Allah
Subhanahu wa Taala berfirman, (Seraya) berkata :
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى
Firman
Allah swt yang bermaksud :
”Akulah
Tuhanmu yang paling tinggi.” (ucapan Firaun)
[TQS.
An-Naazi'aat (79): 24]
Ayat
tersebut menegaskan serangkaian akumulasi (kejadian) perbuatan Firaun. Jadi
bukan sekadar ucapan saja, tapi ada perbuatan-perbuatan sebelumnya yang
mengiringi dan puncaknya adalah ketika ia mengucapkan kata seperti tersebut di
atas.
Lantas
apa sebenarnya perbuatan Firaun?
� Apakah firaun mengaku
sebagai YANG MAHA KUASA? — Tidak!
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Firaun
berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya Musa
ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai,”
QS.
Asy-Syu’aara:34
Firaun
perlu berunding ketika menemui kesulitan, ini membuktikan Firaun tidak mengaku
sebagai YANG MAHA KUASA.
� Apakah Firaun tidak
mengakui Tuhan dan Nabi Musa? — Tidak juga!
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Dan
ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata:
“Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian
yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat
menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan
kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.”
QS.
Al-A’raaf: 134
Terbukti
Firaun mengakui Kenabian Nabi musa dan Mengakui bahawa yang mampu menghalau
segala macam bencana hanyalah ALLAH.
� Apakah Firaun mengaku
berkuasa atas alam semesta ? — Tidak juga!
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Dan
Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: “Hai kaumku, bukankah kerajaan
Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku;
maka apakah kamu tidak melihat(nya)?”
QS.
Az-Zukhruf: 51 |
Dia
hanya berkuasa di Negeri Mesir. Ia tahu dan menyedari hal tersebut.
� Apakah Firaun melarang
Umat tauhid (waktu itu) melaksanakan solat? — Tidak Sama sekali!
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Maka
tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: “Lemparkanlah
apa yang hendak kamu lemparkan.”
QS.
Yunus: 80
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Maka
setelah mereka lemparkan, Musa berkata: “Apa yang kamu lakukan itu, itulah
sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya” Sesungguhnya
Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang membuat
kerosakan.”
QS.
Yunus: 81
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Dan
Allah akan mengukuhkan yang benar dengan ketetapanNya, walaupun orang-orang
yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).”
QS.
Yunus: 82
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Maka
tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa)
dalam keadaan takut bahawa Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa
mereka. Sesungguhnya Firaun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan
sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.”
QS.
Yunus: 83
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Berkata
Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah
kepadaNya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.”
QS.
Yunus: 84
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Lalu
mereka berkata: “Kepada Allahlah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah
Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim,”
QS.
Yunus: 85
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Dan
selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang
kafir.”
QS.
Yunus: 86
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Dan
Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: “Ambillah olehmu berdua beberapa buah
rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu
rumah-rumahmu itu tempat solat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta
gembirakanlah orang-orang yang beriman.”
QS.
Yunus: 87
� Jadi apa sebenarnya
dosa yang paling besar dari Firaun?
Analisa
berawal dari sini.
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Firaun
berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan
menjadikan kamu salah seorang yang DIPENJARAKAN.”
QS.
Asy-Syu’aara: 29
Kuncinya
adalah pada kata “DIPENJARAKAN.” Penjara di dunia manapun hanya di peruntukkan
bagi pelanggar “hukum/aturan.”
Penyembahan
kepada Firaun itu bukan penyembahan seperti solat, sembahyang kepada Firaun,
tapi ketaatan pada hukumnya Firaun itulah bentuk penyembahan yang dimaksudkan
ayat tersebut.
Ayat di
bawah ini akan memperjelas :
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Dan
mereka berkata: “Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti
kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang
beribadah kepada kita?”
QS.
Al-Mu’minun: 47
Dari
ayat di atas menunjukkan, dosa Firaun yang utama adalah menyuruh manusia “Taat
“kepada Hukum-Hukumnya.
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Maka
Firaun mempengaruhi kaumnya lalu mereka “taat” kepadanya. Kerana sesungguhnya
mereka adalah kaum yang fasik.”
QS.
Az-Zukhruf 54
Jadi
ketaatan yang dimaksud Firaun adalah taat pada “HUKUM/ATURAN” yang ia buat.
Bagi
Allah inilah pelanggaran berat mengingat ayat tersebut di bawah ini.
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi
keputusan yang paling baik.”
QS. Al
An’aam 57
INILAH
PELANGGARAN BERAT YANG DILAKUKAN FIRAUN
Firaun
tidak memaksa Bani israel Syirik dalam persujudan, kerana sekembalinya Musa
dari pelarian, al Quran menyebutkan Musa diperbolehkan mengambil beberapa rumah
di Mesir untuk beribadah ”sujud” kepada ALLAH. Bukan persujudan (solat) yang
dihalangi oleh Firaun. Taat hukum selain hukumnya (Firaun), inilah yang
dihalangi sekuat tenaganya.
