tundukkanlah sayapmu bersikap sopan santunlah terhadap kaum mukminin."
(al-Hijr: 88)

Allah Taala juga berfirman:

Ertinya : "Barangsiapa yang membunuh seseorang manusia bukan kerana sebagai hukuman membunuh orang atau dengan sebab membuat kerosakan di bumi merompak dan lain-lain, maka ia seolah-olah membunuh manusia seluruhnya dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya."
(al-Maidah: 32)

223. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: 

Ertinya : "Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain itu adalah sebagai bangunan yang sebahagiannya mengukuhkan kepada bahagian yang lainnya," dan beliau s.a.w. menjalinkan antara jari-jarinya."
(Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
Dalam menguraikan Hadis di atas. Imam al-Qurthubi berkata sebagai berikut:
"Apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. itu adalah sebagai suatu tamsil perumpamaan yang isi kandungannya adalah menganjurkan dengan sekeras-kerasnya agar seorang mukmin itu selalu memberikan pertolongan kepada sesama mukminnya, baik pertolongan apapun sifatnya (asal bukan yang ditujukan untuk sesuatu kemungkaran), Ini adalah suatu perintah yang dikukuhkan yang tidak boleh tidak, pasti kita laksanakan. Perumpamaan yang dimaksudkan itu adalah sebagai suatu bangunan yang tidak mungkin sempurna dan tidak akan berhasil dapat dimanfaatkan atau digunakan, melainkan wajiblah yang sebahagian dari bangunan itu mengukuhkan dan erat-erat saling pegang memegang dengan yang bahagian lain. Jikalau tidak demikian, maka bahagian-bahagian dari bangunan itu pasti berantakan sendiri-sendiri dan musnahlah apa yang dengan susah payah didirikan.

Begitulah semestinya kaum Muslimin dan mukminin antara yang seorang dengan yang lain, antara yang sekelompok dengan yang lain, antara yang satu bangsa dengan yang lain. Masing-masing tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam urusan keduniaan, keagamaan dan keakhiratan, melainkan dengan saling tolong-menolong, bantu-membantu serta kokoh mengokohkan. Manakala hal-hal tersebut di atas tidak dilaksanakan baik-baik, maka jangan diharapkan munculnya keunggulan dan kemenangan, bahkan sebaliknya yang akan terjadi, yakni kelemahan seluruh umat Islam, tidak dapat mencapai kemaslahatan yang sesempurna-sempurnanya, tidak kuasa pula melawan musuh-musuhnya ataupun menolak bahaya apapun yang menimpa tubuh kaum Muslimin secara keseluruhan. Semua itu mengakibatkan tidak sempurnanya ketertiban dalam urusan kehidupan duniawiah, juga urusan diniyah (keagamaan) dan ukhrawiah. Malahan yang pasti akan ditemui ialah kemusnahan, malapetaka yang bertubi-tubi serta bencana yang tiada habis-habisnya.

224. Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Barangsiapa yang berjalan di sesuatu tempat dari masjid-masjid kita atau pasar-pasar kita sedang ia membawa anak-anak panah, maka hendaklah memegang atau menutupi ujung-ujungnya dengan tapak tangannya, sebab dikuatirkan akan mengenai seseorang dari kaum Muslimin dengan sesuatu yang dibawanya tadi."
(Muttafaq 'alaih)

225. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Perumpamaan kaum Mukminin dalam hal saling sayang-menyayangi, saling kasih mengasihi dan saling iba-mengibai itu adalah bagaikan sesosok tubuh. Jikalau salah satu anggota dari tubuh itu ada yang merasa sakit, maka tertarik pula seluruh tubuh  kerana ikut merasakan sakitnya dengan berjaga tidak tidur serta merasa panas."
(Muttafaq 'alaih)

226. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: 

Ertinya : "Nabi s.a.w. mencium al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhuma dan di dekat beliau s.a.w. itu ada seorang bernama al-Aqra' bin Habis, lalu al-Aqra'berkata: "Saya ini mempunyai sepuluh orang anak, belum pernah saya mencium seseorangpun dari mereka itu." Rasulullah s.a.w. lalu memperhatikan orang itu, kemudian bersabda: "Barangsiapa yang tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya, maka tidak berbelas kasihani oleh Allah."
(Muttafaq 'alaih)

227. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: 

Ertinya : "Ada beberapa orang dari kalangan Arab(Arab pedalaman) datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu mereka berkata: "Adakah Tuan suka mencium anak-anak Tuan?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya." Mereka berkata: "Tetapi kita semua ini, demi Allah tidak pernah mencium anak-anak itu." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah saya dapat mencegah sekiranya Allah telah mencabut sifat belas kasihan itu dari hatimu semua."
(Muttafaq 'alaih)

228. Dari Jarir bin Abdullah, r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Barangsiapa yang tidak menaruh belas-kasihan kepada sesama manusia, maka Allah juga tidak menaruh belas-kasihan padanya."
(Muttafaq 'alaih)

229. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Jikalau seseorang dari engkau semua bersolat menjadi imamnya orang banyak, maka hendaklah meringankannya, sebab di kalangan para makmum itu ada orang lemah, ada orang sakit dan ada pula yang berusia tua. Tetapi jikalau bersolat sendirian munfarid, maka hendaklah memperpanjangkan solatnya itu sekehendak hatinya."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: "Di kalangan makmum itu juga ada orang yang mempunyai keperluan yang hendak segera diselesaikan."

230. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: 

Ertinya : "Sesungguhnya saja Rasulullah s.a.w. itu nescaya meninggalkan(tidak melakukan) suatu amalan,sedangkan beliau amat suka mengerjakan amalan itu dan ditinggalkannya tadi adalah kerana takut kalau orang-orang akan mengamalkan itu, sehingga akan menyebabkan diwajibkannya amalan tersebut atas mereka."
(Muttafaq 'alaih)

231. Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga, katanya: 

Ertinya : "Nabi s.a.w. melarang para sahabat melakukan puasa wishal tidak berbuka dalam malam hari puasa, sehingga dua hari puasa dijadikan satu dan terus berpuasa saja. Larangan ini adalah kerana belas-kasihan kepada mereka. Para sahabat bertanya: "Sesungguhnya Tuan sendiri suka berpuasa wishal". Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya ini tidaklah seperti keadaanmu semua, kerana sesungguhnya saya ini diberi makan serta minum oleh Tuhanku."
(Muttafaq 'alaih)
Ertinya ialah: Saya itu diberi kekuatan seperti orang yang makan dan minum.

232. Dari Abu Qatadah yaitu al-Harits bin Rib'i r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Sesungguhnya saya berdiri untuk bersolat dan saya bermaksud hendak memperpanjangkannya, kemudian saya mendengar tangisnya seorang anak kecil, lalu saya peringankan solatku itu kerana saya tidak suka membuat kesukaran kepada ibunya."
(Riwayat Bukhari)

233. Dari Jundub bin Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Barangsiapa yang bersolat Subuh, maka ia adalah di dalam tanggungan Allah, maka itu janganlah sampai Allah itu menuntut kepadamu semua dengan sesuatu dari tanggunganNya maksudnya jangan sampai mengerjakan kemaksiatan, jangan sampai meninggalkan solat Subuh, juga solat-solat fardhu yang lain, apalagi kalau ditambah dengan mengerjakan berbagai kemungkaran, kemaksiatan dan lain-lain lagi, sebab kalau demikian, maka lenyaplah ikatan janji untuk memberikan tanggungan keamanan dan lain-lain antara engkau dengan Tuhanmu itu". Sebab sesungguhnya barangsiapa yang dituntut oleh Allah dari sesuatu tanggunganNya, tentu akan dicapainya yakni tidak mungkin terlepas kemudian Allah akan melemparkannya atas mukanya dalam neraka Jahanam." 
(Riwayat Muslim)

Keterangan:
Jadi yang sudah bersolat Subuh dan dengan sendirinya mengerjakan solat fardhu lain-lain yang diwajibkan iaitu dengan Subuhnya sekali berjumlah lima waktu itu, jangan sampai berbual sesuatu keburukan yang berupa apapun. Sebabnya ialah dengan berbuat keburukan yang bagaimanapun macamnya adalah sebagai suatu penghinaan pada solatnya sendiri yang semestinya dapat mencegah segala kejahatan dan kemungkaran. Oleh sebab itu besar sekali siksaan Allah padanya, jika orang yang sudah bersolat itu masih juga berani melakukan hal-hal yang berdosa itu.
Uraian yang tertera di atas itu adalah penafsiran menurut Imam at-Thayyibi.
Ada pendapat lain dari sebahagian para alim ulama menyatakan bahawa maksud Hadis
itu ialah:
Jangan sampai kamu semua mengerjakan sesuatu yang sifatnya sebagai gangguan kepada orang yang selalu mengerjakan solat subuh itu dan dengan sendirinya juga solat-solat fardhu yang lain, sekalipun gangguan itu tampaknya remeh atau tidak bererti.
Dalam Hadis lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim ialah bahawa yang dikerjakan itu adalah solat Subuh dengan berjemaah. Dari kedua macam pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan, iaitu:

(a) Seruan keras kepada kita sekalian kaum Muslimin, agar jangan sekali-kali kita meninggalkan atau melalaikan solat lima waktu, agar kita sentiasa memperoleh rahmat
Allah Taala dan tiada seorangpun yang berani mengganggu kita, kerana Allah telah memberikan jaminan sedemikian itu kepada kita.

(b) Kita yang sudah mengenal kepada seseorang yang keadaan dan sifatnya sebagaimana di atas, jangan sekali-kali kita ganggu, baik dengan lisan atau perbuatan,
dengan sengaja atau tidak, juga secara senda-gurau atau tidak. Ringkasnya orang tersebut wajib kita hormati, kita muliakan dan kita ikut melindungi keselamatannya dari perbuatan orang lain yang hendak mengganggunya, sebab ia telah berada dalam jaminan Allah Taala dan menjadi tanggunganNya, untuk mendapatkan ketenteraman, keselamatan dan kesejahteraan.

(c) Orang yang berani mengganggu orang sebagaimana di atas itu, bererti menghina pada jaminan atau dzimmah Allah Taala yang telah diberikan kepadanya dan oleh sebab itu maka patutlah apabila dilemparkan saja nanti di akhirat dalam neraka dalam keadaan tertelungkup yakni mukanya di bawah. Betapa besar meresapnya Hadis di atas itu dalam kalbu kaum Muslimin, dapatlah kami kutipkan sebahagian keterangan yang ditulis oleh Imam as-Sya'rani dalam kitab al-Haudh, demikian intisarinya:
"Di zaman Bani Umayyah memerintah kaum Muslimin, iaitu sepeninggalnya Khulafa' Rasyidin, ada seorang gubernor yang diangkat oleh mereka untuk memerintah dan mengamankan daerah Kufah dan sekitarnya. Gubernor tersebut bernama al-Hajjaj yang
terkenal kejam, zalim dan bengis. Banyak alim-ulama yang ia bunuh secara teraniaya atau perintahnya. Namun demikian, manakala ada orang yang dicurigai hendak melawan atau menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah dan orang itu sudah menghadap di mukanya sesudah dipanggil, biasanya al-Hajjaj bertanya kepadanya: "Apakah anda tadi bersolat Subuh?" Jika dijawab: "Ya", maka orang yang hendak dipenggal lehernya itu dilepaskan kembali. Al-Hajjaj amat takut sekali terlaknat atau mendapatkan azab Allah, sebab ia tentunya juga pernah membaca atau mendengar Hadis sebagaimana yang tersebut di atas itu".
Kufah kini masuk Republik Irak.

234. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Seorang Muslim adalah saudaranya orang Muslim lainnya. Janganlah ia menganiayanya, jangan pula menyerahkannya kepada musuhnya. "Barangsiapa memberi pertolongan akan hajat saudaranya, maka Allah selalu menolongnya dalam hajatnya. Dan barangsiapa memberi kelapangan kepada seseorang Muslim dari sesuatu kesusahan, maka Allah akan melapangkan orang itu dari sesuatu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi cela seseorang Muslim, maka Allah akan menutupi cela orang itu pada hari kiamat."
(Muttafaq 'alaih)

235. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Seorang Muslim adalah saudaranya orang Muslim yang lain. Janganlah ia berkhianat kepada saudaranya itu dan jangan pula mendustainya, juga jangan menghinakannya  juga enggan memberikan pertolongan padanya bila diperlukan. Setiap Muslim terhadap Muslim lainnya itu adalah haram kehormatannya yakni tidak boleh dinodai, haram hartanya yakni tidak boleh dirampas dan haram darahnya yakni tidak boleh dibunuh tanpa dasar kebenaran. Ketakwaan itu di sini dalam hati. Cukuplah seseorang itu menjadi orang buruk, jikalau ia menghinakan saudaranya yang sama Muslimnya".
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

236. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Janganlah engkau semua hasad-menghasad, jangan pula kicuh-mengicuh, jangan benci-membenci, jangan seteru-menyeteru dan jangan pula setengah dari engkau semua itu menjual atas jualannya orang lain. Dan jadilah hamba Allah sebagai saudara. Seorang Muslim itu adalah saudara orang Muslim yang lain. Janganlah ia menganiaya saudaranya, jangan merendahkannya dan jangan menghinakannya yakni enggan memberikan pertolongan padanya. Ketakwaan itu ada di sini dan beliau menunjuk ke arah dadanya sampar tiga kali. Cukuplah seseorang itu menjadi orang buruk, jikalau ia menghinakan saudaranya sesama Muslimnya. Setiap orang Muslim terhadap orang Muslim yang lain itu haram darahnya, hartanya dan kehormatannya."
(Riwayat Muslim)
Annaj-syu atau mengicuh ialah apabila seseorang itu menambah harga sesuatu barang dagangan lebih dari yang diumumkan di pasar atau lain-lain sebagainya, sedangkan ia tidak ada keinginan hendak membelinya. Tetapi ia berbuat demikian itu semata-mata akan menipu orang lain saja. Perbuatan semacam ini haram hukumnya. Tadabbur ialah jikalau seseorang tidak menghiraukan orang lain, meninggalkan berbicara dengannya dan menganggap orang itu sebagai benda yang ada di belakang punggung atau duburnya.

Keterangan:

Ada beberapa kelakuan buruk yang diperhatikan oleh Rasulullah s.a.w. agar kita semua menjauhinya. Di antaranya ialah:

1. Hasad, dengki atau irihati.

2. Mengicuh ialah mengatakan pada seseorang dengan harga tinggi atau mengatakan bahawa ia telah menawar sekian, tetapi belum diberikan. Padahal sebenarnya tidak dan
berbuat sedemikian itu perlu menjerumuskan orang lain agar suka membeli dengan harga tinggi itu dan ia sendiri akan menerima sebagian keuntungan dari penjualannya itu nanti.

3. Benci-membenci.

4. Seteru-menyeteru.

5. Menjual atas jualannya orang lain yakni seperti seorang pedagang yang berkata kepada seorang pembeli: "Jangan jadi beli di sana dan saya mempunyai barang yang mutunya lebih baik dan harganya lebih murah. Belilah kepada saya saja". Demikian pula kalau ada seseorang yang berkata kepada seorang pedagang: "jangan jadi dijual pada si A itu dan saya suka membeli itu dengan harga yang lebih tinggi dari penawarannya". Semua itu dilarang oleh beliau s.a.w. Tidak lain kepentingannya agar kita sesama makhluk Allah ini dapat hidup rukun dan damai. Hal ini bukan hanya untuk digunakan antara seseorang menghadapi orang lain, tetapi juga antara golongan dengan golongan lainnya, juga antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Kalau saja ini dilaksanakan, rasanya tidak perlu lagi membicarakan bagaimana perdamaian dunia dapat diciptakan, sebab masing-masing dapat menghormati yang lainnya. Jikalau ajaran di atas itu harus digunakan untuk umum, tanpa pandang bulu, kebangsaan, agama, faham peribadi dan lain-lain maka yang di bawah ini ditekankan oleh Rasulullah s.a.w., terutama sekali antara kita sesama umat Islam, iaitu seorang Muslim wajiblah menunjukkan sikap persaudaraan terhadap Muslim lainnya tanpa memandang golongannya, bermazhab atau tidaknya, kepartiannya dan lain-lain lagi. Maka itu kita semua diperintah oleh Rasulullah s.a.w. jangan sampai melakukan:

(a) Menganiaya, lebih-lebih merampas haknya.

(b) Membiarkan kawannya, padahal memerlukan pertolongan, nasihat dan lain-lain sebagainya.

(c) Mendustai.

(d) Menghina.

