Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Selasa, 8 April 2014

P 121 : KISAH 1 EKOR KAMBING DITUKAR DENGAN 4000 KAMBING DAN DINAR

Dikisahkan Abul-Hasan Madani rah.a. berkata, “Ketika Hasan r.a., Husain r.a., dan Abdullah bin Ja’far r.a. sedang melakukan perjalanan untuk melakukan ibadah haji, di perjalanan, unta yang membawa perbekalan mereka telah terpisah dengan mereka. Maka mereka melanjutkan perjalanan dalam keadaan lapar dan haus. 

Pada saat mereka melewati sebuah khemah, di dalamnya terlihat seorang wanita tua. Mereka bertanya kepada wanita itu, “Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk kami minum?” Ia menjawab, “Ya, ada.” Maka turunlah mereka dari unta mereka. 

Wanita tua itu memiliki seekor kambing betina yang sangat kecil. Dengan menunjuk ke arah kambing itu, ia berkata, “Perahlah susunya kemudian minumlah sedikit-sedikit. Merekapun memerah susunya, kemudian meminumnya. 

Kemudian mereka bertanya, “Adakah sesuatu untuk dimakan?” Wanita tua itu berkata, “Silakan salah seorang di antara kalian menyembelihnya. Aku akan memasakkannya.” 

Maka salah seorang di antara mereka menyembelihnya, dan wanita tua itu memasaknya. Setelah mereka makan dan minum, pada petang harinya ketika mereka mahu melanjutkan perjalanan, mereka berkata, “Kami adalah orang-orang dari Bani Hasyim. Sekarang ini kami sedang melakukan safar untuk ibadah haji. Jika kami selamat sampai ke Madinah, datanglah kepada kami, kami akan membalas kemurahan hatimu. 

Setelah berkata demikian, pergilah mereka. 

Pada petang harinya, ketika suami wanita itu datang, wanita tua kemudian menceritakan kisah orang-orang dari Bani Hasyim tersebut. 

Mendengar penuturan isterinya itu, suaminya sangat marah dan berkata, “Engkau telah menyembelih kambing untuk orang asing yang tidak dikenal.” Isterinya menjawab, “Mereka dari Bani Hasyim.” 

Ringkas cerita, setelah suaminya marah-marah, ia terdiam. Beberapa lama kemudian, ketika kedua suami isteri tersebut didera kemiskinan, keduanya pergi ke Madinah untuk bekerja sebagai buruh. Sepanjang hari, mereka mengambil kotoran haiwan dan mengeringkannya, lalu menjualnya untuk mempertahankan hidup.

Pada suatu hari, ketika wanita tua itu sedang memunguti kotoran binatang, Hasan r.a. tengah duduk di depan rumahnya. Ketika wanita tua tersebut lewat, Hasan r.a. melihatnya dan mengenalinya. Kemudian Hasan r.a. menyuruh hamba sahayanya untuk memanggil wanita tua itu. 

Sesampainya di hadapan Hasan r.a., ia bertanya, “Wahai hamba Allah, apakah engkau mengenaliku?” Ia menjawab, “Aku tidak mengenali engkau.” Hasan r.a. berkata, “Aku adalah tamumu yang pernah meminum susu kambing dan memakan dagingnya. Wanita tua itu tetap merasa belum kenal. Tetapi sejurus kemudian ia berkata, “Demi Allah, engkaukah tamuku itu?” Hasan r.a. berkata, “Ya, akulah tamumu.” 

Dan setelah berbicara seperti itu, Hasan r.a. menyuruh hamba sahayanya membeli kambing sebanyak seribu ekor untuk diberikan kepada wanita tua tersebut. Di samping memberi seribu kambing, Hasan r.a. juga memberinya seribu dinar. Lalu Hasan r.a. menyuruh hamba sahayanya untuk membawa wanita tua itu menemui adiknya, Husain r.a.. 

Husain r.a. bertanya, “Balasan apa yang diberikan oleh kakakku, Hasan?” Ia menjawab, “Seribu ekor kambing dan seribu dinar.” Setelah mendengar jawapan itu, Husain r.a. juga menyerahkan pemberian yang sama sebagaimana yang diberikan oleh kakaknya. Setelah itu, ia dihantar kepada Abdullah bin Ja’far r.a.. Iapun menyelidiki apa yang telah diberikan oleh kedua cucu Rasulullah saw. tersebut, dan setelah mengetahuinya, ia memberikan kepada wanita tua itu dua ribu kambing dan dua ribu dinar, dan ia berkata, “Jika engkau datang kepadaku terlebih dahulu, aku akan memberimu lebih dari ini. 

Lalu wanita tua itu menyerahkan empat ribu ekor kambing dan empat ribu dinar kepada suaminya sambil berkata, “Ini adalah ganti dari kambing kita yang lemah itu.” 

[Imam Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitabnya: Ihya']


Tiada ulasan:

Catat Ulasan