Haramnya Seseorang Mengaku Nasab Atau Keturunan
Dari Seseorang Yang Bukan Ayahnya Dan Mengaku Diperintah Oleh Orang Yang Bukan Walinya
Yakni Yang Tidak Berhak Memerdekakannya :
1799.
Daripada Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
Yang Bermaksud : "Barangsiapa yang mengaku sebagai
nasab atau keturunan kepada orang yang
bukan ayahnya, sedang ia mengetahui bahawa orang itu memang bukan ayahnya, maka
syurga adalah haram atasnya."
(Muttafaq
'alaih)
1800.
Daripada Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
Yang Bermaksud : "Janganlah engkau semua membenci
kepada ayahmu sendiri sehingga mengaku orang lain sebagai ayahnya, kerana
barangsiapa yang membenci ayahnya sendiri, maka perbuatan itu menyebabkan
kekafiran," yakni dapat kafir kalau meyakinkan bahawa
perbuatannya itu halal menurut agama atau dapat diertikan kafir yakni menutupi
hak ayahnya atas dirinya sendiri.
(Muttafaq
'alaih)
1801.
Daripada Yazid bin Syarik bin Thariq, katanya:
Yang Bermaksud : "Saya melihat Ali r.a. di atas mimbar
dan saat itu ia sedang berkhutbah. Saya mendengarkannya. la berkata: "Tidak
ada, demi Allah. Kita tidak mempunyai kitab yang perlu kita baca, melainkan
Kitabullah yakni al-Quran dan apa-apa
yang terdapat dalam lembaran ini". Selanjutnya Ali membeberkan lembaran
itu, di dalamnya terdapat persoalan umur-umur unta dan catatan-catatan hal-hal
mengenai soal luka-melukai. Di dalamnya terdapat pula sabdanya Rasulullah
s.a.w., demikian: "Madinah adalah tanah suci, iaitu antara daerah 'Air
sampai Tsaus(nama sebuah gunung kecil). Barangsiapa yang melakukan sesuatu
kesalahan di situ seperti membuat kebidaahan atau mengerjakan tindak kezaliman
atau apa-apa yang menyakiti kaum Muslimin atau memberi tempat kepada orang yang
melakukan kesalahan tadi, maka atas orang itu adalah laknat Allah, seluruh malaikat
dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalan wajib atau sunnahnya.
Pertanggungan terhadap diri kaum Muslimin itu adalah satu yakni sama haknya,
berlaku pula kepada orang yang terendah di kalangan mereka itu mengenai
pertanggungan tadi. Maka barangsiapa yang mengacaukan keamanan seseorang
Muslim, maka atasnya adalah laknat Allah, seluruh malaikat dan sekalian
manusia. Allah tidak akan menerima amalan wajib atau sunnahnya. Selanjutnya
barangsiapa yang mengaku bernasab atau berketurunan dari seseorang yang selain
ayahnya atau menisbatkan dirinya kepada seseorang yang bukan walinya yakni yang
tidak berhak untuk memerdekakan dirinya, maka atasnya adalah laknat Allah,
seluruh malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak menerima amalan wajib atau
sunnahnya."
(Muttafaq
'alaih)
Dzimmatul
Muslimin, yakni janji pertanggungan terhadap mereka serta amanat mereka. Akhfarahu
ertinya merosakkan janji atau mengacaukan keamanan. Ashsharfu ialah
taubat dan ada yang mengatakan ertinya itu ialah amalan wajib, ada lagi yang
mengertikan tipudaya. Adapun Al'adlu ertinya ialah tebusan dan ada yang
memberi erti: amalan sunnah.
1802.
Daripada Abu Zar r.a. bahawasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
Yang Bermaksud : "Tiada seorangpun yang mengaku
bernasab atau berketurunan kepada seseorang yang selain ayahnya, sedangkan ia
mengetahui akan hal itu, melainkan kafirlah ia (lihat erti kafir dalam Hadis
no. 1800). Dan barangsiapa yang mengaku sesuatu yang bukan miliknya, maka ia
tidaklah termasuk golongan kita yakni kaum Muslimin dan hendaklah ia menduduki
tempat dari neraka. Juga barangsiapa yang mengundang seseorang dengan sebutan kekafiran
atau ia berkata bahawa orang itu musuh Allah, sedangkan orang yang dikatakan
tadi sebenarnya tidak demikian, melainkan kembalilah kekafiran atau sebutan
musuh Allah itu kepada dirinya sendiri."
(Muttafaq'alaih)
Ini
adalah lafaz dalam riwayat Imam Muslim.