Singkatnya semua itu wajib didasarkan kepada takwallah yang ditunjukkan oleh beliau s.a.w. bahawa letak takwa itu bukan di bibir, bukan dengan pernyataan terbuka atau tertulis, bukan dengan ucapan yang kosong melompong, tetapi letaknya ialah di dalam hati lalu dicetuskan dalam tindakan yang nyata. Oleh sebab itu dianggap demikian pentingnya, sehingga beliau s.a.w. mengucapkan takwa tadi dengan menunjukkan letaknya iaitu di dalam dada atau hati dan itu diulanginya sampai tiga kali berturut-turut. Akhirnya Rasulullah s.a.w. menegaskan bahawa seseorang itu cukup disebut orang jahat kalau sampai menghinakan sesama Muslimnya dengan cara apapun juga seperti perkataan, isyarat tangan, cibiran bibir dan lain-lain ataupun dengan dalih atau alasan apapun. Juga antara seorang Muslim dengan Muslim lainnya itu sama sekali diharamkan mengalirkan darahnya, merampas haknya atau merosak kehormatannya. Kalau saja ajaran agama ini tidak dilaksanakan, mustahillah kalau umat Islam akan dapat merebut kejayaannya sebagaimana nenek moyangnya dahulu. Bukan mustahil lagi, tetapi yakin akan dapat diperoleh.
Ada satu hal yang perlu dimaklumi, sehubungan dengan larangan yang berbunyi: "Jangan kamu semua menjual atas jualannya orang lain": Pertanyaannya ialah: Apakah
menjual cara lelong itu haram?
Jual lelong itu maksudnya ialah menunjukkan suatu benda lalu ditawarkan kepada orang banyak. Seorang menawar lalu ada yang menambah dengan harga lebih tinggi, orang lain lagi menambahnya pula. Demikian sampai tidak ada yang mengatasinya, kemudian benda itu diberikan kepada orang yang menawar dengan harga tertinggi. Hukum lelong itu dalam Islam diperbolehkan dan bukan haram, dengan berdasarkan suatu Hadis yang mengisahkan perbuatan Rasulullah s.a.w. sendiri, iaitu: Suatu ketika datanglah seorang yang sedang dalam kesukaran hidup kepada Nabi s.a.w. untuk meminta sesuatu kepadanya, tetapi beliau s.a.w. menolaknya kerana memang tidak ada yang dapat diberikan padanya. Orang itu mengatakan bahawa ia masih mempunyai dua benda yang dapat dijual, iaitu lapik pelana dan gelas minum. Keduanya dibawa ke tempat Nabi s.a.w. lalu ditawarkan kepada sahabat-sahabatnya demikian: "Siapakah yang suka membeli lapik kuda dan gelas ini?"
Kemudian ada seorang yang berkata: "Saya suka mengambil (membeli) kedua benda itu dengan harga sedirham. Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Siapakah yang suka menambah dengan sedirham?" Orang-orang sama berdiam diri. Lalu beliau s.a.w. bertanya lagi seperti di atas. Selanjutnya ada seorang yang berkata: "Saya suka mengambil (membeli) keduanya dengan harga dua dirham". Rasulullah lalu bersabda: "Kedua benda ini milikmu". Jadi cara jual beli lelongan bukannya termasuk larangan sebagaimana di atas. Maka hukumnya boleh dilakukan.

237. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: 

Ertinya : "Tidaklah sempurna keimanan seseorang dari engkau semua itu, sehingga ia mencintai untuk diterapkan kepada saudaranya sebagaimana ia mencintai kalau itu diterapkan untuk dirinya sendiri". 
(Muttafaq 'alaih)

238. Dari Anas r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: 

Ertinya : "Tolonglah saudaramu itu, baik ia sebagai orang yang menganiaya atau yang dianiaya". Ada seorang lelaki bertanya: "Ya Rasulullah, saya dapat menolongnya jikalau ia memang dianiaya. Tetapi bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau ia sebagai orang yang menganiaya? Bagaimanakah cara saya menolongnya itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Hendaklah ia engkau cegah atau engkau larang dari perbuatan penganiayaannya itu, sebab demikian itulah cara menolongnya."
(Riwayat Bukhari)

239. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Haknya seorang Muslim terhadap orang Muslim yang lain itu ada lima perkara iaitu menjawab salam, meninjau yang sakit, mengikuti jenazahnya, mengabulkan undangannya dan bertasmit kepada yang bersin yakni kalau seseorang bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka yang mendengar hendaklah mentasmitkan (mendoakan) dengan mengucapkan: Yarhamukallah, ertinya: Semoga Allah merahmatimu, kemudian yang bersin itu menjawab: Yahdikumullah wa yushtihu balakum, ertinya: Semoga Allah memberi petunjuk padamu dan memperbaiki hatimu". 
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan demikian:
"Hak seorang Muslim terhadap orang Muslim lainnya itu ada enam perkara, iaitu jikalau engkau bertemu dengannya, maka berilah salam kepadanya, jikalau ia mengundangmu, maka kabulkanlah undangannya, jikalau ia meminta nasihat kepadamu, maka berilah ia nasihat, jikalau ia bersin kemudian mengucapkan Alhamdulillah, maka tasmitkanlah ia, jikalau ia sakit, tinjaulah ia dan jikalau ia meninggal dunia, maka ikutilah jenazahnya."
(Riwayat Muslim)