Kondisi
ini mirip sekali dengan keadaan kita umat muslim di Indonesia mahupun Malaysia
saat ini. Tidak ada yang menghalangi kita solat. Hanya kita diwajibkan taat
pada HUKUM-HUKUM selain HUKUM ALLAH dan Hukum Sekarang Identik dengan KEKUASAAN
dan dipermainkan dengan seenaknya saja.
Ibarat
Mata Pisau, Tajam di bawah Tumpul di atas. Barangsiapa tidak tunduk pada hukum
yang telah kami tetapkan, maka kamu akan menjadi salah seorang yang
dipenjarakan.
Yang
menghairankan adalah ini sama PERSIS dengan ucapan Firaun sekian abad yang
silam.
وَمَنْ
لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Barangsiapa
yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.”
QS.
al-Maaidah (5): 44
وَمَنْ
لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Barangsiapa
tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang zalim.”
QS.
al-Maaidah (5): 45
وَمَنْ
لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Barangsiapa
tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang fasik.”
[QS.
al-Maaidah (5): 47]
Firaun
memaksa Bani Israel untuk syirik dalam Ibadah Rukuk iaitu ketaatan pada
aturan-aturan yang dibuatnya.
Maka
erti dari ucapan Firaun:” AKULAH TUHANMU YANG TERTINGGI” adalah HUKUMKU
(Firaun) adalah HUKUM TERTINGGI DI NEGERI INI.
KESIMPULAN
Siapa
saja yang membuat aturan Hidup untuk manusia tanpa didasari nilai-nilai
kemanusiaan maka dia telah berlaku seperti Firaun. Tanpa Mereka sedari MPR/DPR
berkata,” Tap MPR (HUKUM DPR/MPR) adalah hukum tertinggi, siapa yang melanggar
maka akan menjadi salah seorang yang dipenjarakan! ini MIRIP SEPERTI ucapan
Firaun. inilah salah satu cabang reinkarnasi Firaun versi modern. Padahal pada
praktiknya Hukum Tertinggi saat ini adalah Kekuasaan, Money Politic dan lain-lainya. dan sudah ada
faktanya bahawa kadang Hukum dipermainkan dengan seenaknya.
أَفَحُكْمَ
الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ
يُوقِنُونَ
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Apakah
hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
[TQS.
al-Maaidah (5): 50]
Berhati-hatilah
dengan Kesombonganmu kerana tanpa kita sedari dapat berhujung pada akar
kemusyrikan.
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Dan
Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutuNya dalam menetapkan hukum.”
(QS.
al-Kahfii: 26)
فَالْيَوْمَ
نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ
النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
Firman
Allah swt yang bermaksud :
“Maka
pada hari ini Kami selamatkan engkau dengan badanmu (Fal yauma nunajjiika bi
badanika), supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami.”
[TQS.
Yunus (10): 92]
Diriwayatkan
daripada Abdullah bin Mas’ud (ra), bahawa Rasulullah (saw) bersabda:
“Tidak
akan masuk syurga seorang yang dalam hatinya terdapat sifat kesombongan,
walaupun hanya seberat debu.”
Kemudian
ada orang berkata: “Sesungguhnya seorang itu ada yang senang jikalau pakaiannya
itu baik dan terompahnya (sendal-sepatunya) pun baik.”
Beliau (saw) lalu bersabda: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. kesombongan itu ialah menolak kebenaran (Batharul-haqqi) dan menghinakan orang banyak (Ghamtunnaasi).”
Beliau (saw) lalu bersabda: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. kesombongan itu ialah menolak kebenaran (Batharul-haqqi) dan menghinakan orang banyak (Ghamtunnaasi).”
(HR
Muslim)
Qarinah
dari sikap sombongan itu memiliki dua konteks:
1. Bathaqul-haqqi ialah menolak kebenaran dan mengembalikannya kepada orang yang mengucapkannya itu — yakni memberikan bantahan pada kebenaran tadi.
2. Ghamtunnaasi ialah menghinakan sesama manusia — merendahkan manusia atas kekurangannya. Ibnu Abbas rahimahullah berkata, “Terlaknatlah orang menghormati orang lain kerana kekayaannya, dan menghina orang lain sebab kemiskinannya.”
“DEMOKRASI,
MENCIPTAKAN MANUSIA-MANUSIA SOMBONG” — Pernahkah kita bertanya pada diri kita?
Patutkah manusia yang diciptakan Allah (swt) kemudian menggelar sebuah majlis
(PARLIMEN) yang di dalamnya diajukan proposal mengenai perlu-tidaknya Hukum
Allah (Syariah al-Khilafah) diberlakukan? Perlukah dilakukan Voting?
Rasulullah
(saw) bersabda,
“Cukup
berdosa orang yang jika diingatkan agar bertakwa kepada Allah, lalu dia marah.”
(HR
Ath-Thabrani)
Tidakkah
terfikir, betapa sombong dan kurang ajarnya manusia-manusia yang hadir di dalam
majlis tersebut sehingga berani mempertanyakan kepada forum apakah mereka
setuju atau tidak setuju akan pemberlakuan Hukum Allah?
Waallahu
a’lamu bi ash-shawab..
Tiada ulasan:
Catat Ulasan