Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Sabtu, 7 Mac 2020

V 24 : MODERAT, ANTARA PANDANGAN SYARIAT DAN BARAT


Permulaan abad ke-13 Hijrah dinyatakan oleh para aktivis sebagai abad kebangkitan Islam. Pernyataan ini mengawali peningkatan gerakan perlawanan umat Islam terhadap Barat di segala bidang. Meskipun tidak serta merta, bagi para pengamat, perlawanan itu semakin terasa kuat.

Ketika barat melihat gelombang kebangkitan Islam ini, muncullah usaha serius mereka untuk sesegera mungkin memupusnya. Namun menyedari bahawa Islam adalah satu kekuatan yang tidak mudah ditaklukkan, mereka pun mendirikan pusat-pusat kajian strategis. Tujuannya adalah untuk mencari strategi yang jitu dalam menahan laju kebangkitan Islam. Di antara pusat kajian yang saat ini sangat produktif menyumbangkan gagasan itu adalah RAND Corporation. Lembaga kajian inilah yang telah menyumbangkan berbagai produk pemikiran dan gagasan untuk memadamkan cahaya
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

Pada tahun 2007, Rand telah mengeluarkan sebuah proposal untuk membangunkan jaringan muslim moderat. Maksud dari pembangunan jaringan ini adalah dalam rangka menghadapi gerakan umat Islam menggunakan umat Islam sendiri. Rupanya negara-negara penjajah ini masih ingat betul strategi devide et impera yang dulu pernah digunakan dalam menumpas segala bentuk pemberontakan kaum pribumi. Dan dalam rangka untuk memecah belah umat Islam inilah, Barat membuat beberapa istilah yang disematkan kepada umat Islam. Mereka membuat istilah yang memojokkan Islam seperti teroris, militan, ekstrim dan yang agak ringan sedikit adalah fundamentalis. Untuk tidak menciptakan kesan anti Islam, mereka buat pula istilah yang terkesan ramah, iaitu moderat, modernis, liberalis, rasionalis dan lain-lain.

Moderat yang dimaksudkan oleh barat adalah moderat dalam erti tidak anti pati terhadap ideologi dan budaya barat. Maka Jaringan Muslim Moderat yang hendak dibangunkan oleh barat adalah jaringan orang-orang Islam atau organisasi Islam yang boleh bekerja sama dan hidup dengan sistem hidup barat.

Lembaga Rand menyebutkan kriteria muslim yang termasuk moderat adalah sebagai berikut;

1. Menerima gagasan demokrasi. Sebahagian muslim memang menyetarakan antara demokrasi dengan sistem Syura di dalam Islam. Padahal sesungguhnya gagasan demokrasi ini untuk menutup kesempatan untuk berdirinya Negara Islam.

2. Menerima landasan non-sektarian. Maksudnya, muslim yang termasuk kategori moderat tidak melulu harus membina kehidupan dengan dasar Islam, namun menerima kesetaraan antara muslim dan non-muslim. Sementara itu dalam Islam antara muslim dan non-muslim terdapat hak dan kewajipan yang berbeza.

3. Menerima kesetaraan gender dan rasionalisasi pemahaman agama. Barat memandang bahawa Islam sangat mendeskreditkan kaum wanita di dalam panggung sosial. Latar belakangnya, kerana memang dalam Al Quran dan Hadits secara verbal dinyatakan demikian. Disebabkan itulah diperlukan pemahaman terhadap Al Quran dan Hadits dengan cara penafsiran baru yang lebih rasional dan adil.

4. Anti kekerasan yang in-konstitusional. Perang untuk melawan ketidak adilan secara logis tetap diterima. Persoalannya adalah tindakan kekerasan itu dilakukan secara konstitusional atau tidak. Jika dilakukan secara konstitusional, maka itu boleh dilakukan, sebagaimana Israel dengan muslim Palestin. Tetapi jika serangan WTC, adalah bahaian dari kekerasan yang inkonstitusional.

Demikianlah kriteria moderat dalam konsep barat. Lebih lanjut, kenyataannya golongan yang dianggap sebagai muslim moderat itu adalah kaum modernis, kaum pluralis, para pejuang kesetaraan gender, sekularis muslim, dan bahkan liberalis muslim. Sebagai wujud dari gagasan Rand ini, berbagai founding barat telah menggelontorkan dana yang sangat banyak untuk membiayai kegiatan kelompok yang dianggap moderat ini. Mereka itulah yang sering bersuara nyaring mengangkat ayat,

“Dan demikianlah, kami jadikan kalian sebagai umat wasathan (umat pertengahan)….”
(Al-Baqarah:143)
.
Sayangnya wasathan yang diteriakkan ini adalah wasathan dalam konsep Barat. Sementara itu wasathan dalam pemahaman lurus dari para ulama’ tidak dibicarakan sama sekali.

Lalu, seperti apakah konsep wasathan dalam ajaran Islam?