240. Dari Abu Umarah, yaitu al-Bara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma, katanya:

Ertinya : "Rasulullah s.a.w. menyuruh kita melakukan tujuh perkara dan melarang kita tujuh perkara pula. Kita semua diperintah meninjau orang sakit, mengikuti jenazah, mentasmitkan orang yang bersin, menuruti orang yang bersumpah misalnya seseorang berkata kepada kita: Demi Allah, hendaklah engkau begini, maka orang yang diminta melakukannya itu supaya meluluskan permintaannya, menolong orang yang dianiaya, mengabulkan undangan orang yang mengundang, serta menyebarkan salam kepada orang yang sudah dikenal atau yang belum dikenal. Beliau s.a.w. melarang kita mengenakan cincin yakni bercincin emas untuk kaum lelaki, minum dengan wadah yang terbuat dari perak, hiasan-hiasan sutera merah ini kebiasaannya saja, jadi selain merah dilarang pula untuk kaum lelaki, juga mengenakan baju sutera campur katun, lagi pula mengenakan sutera istabraq(sutera tebal) dan dibaj(umumnya sutera murni)."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam suatu riwayat disebutkan: "Diperintahkan pula mengumumkan benda yang hilang". Ini ditambahkan dalam golongan tujuh yang pertama yakni yang diperintahkan. Almayatsir, dengan ya' mutsannat 24 di bawah sebelumnya ada alifnya dan tsa' mutsallatsah sesudahnya, adalah jamak dari kata maitsarah. Ertinya ialah sesuatu hiasan yang dibuat dari sutera dan di isi dengan kapuk ataupun lain-lainnya, lalu diletakkan di tempat kenaikan kuda atau tempat duduk di unta yang di situlah pengenderanya duduk. 
Alqassiy dengan fathah qafnya dan dikasrahkan sin muhmalah 25 yang disyaddah, ertinya ialah pakaian yang dibuat sebagai tenunan dari sutera dan katun yang dicampurkan. Insyadudh-dhallah, iaitu mengumumkan sesuatu yang hilang, untuk dikembalikan kepada pemiliknya.
24 "Mutsannat", ertinya bertitik dua, adakalanya: Minfawqu (di atas lalu menjadi ta') dan adakalanya: Min tahtu (di bawafi lalu menjadi ya'). "Mutsailatsah", ertinya bertitik tiga, sedang "Muwahhadah", ertinya bertitik satu. Ini dua macam, jika di atas lalu menjadi ba'dan jika di bawah lalu menjadi nun.
25 "Muhmalah", ertinya dikosongkan, maksudnya tidak bertitik. Kebalikannya ialah "Mu'jamah," iaitu bertitik.
"Musyaddadah," ertinya disyaddahkan, sedang kebalikannya ialah "Mukhaffafah", ertinya tidak disyaddahkan.

Erti aslinya musyadadah itu di beratkan dan mukhaffafah itu diringankan.

Bab 26 Keharamannya Menganiaya Dan Perintah Mengembalikan Apa-apa Yang Dari Hasil Penganiayaan.


Allah Taala berfirman:

Ertinya :"Orang-orang yang zalim itu tidak mempunyai sahabat setia dan penolong yang dipatuhi."
(Ghafir: 18)

Allah Taala berfirman pula:

Ertinya :"Orang-orang yang menganiaya itu tidak mempunyai penolong."
(al-Haj: 71)
Adapun Hadis-hadisnya, maka di antaranya ialah Hadisnya Abu Zar r.a. yang sudah disebutkan di muka dalam akhir bab Mujahadah atau Perjuangan, Lihat Hadis n.o 111.

204. Dari Jabir r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: 

Ertinya :"Takutlah engkau semua(hindarkanlah dirimu semua) akan perbuatan menganiaya, sebab menganiaya itu akan merupakan berbagai kegelapan pada hari kiamat. Juga takutlah(hindarkanlah dirimu semua) akan sifat kikir, sebab kikir itu menyebabkan rosak binasanya umat yang sebelummu semua. Itulah yang menyebabkan mereka sampai suka mengalirkan darah sesamanya dan pula menyebabkan mereka menghalalkan apa-apa yang diharamkan pada diri mereka.
(Riwayat Muslim)

205. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w., bersabda:

Ertinya :"Nescayalah engkau itu akan menunaikan(memberikan) hak-hak itu kepada ahlinya (pemiliknya) pada hari kiamat, sehingga dibimbinglah kambing yang tak bertanduk dari kambing yang bertanduk yakni kambing tak bertanduk itu akan memberikan balasan menyakiti kepada kambing yang bertanduk sesuai dengan perbuatan yang bertanduk itu ketika di dunia."
(Riwayat Muslim)

Keterangan:
Hadis ini dengan jelas menerangkan bahawa semua binatang pada hari kiamat nanti akan dikumpulkan di padang mahsyar dan dikembalikan tubuh dan ruhnya sebagaimana waktu hidupnya di dunia. Jadi sama halnya dengan manusia, baik yang sudah mukalaf, yang masih kanak-kanak, begitu pula yang gila.

206. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua sedang mempercakapkan perihal haji wada' (haji Nabi s.a.w. yang terakhir) dan sebagai mohon diri, sedang Nabi s.a.w. ada di hadapan kita. Kita semua tidak mengetahui apa yang sebenarnya disebut haji wada' itu sehingga Rasulullah s.a.w. bertahmid kepada Allah serta memujiNya, kemudian menyebutkan perihal al-Masih Dajjal. Beliau s.a.w. memperpanjang sekali dalam menguraikan tentang dajjal itu dan bersabda:
Ertinya : Dajjal adalah manusia penipu dan pembohong, buta matanya yang sebelah kanan, memiliki berbagai keistimewaan dan mengaku menjadi Tuhan. Banyak juga pengikutnya. Ia akan datang apabila hari kiamat sudah hampir tiba. Jadi merupakan alamat kubra (alamat besar) perihal akar segera datangnya hari kiamat itu. "Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan Nabi itu tentu menakut-nakuti umatnya tentang tibanya Dajjal. Nuh dan semua Nabi yang datang sesudahnya sama menakut-nakuti umatnya tentang Dajjal tersebut. Bahawasanya Dajjal itu akan keluar di kalangan engkau semua, maka tidak akan tersamarkan perihal keadaannya itu atasmu semua dan persoalan dirinyapun tidak samar-samar pula bagimu. Sesungguhnya Tuhanmu tidaklah buta matanya sebelah, padahal sesungguhnya Dajjal itu adalah buta matanya sebelah kanan, seolah-olah matanya itu sebagai sebuah buah anggur yang menonjol kemuka. Ingatlah, sesungguhnya Allah mengharamkan atasmu semua darah-darahmu untuk dialirkan serta harta-hartamu untuk dirampas, sebagaimana kesuciannya harimu ini dalam negeri sucimu ini yakni negeri Mekah, Ingatlah, bukankah saya telah menyampaikan? Para sahabat berkata: "Benar". Beliau s.a.w. bersabda: "Ya Allah, saksikanlah", sampai tiga kali. "Celaka untukmu semua", atau "Bencana untukmu semua", lihatlah perhatikanlah, janganlah engkau semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, yang sebahagian memukul leher sebahagian yang lain yakni bunuh-membunuh tanpa dasar kebenaran."
(Riwayat Bukhari)
Imam Muslim juga meriwayatkan sebahagiannya.

207. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahawasanya Rasululiah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Barangsiapa yang menganiaya yakni mengambil tanpa izin pemiliknya seukuran kira-kira sejengkal tanah, maka tanah itu akan dikalungkan di lehernya dari tujuh lapis bumi sebagai siksanya pada hari kiamat nanti."
(Muttafaq 'alaih)

208. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasululiah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Sesungguhnya Allah itu menantikan untuk orang yang zalim tidak segera dijatuhi hukuman, tetapi apabila Allah telah menghukumnya, maka tidak akan melepaskannya sama-sekali sampai hancur sehancur-hancurnya. Selanjutnya beliau s.a.w. membaca ayat yang ertinya: "Dan demikianlah hukuman yang diberikan oleh Tuhanmu jikalau Dia menghukum negeri yang melakukan kezaliman. Sesungguhnya hukuman Tuhan itu adalah pedih dan keras."
(Muttafaq 'alaih)

209. Dari Mu'az r.a., katanya: "Saya diutus oleh Rasulullah s.a.w. lalu beliau s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Sesungguhnya engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari ahlul kitab Yahudi dan Nasrani, maka ajaklah mereka itu kepada menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya saya adalah pesuruh Allah. Jikalau mereka telah mentaati untuk melakukan itu, maka beritahukanlah bahawasanya Allah telah mewajibkan atas mereka akan lima kali solat dalam setiap sehari semalam. Jikalau mereka telah mentaati yang sedemikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahawasanya Allah telah mewajibkan atas mereka sedekah(zakat) yang diambil dari kalangan mereka yang kaya-kaya, kemudian dikembalikan(diberikan) kepada golongan mereka yang fakir-miskin. Jikalau mereka mentaati yang sedemikian itu, maka jagalah harta-harta mereka yang dimuliakan yakni yang menjadi milik peribadi mereka. Takutlah akan permohonan(doa)  orang yang dianiaya balk ia muslim atau kafir, kerana sesungguhnya saja tidak ada tabir yang menutupi antara permohonannya itu dengan Allah yakni doanya pasti terkabul."
(Muttafaq 'alaih)

210. Dari Abu Humaid, iaitu Abdurrahman bin Sa'ad as-Sa'idi r.a., katanya: 

Ertinya : "Nabi s.a.w. mempergunakan seorang lelaki dari al-Azad sebagai petugas di sesuatu daerah. Orang itu bernama Ibnul Lutbiyah untuk urusan pengambilan sedekah(zakat). Setelah ia datang, lalu berkata: "Ini adalah untuk Tuan dan yang ini dihadiahkan kepadaku." Rasulullah s.a.w. lalu berdiri di atas mimbar, bertahmid serta memuji kepada Allah kemudian bersabda: "Amma ba'd. Sesungguhnya saya telah mempergunakan seseorang di antara engkau semua untuk sesuatu tugas dari sekian banyak tugas yang diserahkan oleh Allah kepadaku. Lalu ia datang kembali dan berkata: "Ini adalah untuk Tuan zakat yang sebenarnya dan yang ini adalah sebagai hadiah yang diberikan padaku." Cubalah ia duduk saja di rumah ayah atau ibunya, apakah ada yang sampai kedatangan hadiah, jikalau ia berbuat sebenarnya. Demi Allah, tiada sesuatupun yang diambil oleh seseorang dari engkau semua yang tidak dengan haknya, melainkan ia akan menemui Allah Taala, barang itu akan dibawanya pada hari kiamat. Sungguh-sungguh saya tidak akan mengenal seseorang dari engkau semua yang menemui Allah itu dengan membawa seekor unta(suapan) sambil bersuara, atau membawa seekor lembu sambil menguak atau seekor kambing sambil mengembik." Selanjutnya beliau s.a.w. mengangkat kedua tangannya sehingga terlihatlah putihnya kedua ketiak beliau itu lalu bersabda: "Ya Allah, bukankah hal ini telah saya sampaikan."
(Muttafaq 'alaih)

211. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: 

Ertinya : "Barangsiapa yang disisinya ada sesuatu dari hasil penganiayaan untuk saudaranya, baik yang mengenai keperwiraan saudaranya itu ataupun sesuatu yang lain, maka hendaklah meminta kehalalannya pada hari ini semasa di dunia, sebelum tidak lakunya wang dinar dan dirham. Jikalau tidak meminta kehalalannya sekarang ini, maka jikalau yang menganiaya itu mempunyai amal soleh, diambillah dari amal solehhnya itu sekadar untuk melunasi penganiayaannya, sedang jikalau tidak mempunyai kebaikan sama sekali, maka diambillah dari keburukan-keburukan orang yang dianiayanya itu, lalu dibebankan kepada yang menganiayanya tadi."
(Riwayat Bukhari)

212. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w. sabdanya:

Ertinya : "Muslim ialah orang yang semua orang Islam selamat dari kejahatan lidah (ucapan) dan kejahatan tangannya (perbuatannya). Muhajir ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah padanya."
(Muttafaq 'alaih)

213. Juga dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash, katanya: 

Ertinya : "Adalah di atas beban Nabi s.a.w. itu seorang lelaki yang namanya Kirkirah, kemudian ia meninggal dunia. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Ia masuk dalam neraka". Para sahabat lalu pergi melihat orang yang mati itu dengan tujuan ingin mengetahui apa sebab yang memasukkannya ke dalam neraka, kemudian mereka menemukan sebuah baju kurung yang dikhianatinya  yakni disembunyikan dari hasil rampasan peperangan yang semestinya dikumpulkan."
(Riwayat Bukhari)

214. Dari Abu Bakrah, iaitu Nufai' bin al-Harits r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:

Ertinya : "Sesungguhnya zaman itu telah berputar sebagaimana keadaannya sejak hari Allah menciptakan semua langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan dan di antaranya ada empat bulan yang suci, tiga berturut-turut, iaitu Dzulqa'dah, Dzulhijah dan Muharram dan keempatnya ialah bulan Rajab Mudhar 22 yang jatuh antara Jumada dan Sya'ban. Sekarang ini bulan apakah?" Kita(para sahabat) menjawab: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui". Beliau s.a.w. berdiam diri, sehingga kita menyangka bahawa beliau akan memberinya nama lain lagi selain dari nama yang biasa. Kemudian beliau bersabda: "Bukankah ini bulan Dzulhijah." Kita menjawab: "Benar". Beliau bersabda lagi: "Negeri manakah ini?" Kita menjawab: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui. "Beliau berdiam diri, sehingga kita menyangka seolah-olah beliau akan memberinya nama lain lagi selain dari nama yang biasa. Kemudian beliau bersabda: "Bukankah ini baldah haram negeri suci". Kita menjawab: "Benar." Beliau bertanya lagi: "Hari apakah ini". Kita menjawab: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui". Beliau berdiam diri sehingga kita menyangka, seolah-olah akan memberinya nama lain lagi selain dari namanya yang biasa. Lalu beliau bersabda: "Bukankah hari ini hari Nahar(hari raya Korban)." Kita menjawab: "Benar". Beliau bersabda pula: "Sesungguhnya darah-darahmu, harta-hartamu dan keperwiraanmu adalah haram atasmu semua yakni wajib dilindungi, darah tidak boleh dialirkan, harta tidak boleh dirampas dan keperwiraan tidak boleh dipermalukan atau dihinakan, sebagaimana juga kesuciannya harimu ini, di negerimu ini dan dalam bulanmu ini. Dan engkau semua akan menemui Tuhanmu lalu Dia akan menanyakan kepadamu semua perihal amalan-amalanmu. Ingatlah, maka janganlah engkau semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, yang sebahagian memukul leher sebahagian yang lain(bunuh-membunuh) tanpa dasar kebenaran. Ingatlah, hendaklah yang menyaksikan hadir ketika itu menyampaikan kepada yang tidak hadir. Barangkali orang yang diberi berita itu akan lebih memahami dari sebahagian orang yang mendengar sendiri." Kemudian beliau bersabda: "Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan ini? Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan ini?" Kita menjawab: "Benar." Beliau bersabda lagi: "Ya Allah, saksikanlah."
(Muttafaq 'alaih)

215. Dari Abu Umamah, iaitu lyas bin Tsa'labah al-Haritsi r.a. bahawasanya Rasulullah
s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Barangsiapa yang mengambil haknya seseorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah telah mewajibkan neraka untuknya dan mengharamkan syurga atasnya." Kemudian ada seorang lelaki yang bertanya: "Apakah demikian itu berlaku pula, sekalipun sesuatu benda yang remeh, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Sekalipun bendanya itu berupa setangkai kayu penggosok gigi."
(Riwayat Muslim)

216. Dari Adi bin Amirah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang kita pergunakan di antara engkau semua sebagai petugas atas sesuatu pekerjaan, kemudian menyembunyikan dari kita sebuah jarum, apalagi yang lebih besar dari jarum itu, maka hal itu adalah sebagai pengkhianatan yang akan dibawanya sendiri pada hari kiamat". Kemudian ada seorang lelaki berkulit hitam dari kaum Anshar berdiri, seolah-olah saya pernah melihat padanya, lalu ia berkata: "Ya Rasulullah terimalah kembali tugas yang Tuan serahkan itu daripadaku maksudnya ia mohon dihentikan sebab takut akan berbuat serong sebagai petugas. Rasulullah s.a.w. bertanya: "Mengapa engkau?" Ia 22 Bulan Rajab diberi tambahan kala "Mudhar", sebabnya ialah kabilah mudhar itu lebih sangat menghormati dan memuliakannya. kalau dibandingkan dengan kabilah-kabilah Arab yang lain-lain.
menjawab: "Saya mendengar Tuan bersabda demikian, demikian yakni sabda di atas itu". Beliau s.a.w. lalu bersabda pula: "Saya berkata sekarang: "Barangsiapa yang kami pergunakan sebagai petugas dari engkau semua untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan, maka hendaklah datang kepada kami dengan membawa hasil sedikit atau hasil banyak kalau sebenarnya dapat banyak. Jadi apa-apa yang diberikan padanya, ambillah itu dan apa-apa yang dilarang, janganlah diambil". 
(Riwayat Muslim)

Keterangan:
Penggelapan harta atau istilah pada zaman kita sekarang ini disebut korupsi, menilik Hadis di atas adalah sangat besar dosanya bagi seorang pegawai yang diberi amanat dan kepercayaan untuk memimpin dan melayani umat, sekalipun yang digelapkan itu hanya sebuah jarum saja, apalagi kalau lebih besar nilainya. Oleh sebab itu Hadis di atas adalah suatu ancaman yang sangat keras serta peringatan yang tegas agar seseorang pegawai itu jangan berbuat pengkhianatan terhadap hak milik negara. Dalam Hadis itu pula dijelaskan bahawa, seseorang yang memangku suatu jabatan, baik yang tingkat tinggi, sedang atau rendah, apabila merasa tidak sanggup memenuhi tugas yang dipertanggungjawabkan kepadanya, wajiblah meminta berhenti sebagaimana yang dilakukan oleh seorang Anshar yang berkulit hitam, yang dengan terang-terangan memberikan kepada Nabi s.a.w. agar diterima kembali tugas yang diserahkan padanya.

217. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: 

Ertinya : "Ketika terjadi perang Khaibar, ada sekelompok dari sahabat-sahabat Nabi s.a.w. datang menghadap padanya, kemudian mereka mengatakan: "Fulan itu mati syahid dan Fulan itu juga mati syahid", sehingga akhirnya mereka menyebutkan nama seseorang lalu mereka berkata: "Fulan itupun mati syahid pula". Lalu Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak sama sekali, Fulan itu saya lihat masuk dalam neraka kerana sebuah baju burdah atau baju kurung yang dikhianatkannya yakni disembunyikan dari hasil rampasan peperangan."
(Riwayat Muslim)

218. Dari Abu Qatadah iaitu al-Harits bin Rib'i r.a. dari Rasulullah s.a.w. bahwasanya beliau s.a.w. berdiri berkhutbah di muka orang banyak, kemudian menyebutkan kepada mereka bahawasanya jihad fisabilillah dan beriman kepada Allah itu adalah seutama-utamanya amalan. Kemudian ada seorang lelaki berdiri dan berkata: "Ya Rasulullah, bagaimana pendapat Tuan, jikalau saya terbunuh dalam peperangan fisabilillah, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?" Beliau s.a.w. menjawab: "Benar, jikalau engkau dibunuh fisabilillah itu dalam keadaan sabar, mengharapkan keredhaan Allah, sedang maju dan tidak mengundurkan diri." Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bertanya: "Apa yang akan kau katakan sekarang?" Orang itu berkata lagi: "Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya terbunuh dalam peperangan fisabilillah? Apakah semua kesalahan saya dihapuskan?" Beliau s.a.w. menjawab: "Benar demikian, asalkan engkau dalam keadaan sabar, mengharapkan keredhaan Allah, sedang maju dan tidak mengundurkan diri, kecuali pula kalau engkau mempunyai tanggungan hutang, kerana sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku."
(Riwayat Muslim)

Keterangan:
Dalam Hadis di atas ada suatu keterangan yang jelas bahawa sekalipun berjihad fisabilillah sampai mati syahid itu, pahalanya amat besar sekali di sisi Allah, namun tidak dapat menghapuskan tanggungan perihal haknya sesama manusia seperti hutang. Jadi selama hutangnya itu belum dilunasi atau direlakan oleh yang memberi hutang, tetap masih akan diperhitungkan di akhirat nanti sebagai suatu dosa yang menjadi bebannya. Jadi yang dapat dihapus hanyalah hak-haknya Allah yang berupa dosa-dosa kecil belaka. Inilah yang insya Allah akan diampuni.

219. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya s.a.w. bersabda: 

Ertinya : "Adakah engkau semua tahu, siapakah orang yang pailit bangkrup itu?" Para sahabat menjawab: "Orang pailit di kalangan kita ialah orang yang sudah tidak memiliki lagi sedirhampun atau sesuatu benda apapun." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Orang pailit dari kalangan umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan solat, puasa dan zakatnya, tetapi kedatangannya itu dahulunya ketika di dunia  pernah mencaci maki si Anu, mendakwa serong kepada si Anu, makan harta si Anu, mengalirkan darah si Anu tanpa dasar kebenaran, pernah memukul si Anu. Maka orang yang dianiaya itu diberikan kebaikan orang tadi dan yang lainpun diberi kebaikannya pula, Jikalau kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum terlunas tanggungan penganiayaannya, maka diambillah dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang dianiayanya itu lalu dibebankan kepada orang tersebut, selanjutnya orang itu dilemparkanlah ke dalam neraka."
(Riwayat Muslim)

220. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Hanyasanya saya ini adalah seorang manusia seperti engkau semua pula dan sesungguhnya engkau semua akan mengajukan perselisihanmu itu kepadaku, barangkali sebahagian dari engkau semua ada yang lebih cerdik mengemukakan hujah  alasannya dari sebahagian yang lain. Maka saya akan memutuskannya sesuai dengan apa yang saya dengar. Maka barangsiapa yang saya putuskan untuknya mendapat kemenangan sedangkan ia mengetahui bahawa itu adalah hak saudaranya dimenangkan kerana kepandaian bicaranya, maka sesungguhnya saja saya tentukan untuknya sepotong daripada api neraka."
(Muttafaq 'alaih)
Alhanu, ertinya lebih mengerti atau lebih pandai (dalam mengemukakan alasan dan lain-lain).

221. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Sentiasalah seseorang mukmin itu ada di dalam kelapangan agamanya, selama ia tidak pernah memperoleh darah yang haram yakni tidak pernah membunuh tanpa dasar kebenaran."
(Riwayat Bukhari)

222. Dari Khaulah binti Tsamir al-Anshariyah dan ia adalah isterinya Hamzah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

Ertinya : "Sesungguhnya ada beberapa orang yang membelanjakan harta Allah yakni harta milik kaum Muslimin tanpa dasar kebenaran, maka bagi mereka itu adalah neraka pada hari kiamat."

(Riwayat Bukhari)