Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani
Surah
Al Anfaal terdiri atas 75 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyah, kerana
seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Madinah. Surah ini dinamakan Al Anfaal
yang bererti harta rampasan perang berhubung kata Al Anfaal terdapat pada
permulaan surah ini dan juga persoalan yang menonjol dalam surah ini ialah
tentang harta rampasan perang, hukum perang dan hal-hal yang berhubungan dengan
peperangan pada umumnya. Menurut riwayat Ibnu Abbas r.a. surah ini diturunkan
berkenaan dengan perang Badar Kubra yang terjadi pada tahun kedua hijrah.
Peperangan ini sangat penting ertinya, kerana dialah yang menentukan jalan
sejarah Perkembangan Islam. Pada waktu itu umat Islam dengan berkekuatan kecil
untuk pertama kali dapat mengalahkan kaum musyrikin yang berjumlah besar, dan
berperlengkapan yang cukup, dan mereka dalam peperangan ini memperoleh harta
rampasan perang yang tidak sedikit. Oleh sebab itu timbullah masalah bagaimana
membagi harta-harta rampasan perang itu, maka kemudian Allah menurunkan ayat
pertama dari surah ini.
Pokok-pokok isinya:
Pokok-pokok isinya:
1. Keimanan:
Allah
selalu menyertai orang-orang yang beriman dan melindungi mereka; menentukan
hukum-hukum agama itu hanyalah hak Allah; jaminan Allah terhadap kemenangan
umat yang beriman; 'inayat Allah terhadap orang-orang yang bertawakal; hanyalah
Allah yang dapat mempersatukan hati orang yang beriman; tindakan-tindakan dan
hukum-hukum Allah didasarkan atas kepentingan umat manusia; adanya malaikat
yang menolong barisan kaum muslimin dalam perang Badar; adanya
gangguan-gangguan syaitan pada orang-orang mukmin dan tipu daya mereka pada
orang-orang musyrikin; syirik adalah dosa besar.
2. Hukum-hukum:
Aturan pembagian harta rampasan perang; kebolehan memakan harta rampasan perang; larangan lari/mundur dalam peperangan; hukum mengenai tawanan perang pada permulaan Islam; kewajipan taat kepada pimpinan dalam perang; keharusan mengusahakan perdamaian; kewajipan mempersiapkan diri dengan segala alat perlengkapan perang; ketahanan mental, sabar dan tawakal serta mengingat Allah dalam peperangan; tujuan perang dalam Islam; larangan khianat kepada Allah dan Rasul serta amanat; larangan mengkhianati perjanjian.
3. Kisah-kisah:
Keengganan
beberapa orang Islam ikut perang Badar, suasana kaum muslimin di waktu perang
Badar, sebelumnya, sesudahnya dan waktu perang berlangsung; keadaan Nabi
Muhammad s.a.w. sebelum hijrah serta permusuhan kaum musyrikin terhadap beliau;
Orang Yahudi membatalkan perjanjian damai dengan Nabi Muhammad s.a.w.; kisah
keadaan orang kafir musyrikin dan Ahli Kitab serta keburukan orang-orang
munafik.
4. Dan lain lain:
Pengertian
iman, tanda-tandanya dan sifat-sifat orang yang beriman; sunnatullah pada
seseorang dan masyarakat.
KISAH
PERANG BADAR
Cara
pembagian ghanimah terserah kepada Allah dan Rasul
1. Mereka menanyakan
kepadamu tentang (pembahagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta
rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul[593], oleh sebab
itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu;
dan taatlah kepada Allah dan RasulNya jika kamu adalah orang-orang yang
beriman."
[593]. Maksudnya: pembahagian harta
rampasan itu menurut ketentuan Allah dan RasulNya.
2. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman[594]
ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (kerananya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakal.
[594]. Maksudnya: orang yang sempurna
imannya.
[595]. Dimaksud dengan disebut nama
Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakanNya.
3. (yaitu) orang-orang
yang mendirikan solat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka.
4. Itulah orang-orang
yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa darjat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.
Keengganan
sebahagian sahabat untuk pergi ke peperangan Badar dan pertolongan Allah kepada
kaum muslimin
5. Sebagaimana Tuhanmu
menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran[596], padahal
sesungguhnya sebahagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
[596]. Maksudnya: Menurut Al Maraghi:
Allah mengatur pembahagian harta rampasan perang dengan kebenaran, sebagaimana
Allah menyuruhnya pergi dari rumah (di Madinah) untuk berperang ke Badar dengan
kebenaran pula. Menurut Ath-Thabari: Keluar dari rumah dengan maksud berperang.
