Bersyukur
ertinya berterima kasih kepada yang memberi nikmat/hadiah kepada kita melalui
hati yang tulus, dengan pujian secara lisan dan perbuatan yang menyenangkan si
pemberi nikmat tersebut.
“Iman
terbagi menjadi dua, separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur.”
(HR.
Al-Baihaqi)
Jika
kita mendapat kurnia daripada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, hendaklah kita ucapkan “Alhamdulillah”
(segala puji bagi ALLAH).
Ada
empat perkara, barangsiapa memilikinya ALLAH akan membangun untuknya rumah di syurga,
dan dia dalam naungan cahaya ALLAH yang Maha Agung. Apabila pegangan teguhnya
“Laailaha illallah.” Jika memperoleh kebaikan dia mengucapkan
“Alhamdulillah,” jika berbuat salah (dosa) dia mengucapkan
“Astaghfirullah” dan jika ditimpa musibah dia berkata “Inna lillahi
wainna ilaihi roji’uun.”
(HR.
Ad-Dailami)
Jika
kita bersyukur/berterimakasih atas nikmat ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA, nescaya ALLAH SUBHANAHU WA TAALA akan menambah nikmatNya kepada kita. Jika tidak, maka
kita akan disiksa olehNya:
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.”
[Ibrahim
7]
“Mengapa
ALLAH akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan ALLAH adalah Maha
Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. “
[An
Nisaa’ 147]
Mengapa
kita harus bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA?
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ
السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan
ALLAH mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.”
(QS.
An Nahl : 78)
“Dan
Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan
hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
[Al
Mu’minuun 78]
Cuba
kita renungi diri kita. Siapakah yang telah menciptakan kedua mata kita? Kedua
telinga kita? Mulut kita? Kaki dan tangan kita? ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA bukan? Mengapakah kita tidak mahu bersyukur?
Sekadar
untuk membeli frame dan lensa saja boleh habis jutaan rupiah. Mata kita tentu
nilainya jauh di atas itu. Mengapa kita tidak bersyukur?
Saat
orang sakit jantung, dia boleh menghabiskan ratusan juta rupiah untuk mengubatinya.
Bukankah kita seharusnya bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA yang telah memberikan jantung kepada kita
secara percuma?
Jika
kita amati orang tua kita, anak-anak kita, isteri kita, semua itu ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA yang menciptakan.
Begitu
pula dengan bumi dan langit beserta seluruh isinya.
“Dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat ALLAH, nescaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya ALLAH benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[An
Nahl 18]
Oleh
kerana itulah Luqman menasihati anaknya untuk bersyukur kepada ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA :
“Dan
sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, iaitu: “Bersyukurlah
kepada ALLAH. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada ALLAH), maka sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya ALLAH Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
[Luqman
12]
الْحَمْدُ
لِلَّهِ
Alhamdulillah
merupakan zikir yang penting. Dalam surah Al Fatihah disebut sebagai bahagian
daripada ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA. Menyebut Alhamdulillah
merupakan rukun dari Khutbah Jumaat. Tidak sah solat Jumaat jika khotib tidak
menyebut itu. Tak hairan jika ada khotib yang setelah menyebut Alhamdulillah
menyebut kembali dengan lengkap: Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin. Kemudian di
tengah-tengah khutbah menyebut kembali khawatir jika terlupa.
Pidato
pun jika tidak menyebut Alhamdulillah, tidak berkah. Harusnya si pembicara
bersyukur sehingga dia dan juga pendengarnya masih boleh hadir di situ.
“Bukankah
Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir?”
[Al
Balad 8-9]
Berapa
banyak orang yang terlahir gagu sehingga mereka tidak boleh bicara? Berapa
banyak orang yang dewasa kena stroke atau musibah lain sehingga mereka tidak boleh
lagi berkata-kata? Berapa banyak orang yang sakit berat sehingga mereka hanya boleh
berbaring di tempat tidur?
Untuk
segala nikmat itu, hendaknya si penceramah mengucapkan Alhamdulillah sebagai
tanda syukur.
Saat
bersin pun kita disunnahkan membaca Alhamdulilah.
