Suatu hari Umar bin Khattab
melakukan lawatan ke rumah-rumah warga. Salah satunya rumah seorang nenek
buta, sebagai pemimpin, Umar ingin mengetahui bagaimana respon rakyatnya
terhadap kepemimpinannya lantas bertanyalah Umar kepada nenek itu.
Bagaimana kesan nenek
terhadap khalifah Umar? Untuk memperoleh respon objektif Umar sengaja
menyembunyikan identitinya kalau ada orang yang boleh saya tampar wajahnya,
Umarlah orangnya. Kata nenek itu tanpa beban tentu wajah Umar merah padam, malu
bukan kepalang ia merasa berdosa di hadapan ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA.
Mengapa nek? Tanya Umar
penasaran masakkan saya yang buta ini dibiarkan dalam keadaan terlantar begini
ujar nenek yang ketus itu. Tanpa banyak bicara Umar bin Khatab langsung pamit.
Diambilnya sekarung gandum di rumahnya lalu di panggulnya sendiri menuju rumah
nenek tadi.
Nek bolehkan saya menebus
dosa Umar yang tidak boleh memimpin dengan baik itu? Tanya Umar tetap
merahsiakan siapa dirinya. Maksudnya bagaimana masak ada dosa dibeli? Tanya
nenek kerana tak mampu memimpin dengan baik, Umar mesti menanggung dosa.
Kasihan dia, nek saya ingin membantunya dengan cara menebus dosanya lewat
nenek.
Caranya bagaimana? Tanya
nenek dengan penasaran ini ada sedikit gandum untuk nenek, dengan syarat nenek
mahu memaafkan Umar atas kepemimpinananya yang masih belum boleh memuaskan
nenek.
Kalau begitu, sampaikan
salam saya kepada khafilah Umar bin Khatab tersebut, bahawasanya mulai hari ini
saya memaafkan dia. Setelah menyerahkan gandum itu barulah Umar mengaku siapa
gerangan dirinya wahai amirul mukminin maafkan ucapan saya kalau tidak berkenan
di hati tuan, ujar nenek tersebut. Namun Umarlah yang malah justeru meminta
maaf atas kekurangannya sebagai pemimpin.
Begitulah yang dilakukan
oleh Umar bin Khatab ia membuka mata dan telinga batinnya lebar-lebar hanya
untuk merasakan denyut jantung kehidupan masyarakatnya. Bagi Umar, Pemimpin
adalah pelayan. Seorang pelayan yang baik mesti siap sedia menerima perintah
tuannya dan itulah yang sentiasa dilakukan Sang Khalifah Umar bin Khattab.
Oleh : Suparto
Redaktur : Aminatul Jannah
Redaktur : Aminatul Jannah
Tiada ulasan:
Catat Ulasan