6. mereka membantahmu
tentang kebenaran sesudah nyata (bahawa mereka pasti menang), seolah-olah
mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian
itu).
7. Dan (ingatlah),
ketika Allah menjanjikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan (yang
kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak
mempunyai kekuatan senjatalah[597] yang untukmu, dan Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan
orang-orang kafir,
[597]. Maksudnya kafilah Abu Sufian
yang membawa dagangan dari Siria. Sedangkan kelompok yang datang dari Mekah di bawah
pimpinan Utbah bin Rabi'ah bersama Abu Jahal.
8. agar Allah menetapkan
yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang
berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.
9. (Ingatlah), ketika
kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankanNya bagimu:
"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut."
10. Dan Allah tidak
menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan
agar hatimu menjadi tenteram kerananya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
11. (Ingatlah), ketika
Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripadaNya, dan
Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan
itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan
hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)[598].
[598]. Memperteguh telapak kaki disini
dapat juga diartikan dengan keteguhan hati dan keteguhan pendirian.
12. (Ingatlah), ketika
Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu,
maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman." Kelak akan Aku
jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala
mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka[599].
[599]. Maksudnya: ujung jari disini
ialah anggota tangan dan kaki.
13. (Ketentuan) yang
demikian itu adalah kerana sesungguhnya mereka menentang Allah dan RasulNya;
dan barangsiapa menentang Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya Allah amat
keras siksaanNya.
14. Itulah (hukum dunia
yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi
orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka.
Larangan
melarikan diri dari pertempuran
15. Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang
menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
16. Barangsiapa yang
membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat)
perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.
17. Maka (yang
sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh
mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah
yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk
memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
18. Itulah (kurnia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir.
18. Itulah (kurnia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir.
19. Jika kamu
(orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan
kepadamu; dan jika kamu berhenti[600]; maka itulah yang lebih
baik bagimu; dan jika kamu kembali[601], nescaya Kami kembali
(pula)[602]; dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan
dapat menolak dari kamu sesuatu bahayapun, biarpun dia banyak dan sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang beriman.
[600]. Maksudnya: berhenti dari
memusuhi dan memerangi Rasul.
[601]. Maksudnya: kembali memusuhi dan
memerangi Rasul.
[602]. Maksudnya: Allah memberi
pertolongan kepada Rasul.
Larangan
menyalahi perintah-perintah Allah
20. Hai orang-orang yang
beriman, taatlah kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berpaling dari
padaNya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahNya),
21. dan janganlah kamu
menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami mendengarkan[603],
padahal mereka tidak mendengarkan.
[603]. Maksudnya: mereka mendengarkan
tapi hati mengingkarinya.
22. Sesungguhnya
binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang
yang pekak dan tuli[604] yang tidak mengerti apa-apapun.
[604]. Maksudnya: manusia yang paling
buruk di sisi Allah ialah yang tidak mahu mendengar, menuturkan dan memahami
kebenaran.
23. Kalau sekiranya
Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka
dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, nescaya
mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang
mereka dengar itu).
Kewajipan
mentaati perintah Allah dan RasulNya
24. Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu
kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605],
ketahuilah bahawa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606]
dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan.
[605]. Maksudnya: menyeru kamu
berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan musuh serta
menghidupkan Islam dan muslimin. Juga bererti menyeru kamu kepada iman,
petunjuk jihad dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
[606]. Maksudnya: Allah-lah yang
menguasai hati manusia.
25. Dan peliharalah
dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja
di antara kamu. Dan ketahuilah bahawa Allah amat keras siksaanNya.
26. Dan ingatlah (hai
para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka
bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah
memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikanNya kamu kuat dengan
pertolonganNya dan diberiNya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu
bersyukur.
Larangan
berkhianat dan faedah bertakwa
27. Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui.
28. Dan ketahuilah, bahawa
hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cubaan dan sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar.
29. Hai orang-orang
beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan[607]. Dan kami akan jauhkan
dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah
mempunyai kurnia yang besar.
[607]. Ertinya: petunjuk yang dapat
membezakan antara yang haq dan yang batil, dapat juga diertikan di sini sebagai
pertolongan.
Permusuhan
kaum musyrkin terhadap Nabi dan kewajipan memerangi mereka sampai terpelihara
agama Allah
30. Dan (ingatlah),
ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik Pembalas tipu daya.
31. Dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami
telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki nescaya
kami dapat membacakan yang seperti ini, (al Quran) ini tidak lain hanyalah
dongeng-dongengan orang-orang purbakala."
32. Dan (ingatlah),
ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (al
Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu
dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih."
33. Dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.
Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun[608]
[608]. Di antara mufassirin mengertikan
yastagfiruuna dengan bertaubat dan ada pula yang mengertikan bahawa di
antara orang-orang kafir itu ada orang muslim yang minta ampun kepada Allah.
34. Kenapa Allah tidak
mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi)
Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya?
Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa.
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
35. Solat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
36. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari
jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi
mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahanamlah orang-orang yang
kafir itu dikumpulkan,
37. supaya Allah
memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang
buruk itu sebahagiannya di atas sebahagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkanNya, dan
dimasukkanNya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi.
38. Katakanlah kepada
orang-orang yang kafir itu[609]: "Jika mereka berhenti
(dari kekafirannya), nescaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa
mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi[610]
sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang
dahulu."
[609]. Ialah: Abu Sufian dan sahabat-sahabatnya.
[610]. Maksudnya: jika mereka kafir
dan kembali memerangi Nabi.
39. Dan perangilah
mereka, supaya jangan ada fitnah[611] dan supaya agama itu
semata-mata untuk Allah[612]. Jika mereka berhenti (dari
kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
[611]. Maksudnya: gangguan-gangguan
terhadap umat Islam dan agama Islam.
[612]. Maksudnya: Menurut An-Nasafi dan Al-Maraghi, tegaknya agama Islam dan sirnanya agama-agama yang batil.
[612]. Maksudnya: Menurut An-Nasafi dan Al-Maraghi, tegaknya agama Islam dan sirnanya agama-agama yang batil.
40. Dan jika mereka
berpaling, maka ketahuilah bahawasanya Allah Pelindungmu. Dia adalah
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Cara
pembagian ghanimah
41. Ketahuilah,
sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang[613],
maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan ibnussabil[614], jika kamu beriman
kepada Allah dan kepada apa[615] yang kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan[616], iaitu di hari
bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[613]. Yang dimaksud dengan rampasan
perang (ghanimah) adalah harta yang diperoleh dari orang-orang kafir dengan
melalui pertempuran, sedang yang diperoleh tidak dengan pertempuran dinama
fa'i. Pembahagian dalam ayat ini berhubungan dengan ghanimah saja. Fa'i dibahas
dalam surat al-Hasyr
[614]. Maksudnya: seperlima dari
ghanimah itu dibagikan kepada: a. Allah dan RasulNya. b. Kerabat Rasul (Banu
Hasyim dan Muthalib). c. Anak Yatim. d. Fakir miskin. e. Ibnussabil. Sedang
empat-perlima dari ghanimah itu dibagikan kepada yang ikut bertempur.
[615]. Yang dimaksud dengan apa
ialah: ayat-ayat al-Quran, malaikat dan pertolongan.
[616]. Furqaan ialah: pemisah antara yang hak dan yang batil. Yang dimaksud dengan hari al Furqaan ialah hari jelasnya kemenangan orang Islam dan kekalahan orang kafir, iaitu hari bertemunya dua pasukan di peperangan Badar, pada hari Jumaat 17 Ramadan tahun ke 2 Hijriah. Sebahagian mufassirin berpendapat bahawa ayat ini mengisyaratkan kepada hari permulaan turunnya al Quranul Kariem pada malam 17 Ramadan.
[616]. Furqaan ialah: pemisah antara yang hak dan yang batil. Yang dimaksud dengan hari al Furqaan ialah hari jelasnya kemenangan orang Islam dan kekalahan orang kafir, iaitu hari bertemunya dua pasukan di peperangan Badar, pada hari Jumaat 17 Ramadan tahun ke 2 Hijriah. Sebahagian mufassirin berpendapat bahawa ayat ini mengisyaratkan kepada hari permulaan turunnya al Quranul Kariem pada malam 17 Ramadan.
Rahmat
Allah kepada kaum Muslimin dalam peperangan Badar
42. (Iaitu di hari)
ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir
lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu[617].
Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran),
pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan
tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan
yang mesti dilaksanakan[618], iaitu agar orang yang binasa
itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu
hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula)[619].
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,
[617]. Maksudnya: Kaum muslimin waktu
itu berada di pinggir lembah yang dekat ke Madinah, dan orang-orang kafir
berada di pinggir lembah yang jauh dari Madinah. Sedang kafilah yang dipimpin
oleh Abu Sufian itu berada di tepi pantai kira-kira 5 batu dari Badar.
[618]. Maksudnya: kemenangan kaum
muslimin dan kehancuran kaum musyrikin.
[619]. Maksudnya: agar orang-orang yang tetap di dalam kekafirannya tidak mempunyai alasan lagi untuk tetap dalam kekafiran itu, dan orang-orang yang benar keimanannya adalah berdasarkan kepada bukti-bukti yang nyata.