Untuk
bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA,
hendaknya kita mengucapkan Alhamdulillah sebagaimana hadits yang di atas.
Ucapkan
juga zikir kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA:
“Barangsiapa
pada pagi hari berzikir : Allahumma ashbaha bii min ni’matin au biahadin min
khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy syukru.”
(Ya
ALLAH, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau
berikan kepada salah seorang dari makhlukMu, maka sungguh nikmat itu hanya daripadaMu
dan tidak ada sekutu bagiMu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untukMu)
Maka
ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang
mengucapkannya pada petang hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa
syukur.”
(HR.
Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Arnauth dalam tahqiqnya
terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin)
“Dari
Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata : Ketika itu hujan turun di masa NABI
SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM, lalu Nabi bersabda :
“Atas
hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang
bersyukur berkata: ‘Inilah rahmat ALLAH’. Orang yang kufur nikmat berkata: ‘Oh
pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu.”
(HR.
Muslim no.243)
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ
رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan
nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya.”
(QS.
Adh Dhuha: 11)
Hendaknya
kita bekerja demi ALLAH SUBHANAHU WA TAALA:
“Para
jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang
tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan
periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk
bersyukur (kepada ALLAH). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima
kasih.”
[Saba’
13]
Nabi
kerap solat begitu lama untuk bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA. Beliau sering solat malam/tahajjud dan juga
solat dhuha :
“RASULULLAH
SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM biasanya jika beliau solat, beliau berdiri sangat
lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya: Wahai Rasulullah,
mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang
telah lalu mahupun yang akan datang? Rasulullah bersabda: ‘Wahai Aisyah,
bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?”
(HR.
Bukhari no.1130, Muslim no.2820)
RASULULLAH
SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM bersabda:
“Seorang
mukmin itu sungguh menakjubkan, kerana setiap perkaranya itu baik. Namun tidak
akan terjadi demikian kecuali pada seorang mukmin sejati. Jika ia mendapat
kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia
bersabar dan itu baik baginya.”
(HR.
Muslim no.7692)
Hendaknya
kita bertakwa kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA. Ertinya menjalankan setiap perintah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan menjauhi larangan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA:
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ
اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Sungguh
ALLAH telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah. Kerana itu bertakwalah kepada ALLAH, supaya kamu
mensyukuriNya.”
(QS.
Al Imran : 123)
Salah
cara untuk mensyukuri nikmat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA adalah dengan berterima kasih kepada manusia yang menjadi perantara
sampainya nikmat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA
kepada kita. NABI SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM bersabda:
“Orang
yang tidak berterima kasih kepada manusia, bererti ia tidak bersyukur kepada ALLAH.”
(HR.
Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”)
Oleh
kerana itu, mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan oleh
Islam. NABI SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM bersabda :
“Barangsiapa
yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan:
‘Jazaakallahu khayr’ (semoga ALLAH membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh
hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya.”
(HR.
Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”)
Sentiasa
Qana’ah atau merasa cukup atas nikmat yang telah ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA berikan :
“Jadilah
orang yang warak, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah
orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur.”
(HR.
Ibnu Majah no. 4357, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)
Lakukan
Sujud Syukur :
“Daripada
Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata: Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang menggembirakan
beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada ALLAH.”
(HR.
Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al Albani dalam Irwa Al Ghalil)
Berdoalah:
Allahumma
a’inni ‘ala dzukrika wa syukrika wa huni ‘ibadatika
“Yaa
ALLAH aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba yang sentiasa
berzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik.”
Referensi:
http://buletin.muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/bersyukur-kepada-allah
Bersyukur
Kepada ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA
At
Tauhid edisi VI/45
Disarikan
oleh Yulian Purnama dari artikel berjudul ‘Asy Syukru’ karya Dr. Mihran Mahir
Utsman hafizhahullah dengan beberapa tambahan. Artikel asli: http://www.saaid.net/Doat/mehran/51.htm]
http://media-islam.or.id/2012/11/19/alhamdulillah-pengajian-malam-sabtu-bersama-habib-hud-bin-bagir-al-athas/