Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Sabtu, 7 Mac 2020

V 21: MEMIMPIN DENGAN HATI ALA UMAR BIN KHATTAB


Suatu hari Umar bin Khattab melakukan lawatan ke rumah-rumah warga. Salah satunya rumah seorang nenek buta, sebagai pemimpin, Umar ingin mengetahui bagaimana respon rakyatnya terhadap kepemimpinannya lantas bertanyalah Umar kepada nenek itu.
Bagaimana kesan nenek terhadap khalifah Umar? Untuk memperoleh respon objektif Umar sengaja menyembunyikan identitinya kalau ada orang yang boleh saya tampar wajahnya, Umarlah orangnya. Kata nenek itu tanpa beban tentu wajah Umar merah padam, malu bukan kepalang ia merasa berdosa di hadapan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

Mengapa nek? Tanya Umar penasaran masakkan saya yang buta ini dibiarkan dalam keadaan terlantar begini ujar nenek yang ketus itu. Tanpa banyak bicara Umar bin Khatab langsung pamit. Diambilnya sekarung gandum di rumahnya lalu di panggulnya sendiri menuju rumah nenek tadi.

Nek bolehkan saya menebus dosa Umar yang tidak boleh memimpin dengan baik itu? Tanya Umar tetap merahsiakan siapa dirinya. Maksudnya bagaimana masak ada dosa dibeli? Tanya nenek kerana tak mampu memimpin dengan baik, Umar mesti menanggung dosa. Kasihan dia, nek saya ingin membantunya dengan cara menebus dosanya lewat nenek.

Caranya bagaimana? Tanya nenek dengan penasaran ini ada sedikit gandum untuk nenek, dengan syarat nenek mahu memaafkan Umar atas kepemimpinananya yang masih belum boleh memuaskan nenek.

Kalau begitu, sampaikan salam saya kepada khafilah Umar bin Khatab tersebut, bahawasanya mulai hari ini saya memaafkan dia. Setelah menyerahkan gandum itu barulah Umar mengaku siapa gerangan dirinya wahai amirul mukminin maafkan ucapan saya kalau tidak berkenan di hati tuan, ujar nenek tersebut. Namun Umarlah yang malah justeru meminta maaf atas kekurangannya sebagai pemimpin.

Begitulah yang dilakukan oleh Umar bin Khatab ia membuka mata dan telinga batinnya lebar-lebar hanya untuk merasakan denyut jantung kehidupan masyarakatnya. Bagi Umar, Pemimpin adalah pelayan. Seorang pelayan yang baik mesti siap sedia menerima perintah tuannya dan itulah yang sentiasa dilakukan Sang Khalifah Umar bin Khattab.

Oleh : Suparto
Redaktur : Aminatul Jannah

Tiada ulasan:

Catat Ulasan