[619]. Maksudnya: agar orang-orang yang tetap di dalam kekafirannya tidak mempunyai alasan lagi untuk tetap dalam kekafiran itu, dan orang-orang yang benar keimanannya adalah berdasarkan kepada bukti-bukti yang nyata.
43. (iaitu) ketika Allah
menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. Dan sekiranya
Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu
menjadi gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu,
akan tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala isi hati.
44. Dan ketika Allah
menampakkan mereka kepada kamu sekalian, ketika kamu berjumpa dengan mereka
berjumlah sedikit pada penglihatan matamu dan kamu ditampakkanNya berjumlah
sedikit pada penglihatan mata mereka, kerana Allah hendak melakukan suatu
urusan yang mesti dilaksanakan. Dan hanyalah kepada Allahlah dikembalikan
segala urusan.
Kewajipan berteguh hati, bersatu dalam peperangan dan larangan berlaku sombong dan riak
45. Hai orang-orang yang
beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan
sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[620] agar kamu
beruntung.
[620]. Maksudnya ialah: memperbanyak
zikir dan doa.
46. Dan taatlah kepada
Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu
menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.
47. Dan janganlah kamu
menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan
dengan maksud riak kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.
Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.
Pengkhianatan
syaitan terhadap janjinya kepada pengikut-pengikutnya
48. Dan ketika syaitan
menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak
ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan
sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu." Maka tatkala kedua pasukan itu
telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang
seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu,
sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat;
sesungguhnya saya takut kepada Allah." Dan Allah sangat keras siksaNya.
49. (Ingatlah), ketika
orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata:
"Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya." (Allah
berfirman): "Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
50. Kalau kamu melihat
ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka
dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang
membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri).
51. Demikian itu
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak menganiaya hambaNya,
Kebinasaan
sesuatu kaum adalah lantaran perbuatan mereka sendiri
52. (keadaan mereka)
serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang
sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka
disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras
siksaanNya.
53. (Siksaan) yang
demikian itu adalah kerana sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah
sesuatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum, hingga kaum itu
merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
621]. Allah tidak mencabut nikmat yang
telah dilimpahkanNya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan
bersyukur kepada Allah.
54. (keadaan mereka)
serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang
sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka
disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikut-pengikutnya;
dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.
55. Sesungguhnya
binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang
kafir, kerana mereka itu tidak beriman.
56. (Iaitu) orang-orang
yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka
mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut
(akibat-akibatnya).
57. Jika kamu menemui
mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di belakang
mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran.
Syirik
adalah dosa yang paling besar dan sikap menghadapi kaum musyrikin dalam
peperangan
58. Dan jika kamu kuatir
akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah
perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berkhianat.
59. Dan janganlah
orang-orang yang kafir itu mengira, bahawa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan
Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).
60. Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah nescaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
60. Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah nescaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Cinta
perdamaian dan keharusan mempertebal semangat jihad
61. Dan jika mereka
condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
62. Dan jika mereka
bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu).
Dialah yang memperkuatmu dengan pertolonganNya dan dengan para mukmin,
63. dan Yang
mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622].
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, nescaya kamu
tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan
hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
[622]. Penduduk Madinah yang terdiri
dari suku Aus dan Khazraj selalu bermusuhan sebelum Nabi Muhammad s.a.w hijrah
ke Medinah dan mereka masuk Islam, permusuhan itu hilang.
64. Hai Nabi, cukuplah
Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.
65. Hai Nabi,
kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang
sabar diantaramu, nescaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh.
Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, nescaya mereka akan dapat
mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum
yang tidak mengerti[623].
[623]. Maksudnya: mereka tidak
mengerti bahawa perang itu haruslah untuk membela keyakinan dan mentaati
perintah Allah. Mereka berperang hanya semata-mata mempertahankan tradisi
jahiliyah dan maksud-maksud duniawiyah lainnya.
66. Sekarang Allah telah
meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka
jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, nescaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang
sabar), nescaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin
Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.
67. Tidak patut, bagi
seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka
bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki
(pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
68. Kalau sekiranya
tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, nescaya kamu ditimpa
siksaan yang besar kerana tebusan yang kamu ambil.