Wasath (moderat) dalam agama adalah bahawa seseorang tidak bersikap ghuluw (berlebihan) padanya maka ia melewati apa yang dibatasi oleh
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan ia tidak pula muqashshir (kurang) maka ia mengurangi dari sesuatu yang telah dibatasi oleh ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

Wasath dalam agama adalah berpegang teguh dengan Sunnah Nabi SAW. Ghuluw dalam agama adalah melewatinya dan taqshir (kurang) adalah tidak sampai kepadanya.

Contohnya:
Seseorang berkata, “Saya akan bangun sepanjang malam (ibadah) dan tidak tidur sepanjang tahun, kerana solat adalah ibadah yang paling utama, maka saya ingin menghidupkan semuanya dengan solat.” Itu adalah ghuluw dalam agama
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan tidak berada di atas kebenaran. Dan kasus seperti ini pernah terjadi di zaman Nabi SAW, ada beberapa orang sahabat berkumpul, salah seorang dari mereka berkata, “Saya akan selalu bangun dan tidak tidur.” Yang lain berkata, “Saya selalu puasa dan tidak berbuka (di siang hari).” Yang ketiga berkata, “Saya tidak menikahi wanita.” Maka hal itu sampai kepada Nabi SAW. Lalu beliau bersabda:

“Bagaimanakah keadaan kaum yang mengatakan seperti ini dan seperti itu? Akan tetapi aku solat dan tidur, puasa dan berbuka, dan menikahi wanita. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku maka ia bukan dari golonganku.”
(HR Al-Bukhari dan Muslim)

Mereka telah bertindak ghuluw dalam agama dan Rasulullah SAW berlepas diri dari mereka, kerana mereka membenci sunnahnya, iaitu puasa dan berbuka, bangun dan tidur, serta menikah dengan wanita.

Adapun muqashshir, iaitu orang yang berkata: “Saya tidak perlu melakukan ibadah sunnah, saya tidak melakukan ibadah sunnah dan saya hanya melakukan yang wajib saja.” Terkadang ia kurang dalam ibadah wajib, maka ini adalah muqashshir. Dan mu’tadil (orang yang pertengahan) iaitu yang berjalan di atas sunnah Nabi SAW dan para khulafaurrasyidin.

Contoh yang lain:
Ada tiga orang lelaki yang berjalan di hadapan mereka orang yang fasik.
Salah seorang dari mereka berkata: “Saya tidak memberi salam kepada orang fasik ini, tidak menyapanya, menjauhkan diri darinya dan tidak berbicara kepadanya.”
Yang kedua berkata: “Saya akan berjalan bersama orang fasik ini, memberi salam kepadanya, senyum kepadanya, mengundangnya, memenuhi undangannya, dan saya tetap memperlakukannya seperti seorang yang soleh.”
Dan yang ketiga berkata: “Ini orang fasik, saya membencinya kerana fasiknya dan mencintainya kerana imannya, tetap menyapanya kecuali bila tidak menyapanya boleh menjadi sebab kebaikan dia. Jika tidak menyapanya maka tidak akan boleh memperbaikinya, bahkan menjadi penyebab bertambah kefasikannya, maka saya tetap menyapanya.”

Dari kasus yang terakhir ini, yang pertama adalah sikap ghuluw (melewati batas), yang kedua kurang, dan yang ketiga adalah pertengahan. Dan seperti inilah yang dikatakan wasathan di dalam semua ibadah dan pergaulan sesama makhluk. Tidak berlebih-lebihan dan juga tidak kurang.

Sesungguhnya wasathan dalam Islam adalah sikap komitmen yang kuat kepada ajaran Islam. Adapun Islam sendiri memang telah mengajarkan sikap wasathan ini. Ketika seseorang menafsirkan Al Quran dengan sekehendak sendiri, dengan sudut pandang kepentingan kaum kafirin Barat, maka sesungguhnya ia telah keluar dari istilah moderat (wasathan) dalam kaca mata syariat Islam. Yang terjadi adalah taqshir (pengurangan).

Termasuk dalam hal wasathan, seharusnya orang Islam menerapkan konsep Al-Wala’ wal Bara’ sesuai dengan tuntutan Al Quran dan Sunnah. Cinta kasih sesama muslim dan sikap keras kepada kaum kafir dipraktikkan. Selama keras kepada kekafiran itu tidak menghalangi sikap adil kepada mereka, itulah wasathan dalam Islam.

Alangkah indah Islam jika dilaksanakan sesuai dengan arahan
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan teladan Rasulullah SAW. Jika hal itu terjadi, maka Islam benar-benar akan menjadi rahmat bagi semesta alam, tetapi jika Islam ini difahami dengan kaca mata Barat, maka akan rosak, hilang wibawanya, dan tidak akan membawa kebaikan bagi umat manusia.

Allaahul musta'an

Tiada ulasan:

Catat Ulasan