Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Sabtu, 25 Februari 2017

R 150 BERSYUKUR KEPADA ALLAH SWT

Bersyukur ertinya berterima kasih kepada yang memberi nikmat/hadiah kepada kita melalui hati yang tulus, dengan pujian secara lisan dan perbuatan yang menyenangkan si pemberi nikmat tersebut.

“Iman terbagi menjadi dua, separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur.”
(HR. Al-Baihaqi)

Jika kita mendapat kurnia daripada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, hendaklah kita ucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi ALLAH).

Ada empat perkara, barangsiapa memilikinya ALLAH akan membangun untuknya rumah di syurga, dan dia dalam naungan cahaya ALLAH yang Maha Agung. Apabila pegangan teguhnya  “Laailaha illallah.” Jika memperoleh kebaikan dia mengucapkan  “Alhamdulillah,” jika berbuat salah (dosa) dia mengucapkan  “Astaghfirullah” dan jika ditimpa musibah dia berkata  “Inna lillahi wainna ilaihi roji’uun.”
(HR. Ad-Dailami)

Jika kita bersyukur/berterimakasih atas nikmat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, nescaya ALLAH SUBHANAHU WA TAALA akan menambah nikmatNya kepada kita. Jika tidak, maka kita akan disiksa olehNya:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.”  
[Ibrahim 7]

“Mengapa ALLAH akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan ALLAH adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. “
[An Nisaa’ 147]

Mengapa kita harus bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA?

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan ALLAH mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
(QS. An Nahl : 78)

“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
[Al Mu’minuun 78]

Cuba kita renungi diri kita. Siapakah yang telah menciptakan kedua mata kita? Kedua telinga kita? Mulut kita? Kaki dan tangan kita? ALLAH SUBHANAHU WA TAALA bukan? Mengapakah kita tidak mahu bersyukur?

Sekadar untuk membeli frame dan lensa saja boleh habis jutaan rupiah. Mata kita tentu nilainya jauh di atas itu. Mengapa kita tidak bersyukur?

Saat orang sakit jantung, dia boleh menghabiskan ratusan juta rupiah untuk mengubatinya. Bukankah kita seharusnya bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA yang telah memberikan jantung kepada kita secara percuma?

Jika kita amati orang tua kita, anak-anak kita, isteri kita, semua itu ALLAH SUBHANAHU WA TAALA yang menciptakan.

Begitu pula dengan bumi dan langit beserta seluruh isinya.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat ALLAH, nescaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya ALLAH benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[An Nahl 18]

Oleh kerana itulah Luqman menasihati anaknya untuk bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA :

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, iaitu: “Bersyukurlah kepada ALLAH. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada ALLAH), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya ALLAH Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
[Luqman 12]

 الْحَمْدُ لِلَّهِ

Alhamdulillah merupakan zikir yang penting. Dalam surah Al Fatihah disebut sebagai bahagian daripada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA. Menyebut Alhamdulillah merupakan rukun dari Khutbah Jumaat. Tidak sah solat Jumaat jika khotib tidak menyebut itu. Tak hairan jika ada khotib yang setelah menyebut Alhamdulillah menyebut kembali dengan lengkap: Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin. Kemudian di tengah-tengah khutbah menyebut kembali khawatir jika terlupa.

Pidato pun jika tidak menyebut Alhamdulillah, tidak berkah. Harusnya si pembicara bersyukur sehingga dia dan juga pendengarnya masih boleh hadir di situ.

“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir?”
[Al Balad 8-9]

Berapa banyak orang yang terlahir gagu sehingga mereka tidak boleh bicara? Berapa banyak orang yang dewasa kena stroke atau musibah lain sehingga mereka tidak boleh lagi berkata-kata? Berapa banyak orang yang sakit berat sehingga mereka hanya boleh berbaring di tempat tidur?

Untuk segala nikmat itu, hendaknya si penceramah mengucapkan Alhamdulillah sebagai tanda syukur.

Saat bersin pun kita disunnahkan membaca Alhamdulilah.

Untuk bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, hendaknya kita mengucapkan Alhamdulillah sebagaimana hadits yang di atas.

Ucapkan juga zikir kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA:

“Barangsiapa pada pagi hari berzikir : Allahumma ashbaha bii min ni’matin au biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy syukru.”
(Ya ALLAH, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau berikan kepada salah seorang dari makhlukMu, maka sungguh nikmat itu hanya daripadaMu dan tidak ada sekutu bagiMu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untukMu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada petang hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa syukur.”
(HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Arnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin)

“Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata : Ketika itu hujan turun di masa NABI SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM, lalu Nabi bersabda :

“Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata: ‘Inilah rahmat ALLAH’. Orang yang kufur nikmat berkata: ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu.”
(HR. Muslim no.243)

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya.”
(QS. Adh Dhuha: 11)

Hendaknya kita bekerja demi ALLAH SUBHANAHU WA TAALA:

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada ALLAH). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.”
[Saba’ 13]

Nabi kerap solat begitu lama untuk bersyukur kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA. Beliau sering solat malam/tahajjud dan juga solat dhuha :

“RASULULLAH SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM biasanya jika beliau solat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya: Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu mahupun yang akan datang? Rasulullah bersabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?”
(HR. Bukhari no.1130, Muslim no.2820)

RASULULLAH SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM bersabda:

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, kerana setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mukmin sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu baik baginya.”
(HR. Muslim no.7692)

Hendaknya kita bertakwa kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA. Ertinya menjalankan setiap perintah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan menjauhi larangan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Sungguh ALLAH telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Kerana itu bertakwalah kepada ALLAH, supaya kamu mensyukuriNya.”
(QS. Al Imran : 123)

Salah cara untuk mensyukuri nikmat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA adalah dengan berterima kasih kepada manusia yang menjadi perantara sampainya nikmat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA kepada kita. NABI SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM bersabda:

“Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, bererti ia tidak bersyukur kepada ALLAH.”
(HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”)

Oleh kerana itu, mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. NABI SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM bersabda :

“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan: ‘Jazaakallahu khayr’ (semoga ALLAH membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya.”
(HR. Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”)

Sentiasa Qana’ah atau merasa cukup atas nikmat yang telah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berikan :

“Jadilah orang yang warak, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur.”
(HR. Ibnu Majah no. 4357, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)

Lakukan Sujud Syukur :

“Daripada Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang menggembirakan beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada ALLAH.”
(HR. Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al Albani dalam Irwa Al Ghalil)

Berdoalah:

Allahumma a’inni ‘ala dzukrika wa syukrika wa huni ‘ibadatika
“Yaa ALLAH aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba yang sentiasa berzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik.”

Referensi:

http://buletin.muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/bersyukur-kepada-allah

Bersyukur Kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA

At Tauhid edisi VI/45

Disarikan oleh Yulian Purnama dari artikel berjudul ‘Asy Syukru’ karya Dr. Mihran Mahir Utsman hafizhahullah dengan beberapa tambahan. Artikel asli: http://www.saaid.net/Doat/mehran/51.htm]


http://media-islam.or.id/2012/11/19/alhamdulillah-pengajian-malam-sabtu-bersama-habib-hud-bin-bagir-al-athas/

Tiada ulasan:

Catat Ulasan