69. Maka makanlah dari
sebahagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang
halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
70. Hai Nabi, katakanlah
kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada
kebaikan dalam hatimu, nescaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik
dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu." Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
71. Akan tetapi jika
mereka (tawanan-tawanan itu) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka
sesungguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah
menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
72. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya
pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain
lindung-melindungi[624]. Dan (terhadap) orang-orang yang
beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajipan sedikitpun atasmu
melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta
pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan
mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
[624]. Yang dimaksud lindung
melindungi ialah: di antara Muhajirin dan Anshar terjalin persaudaraan yang
amat teguh, untuk membentuk masyarakat yang baik. Demikian keteguhan dan
keakraban persaudaraan mereka itu, sehingga pada pemulaan Islam mereka
waris-mewarisi seakan-akan mereka bersaudara kandung.
73. Adapun orang-orang
yang kafir, sebahagian mereka menjadi pelindung bagi sebahagian yang lain. Jika
kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah
itu[625], nescaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerosakkan
yang besar.
[625]. Yang dimaksud dengan apa yang
telah diperintahkan Allah itu: keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara
kaum muslimin.
74. Dan orang-orang yang
beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan
dan rezeki (nikmat) yang mulia.
75. Dan orang-orang yang
beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka
orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan
kerabat itu sebahagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan
kerabat)[626] di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
[626]. Maksudnya: yang jadi dasar
waris mewarisi dalam Islam ialah hubungan kerabat, bukan hubungan persaudaraan
keagamaan sebagaimana yang terjadi antara Muhajirin dan Anshar pada permulaan
Islam.
Surah
Al Anfaal menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya,
khususnya menerangkan Perang Badar, iaitu peperangan yang menentukan jalan
sejarah Islam dan muslimin, bahkan tidak akan salah kiranya kalau dikatakan bahawa
Perang Badar itu menentukan jalan sejarah umat manusia pada umumnya. Sebahagian
besar surat ini mengandung hal-hal yang berhubungan dengan perdamaian dan
peperangan; tingkahlaku orang-orang kafir, orang-orang munafik dan sebahagian
orang-orang Islam yang tidak kuat imannya dalam peperangan. Kemudian ditegaskan
bahawa Allah menolong orang-orang yang beriman dan menghancurkan orang-orang
kafir dan munafik itu, adalah merupakan sunnahNya yang tidak dapat dimungkiri
berlakunya, sebagaimana pernah terjadi pada Firaun dan kaumnya serta umat-umat
yang sebelumnya.
HUBUNGAN SURAH AL ANFAAL DENGAN SURAH AT TAUBAH
Sebagaimana halnya hubungan surah-surah yang lain dengan surah-surah yang sesudahnya, maka hal yang dikemukakan oleh surah Al Anfaal, seperti hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama dan furu'nya, sunnah Allah, syariat hukum-hukum perjanjian dan janji setia, hukum perang dan damai dan sebagainya disebutkan dalam surah At Taubah, umpamanya:
1. Perjanjian yang dikemukakan surah Al Anfaal dijelaskan oleh surah At Taubah, terutama hal-hal yang berhubungan dengan pengkhianatan musuh terhadap janji-janji mereka.
2. Sama-sama menerangkan tentang memerangi orang-orang musyrikin dan Ahli Kitab.
3. Surah Al Anfaal mengemukakan bahawa yang mengurus dan memakmurkan Masjidilharam itu ialah orang-orang yang bertakwa, sedang surah At Taubah menerangkan bahawa orang-orang musyrik tidak pantas mengurus dan memakmurkan masjid, bahkan mereka akan menghalang-halangi orang-orang Islam terhadapnya.
4. Surah Al Anfaal menyebut sifat-sifat orang-orang yang sempurna imannya, dan sifat-sifat orang-orang kafir, lalu pada akhir surah diterangkan pula tentang hukum perlindungan atas orang-orang muslim yang berhijrah, orang-orang muslim yang tidak berhijrah serta orang-orang kafir. Hal yang serupa dikemukakan pula pada surah At Taubah.
5. Surah Al Anfaal menganjurkan agar bernafkah di jalan Allah, sedang surah At Taubah menegaskan sekali lagi. Begitu pula dalam surah Al Anfaal diterangkan tentang penggunaan harta rampasan perang, sedang surah At Taubah menerangkan penggunaan zakat.
6.
Surah Al Anfaal mengemukakan tentang orang-orang munafik dan orang-orang yang
ada penyakit dalam hatinya, kemudian surah At Taubah menerangkannya lebih luas.
Kalau kita perhatikan, ternyata bahawa antara surah Al Anfaal dan surah At Taubah terdapat hubungan yang erat sekali. Seakan-akan keduanya merupakan satu surah, bahkan sebahagian ahli tafsir mengatakan bahawa: Kalau tidaklah kerana ketentuan Allah, maka mereka akan memandang surah Al Anfaal dan surah At Taubah sebagai satu surah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan