Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Jumaat, 5 Oktober 2012

I 97 Jonathan Arnold dari belenggu salib menuju Cahaya Ilahi

Kisah berikut adalah kisah seorang mu’alaf dari kota Malang mantan Pendeta Militan pelaku Pemurtadan yang banyak mengandung pelajaran berharga dan bahan renungan bagi kita bersama, berikut ini penuturannya.

Saya dilahirkan 14-Julai 1943 di kota Malang Jawa Timur, hari Minggu pukul 09.00 WIB saat lagu kidung suci dikumandangkan di Gereja. Ayah saya seorang militer AD yang ditokohkan dan disegani oleh warga Kristiani (Protestan). Hidup dalam kedisiplinan yang tinggi adalah ciri keluarga kami. Sebagai seorang anggota militer, ayah saya telah menerapkan kedisiplinan yang tinggi dalam kehidupan kami dan sebagai seorang Kristiani yang ditokohkan, maka ayah saya termasuk yang sangat tidak bersahabat dengan umat Islam. Saya masih ingat betapa hebatnya orang tua menanamkan kebencian-kebencian dalam hati saya terhadap Islam. Menurut penuturan ibu, hal itu bermula dari tingkah laku oknum-oknum orang Islam yang banyak membikin sakit hati ayah. Itulah sebabnya saya dilarang bergaul dengan mereka dan selalu diawasi dengan ketat.

Pada usia tiga bulan saya di babtis di gereja GPI Malang dengan nama Jonathan Arnold. Tiga tahun kemudian saya mulai sekolah di sekolah Minggu ( Zondaag School ) di gereja, sampai kemudian melanjutkan ke SMP dan SLTA Kristian.

1. Menjadi Pengkabar Injil

Kelebihan-kelebihan saya dalam sastera, kelancaran lidah saya dalam menyampaikan nas-nas suci BIBLE, ditunjang dengan keberanian dan penampilan saya yang meyakinkan, maka beberapa sesepuh Gereja menyatakan bahawa saya sesuai sekali untuk menjadi pengkabar Injil. Inilah alasan ayah saya mengirim saya ke sekolah Theologia di kota Batu-Malang. Nilai akhir yang gemilang dan suksesnya theater yang saya tangani, para pendeta dan tokoh gereja mendesak orang tua saya agar mau mengirimkan saya ke Universitas Leiden-Belanda.

Perjalanan ke negeri Kincir Angin saya lewati dengan mulus, saya memilih jurusan Pekabaran Injil dan filosofia, prinsip mata kuliahnya tidak jauh berbeda dengan yang saya terima di STI Batu-Malang.
Setelah lulus dari Belanda, saya diangkat menjadi pendeta di kabupaten Lumajang pada akhir tahun 1967, saya langsung membentuk misi pekabaran yang sering dikenal dengan istilah kristenisasi, apa yang saya lakukan ini bukanlah hal yang baru. Hal ini telah dilakukan sejak zaman Belanda.

2. Perjalanan hidupku sebagai penginjil

Saya susun personil-personil yang cukup terlatih, terampil dan mau bekerja untuk Tuhan, ramah tamah, murah senyum dan tak kalah pentingnya bekal yang harus dimiliki anggota misi adalah sabar dan tahan pukul. Kerana tugas mereka memang sangat berat. Mereka harus berani menyampaikan berita dari Allah dengan ‘door to door system’, Semua harus dilaksanakan dengan ikhlas, bersih hati dan senang. Kerana Tuhan Yesus ( padahal Yudas-lah yang memanggul salib) telah rela memanggul salib sengsaranya yang cukup jauh. Oleh kerana itu tidak ada alasan untuk berberat hati.

3. Mencari kelemahan orang Islam

Sebelum operasi benar-benar mulai, saya tebarkan anggota misi untuk meneliti dari dekat kehidupan orang-orang muslim. Ternyata ada 3 kelemahan :

Pertama, Banyak orang Islam yang ikut-ikutan, Islamnya hanya Islam KTP dan tidak faham tentang Islam.

Kedua, seringkali terjadi perpecahan antar umat Islam.

Ketiga, banyak umat Islam yang serakah, tamak, bakhil tidak mau menolong fakir miskin dan yatim piatu.

Dengan tiga faktor ini saya mulai misi, darah militer orang tua rupanya mengalir dalam tubuh saya, seperti seorang jenderal mengatur pasukan tempur, saya sebar anggota saya ke daerah-daerah terpencil, berpendidikan rendah dan berekonomi rendah.

4. Strategi memurtadkan orang Islam

Saya menyebut misi ini dengan sebutan ‘Operasi Simpati’, iaitu agar memperoleh simpati orang-orang Islam dengan jalan menolong fakir miskin. Dana yang kami peroleh cukup besar, kerana di samping bersumber dari jemaat sendiri juga dari luar negeri seperti : Belanda, Amerika dan Australia. Saya juga berpesan kepada anggota misi agar segala sesuatunya tidak berkesan menarik orang masuk Kristian. Yang kesulitan biaya untuk sekolah diberi biasiswa, yang sakit diberi ubat-ubatan, yang susah dihibur, yang lapar diberi makan, yang lemah ekonomi diberi modal, bahkan yang keluarganya matipun ditolong dalam biaya dan pelaksanaan pemakaman, maka operasi simpati ini tampak dari luar sebagai operasi kemanusiaan, sehingga orang Islam banyak yang tertarik masuk Kristian tanpa dipaksa.

Hasilnya sangat mengagumkan, dalam waktu singkat dapat memurtadkan hampir 1000 orang. Namun saya belum puas dengan hasil ini, saya meragukan kemurtadan mereka, apakah kerana ekonomi atau benar-benar ikhlas masuk Kristian. Maka saya bikin formula baru iaitu saya kembangkan pergaulan bebas muda-mudi ala barat, saya kenalkan valentine day, pakaian dan kesenian barat, kebudayaan hingga olahraga dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mencuri waktu solat hingga banyak anak-anak tidak solat dan mengaji, padahal, hal tersebut sebelumnya telah menjadi budaya umat Islam.

5. Usaha saya melemahkan pondok pesantren

Penyusunan sistem, metode, personil untuk pelayanan pekerjaan Tuhan juga telah saya persiapkan sangat matang, bahkan gerejapun sudah saya dirikan lengkap dengan sekedul kegiatannya. Dalam perjalanan pengkabaran Injil ke daerah Jember saya rencanakan hendak melemahkan pondok-pondok pesantren, terutama pondok pesantren Kyai Haji Ahmad Shiddiq. Di sinilah saya bertemu dengan gadis berkerudung putih, pertemuan yang kemudian membuahkan pernikahan antara pendeta dan gadis muslimah. Saya dapat menikahinya kerana berpura-pura telah masuk Islam dengan surat palsu yang saya bikin di penghulu Jatiroto.

Rumahtangga berjalan aman hanya beberapa hari saja. Sebab masing-masing punya akidah yang tidak boleh dipertemukan, kebencian saya terhadap Islam makin lama semakin tidak boleh ditutup-tutupi, terjadilah pertengkaran demi pertengkaran dan setiap kali saya marah, isteri saya tidak pernah melawan, yang dilakukannya iaitu langsung solat dan baca Al-Quran. Dari sinilah timbul keinginan saya yang makin lama makin keras untuk mengetahui kandungan Al-Quran, maka saya pinjam AL-Quran yang ada terjemahannya terbitan dari DEPAG.

6. Hatiku mulai mendapat petunjuk

Terus terang saya belum pernah membaca Al-Quran, kalau membuang hampir tiap hari, pada suatu malam terjadilah sesuatu yang aneh, saat semua orang tidur nyenyak, sepi dan hening, Al-Quran saya buka dan seluruh tubuh saya seolah gemetar semua, ketika saya buka persis pada halaman yang ditandai benang pembatas iaitu surat Ar-Rahman, saya terpana dengan keindahan bahasa Al-Quran yang diulang-ulang walau kalimatnya sederhana ‘Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan”.
Lembar demi lembar saya buka, dan sampailah pada ’surat Maryam’, Maryam ibunya Yesus dikisahkan dalam Al-Quran lebih terhormat, suci, luhur dan mulia dari pada kisah Maryam dalam Alkitab.

Begitu juga dengan sifat Tuhan dalam Al-Quran, Tuhan itu Esa adanya, ini bererti tidak boleh ada alternatif lain selain Allah SWT. Berbeza dengan Alkitab yang menyatakan Tuhan itu tiga yang amat tidak logis, apalagi doktrin Tuhan trinitas tersebut baru ada 325 tahun setelah Yesus diangkat ke langit. Al-Quran mengisahkan Allah itu kekal, yang membezakan antara makhluk dengan Tuhan, tetapi dalam Alkitab dikisahkan Tuhan telah mati disalib dan Tuhan dikisahkan kalah berkelahi dengan Ya’kub. Masih banyak hal-hal logis yang tidak saya jumpai dalam Alkitab yang membuat imanku mulai goyang.

Hari masih pagi ketika itu, langit tampak cerah dan matahari begitu hangatnya, semalaman saya tidak dapat tidur dengan fikiran yang kalut. Kemarin saya bertengkar dengan isteriku, seperti biasa kerana keyakinan yang berbeza. Pagi itu isteriku minta dipulangkan ke rumah orang tuanya, kerana tidak kuat menahan perasaan kerana suami selalu memojokkan bahkan menghina keyakinan.
“Maaf mas, saya mau nikah sama mas kerana kehendak orang tua. Di Islam hukumnya anak harus nurut sama orang tua. Saya sudah taat, tetapi rupanya saya mau di-Kristiankan, maaf mas, bagi saya lebih baik kehilangan Mas dari pada harus kehilangan Iman-Islam, Besok setelah solat subuh hantarkan saya kembali ke orang tua.”

Besok harinya, tiba-tiba isteri saya sudah siap untuk minta dipulangkan ke orang tuanya. “Kamu harus tetap tinggal di rumah ini bersama saya” kata-kataku memulai dan dia menatapku dengan tajam. “sampai perasaanku hancur…sampai imanku hancur..??” tanyanya. “..Tidak..!!, aku tidak akan berbuat sekasar itu lagi terhadapmu, aku berjanji di depan Tuhan, kau bebas dengan agamamu, bahkan kau bebas membaca kitab sucimu. Tadi malam kitab itu telah aku baca, isinya luar biasa dan benar mutlak. Tapi maaf…aku masih belum yakin, bahawa Islam agama yang benar, aku akan menyelidiki” jawabku menjelaskan pada isteriku. “Kalau Islam yang benar mas?” tanya isteriku. “Kalau Islam yang benar maka aku akan masuk Islam, tetapi kalau ternyata Islam yang salah atau keliru, maka kamu harus masuk gereja” jawab saya menentang.

7. Iman saya mulai goyang dan tertarik dengan agama Islam

Saya mulai membeli buku-buku Islam, minta bantuan ke kedutaan-kedutaan Islam, bahagian penerangan Kerajaan Islam Saudi Arabia. Saya datang ke pondok-pondok pesentren mulai dari Banyuwangi sampai ke Kediri. Tidak ada waktu yang berlalu kecuali saya isi dengan belajar perbandingan agama, saya bertekad mencari kebenaran. Saya tidak ingin membohongi hati nurani.

Banyak sekali kebenaran hakiki yang saya jumpai dalam Al-Quran, semakin lama semakin nampak kejanggalan-kejanggalan dalam Alkitab, dalam Alkitab banyak sekali pertentangan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya, banyak juga berkisah tentang pornografi dan mensifati Tuhan dengan sifat yang mustahil, belum lagi Alkitab tidak ditulis dalam bahasa Yesus. Kejanggalan-kejanggalan ini membuat saya semakin bernafsu mencari sampai di mana kekeliruan-kekeliruan Alkitab.

8. Aku resmi keluar dari Gereja Protestan

Pada suatu malam saya bermimpi melihat menara gereja saya yang dikerubuti burung-burung. Langit mendadak terbuka, Para malaikat dan bidadari turun, dan seorang bidadari cantik menyanyikan lagu yang amat merdu, sampai saya terjaga dari tidur, dan masih kedengaran suara bidadari itu. Setelah saya amati, ternyata suara itu adalah suara isteri saya yang sedang membaca Al Quran. Sejenak kemudian isteri saya membangunkan saya “Mas… katanya ingin ketemu Tuhan, mari silakan”. Malam itu saya bangun, di luar hujan deras diselingi petir menyambar-nyambar. Saya bangun dan cuci muka lalu duduk di atas sajadah yang biasa digunakan isteri saya solat. Saya memang sering bangun tengah malam. Kalau isteri saya solat, saya cuma berdoa saja. Sementara hujan belum reda saya khusuk berdoa sampai tidak terasa air mata saya berlinang, saya memohon kepada Tuhan, “..Ya Tuhan tolonglah saya, berilah petunjuk kepada saya, kalau memang benar Yesus itu Tuhan, tetapkan hati saya, akan tetapi kalau bukan, tolong beri saya petunjuk kepada siapa saya harus menyembah”. Tiba-tiba badan saya menggigil, keringat dingin mengucur amat derasnya, kembali terngiang suara kiai-kiai, ulama-ulama, yang pernah berdialog dengan saya bahkan suara dari buku-buku Islam yang saya pelajari, seolah semua berkata “Islam adalah agama yang benar”.

Lalu secepatnya saya menulis surat kepada Dewan Gereja Jatirto-Lumajang dengan tembusan ke Jakarta, saya menyatakan keluar dari gereja protestan, dan ketika membaca surat saya, isteri saya terkejut dan berkata, “Terlalu cepat pernyataan ini, sudahkah Mas fikirkan benar?” Saya jawab, “Bagiku bahkan terlalu lamban, sekian lamanya aku terombang ambing antara kebenaran dan ketidak benaran, aku sudah tak sanggup lagi membohongi diri sendiri”. “Sudah mantap benar Mas?”, tanya isteri saya, “Yah, aku mantap bahawa Islam adalah agama yang benar!”. Jawab saya, “Kalau begitu mari saya bimbing membaca syahadat”. Lalu isteri saya berwuduk dan solat dua rakaat. Sementara itu saya melihat lonceng di dinding menunjuk pukul 02.10 WIB dini hari. Usai ia solat, tangan saya dijabat, katanya, “Mari saya bimbing masuk Islam, disaksikan oleh Allah, seluruh malaikat, Nabi dan Rasul, termasuk junjungan kita Nabi Muhammad saw, cuba tirukan: Asyhadu Alla Ilahaillallah, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah”. Isteri saya tak kuat menahan air matanya jatuh bercucuran. Dan sejak itu tersiarlah berita dari mulut ke mulut, “..Jonathan masuk Islam..!”. Majalah dan surat-kabar juga turut meramaikan. Ayahpun akhirnya mengetahui kalau saya masuk Islam dan memanggil saya pulang, ayah menyodorkan majalah ke hadapan saya dan saya menganggukkan berita tentang saya. Ayah marah sekali dan wajahnya nampak merah padam.

Ayah saya marah sekali, “Terlalu gila kamu..Biaya ayah habis banyak kerana kamu. Ini bererti kamu telah mengkhianati cita-cita orang tua. Sekarang aku perintahkan kamu pulang kembali ke Malang dan kembali ke Gereja!”. Saya hanya dapat menundukkan kepala dan tidak berani menatap wajah ayah yang merah padam itu. Saya jawab, “Tidak ayah, saya sudah menyatakan masuk Islam dan saya sudah berjanji mati bersama Islam”. Ayah saya semakin berang dan tiba-tiba menggedor meja, “Terlalu gila..jadi kau sudah benar-benar hendak meninggalkan gereja?”. Saya hanya boleh menganggukkan kepala, langsung ayah saya menyahut tidak senang, “Baiklah kalau kamu sudah tidak boleh diatur lagi, kamu tidak usah mengaku orang tua di sini, keluar! Dan jangan menginjakkan kakimu lagi di rumah ini!”.

9. Saya diusir dan kerja di pabrik gula

Sejak itu saya diusir dan sayapun meninggalkan rumah . Di Jatiroto, saya ajak isteri saya untuk segera meninggalkan rumah dinas Gereja. Tidak ada yang saya bawa dari rumah itu, sebab saya memang merasa semua kekayaan di rumah itu milik gereja. Selanjutnya, saya ditolong oleh orang-orang Islam, ditempatkan di rumah dinas PG. Jatiroto yang kebetulan tidak ada yang menempati.

Alhamdulillah, berkat perjuangan tokoh-tokoh Islam akhirnya saya masuk dan menjadi karyawan PG.Jatiroto. Saya mulai belajar solat dan membaca Al-Quran, di bawah tuntunan isteri saya sendiri.
Satu ketika, disaat lagi asyik-asyiknya belajar solat, datanglah adik saya yang anggota marinir dua jip lengkap dengan anggota-anggotanya. Agaknya keluarga saya di Malang tetap akan memaksa saya kembali ke Malang dan kembali mengelola gereja. Saat itu dengan tegas saya jawab,”Maaf, saya sudah memilih Islam dan berjanji mati dengan Islam!”. Agaknya sudah diatur sebelumnya, begitu mendengar jawaban saya, ia langsung membuka sabuk kopelreim dan dipukul-pukulkan di kepala saya dan saya terjatuh ke lantai dengan berlumuran darah. Saya baru sedar kembali setelah di RS Jatiroto.

Kala itu, ulama-ulama dan tokoh-tokoh agama Islam sama berdatangan menjenguk saya di RS. Jatiroto. Setelah peristiwa itu, beberapa ulama dan kyai mulai menampilkan saya di masjid-masjid untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran ajaran Islam. Atas bimbingan dan dorongan dari mereka itulah saya akhirnya lebih giat lagi mempelajari, memperdalam Al-Quran dan Hadits.

Saya mulai dikenal masyarakat Islam secara luas, waktu-waktu saya terisi dengan acara-acara pengajian, dari kampung ke kampung, dari pesantren ke pesantren, dari kota ke kota, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumatera Selatan, Kalimantan dan Alhamdulillah sampai ke Malaysia.

Bapak M. Nasir dengan Dewan Dakwah Islamiyah (DDII) nya mendengar cerita tentang saya dan pada tanggal 29 Ogos sampai dengan 8-9-1991 saya mendapat kehormatan diundang pada kesempatan Silaaturrahmi Jamaah Muhtadien di Cisalopa, Bogor Jawa Barat, di mana pada kesempatan itu dihadiri pula oleh para Pengurus Rabithah Al Alam Islamy dari Saudi Arabia.

10. Bergabung ke jamaah Muhtadien

Forum silaturrahmi Jamaah Muhtadien ini adalah suatu acara yang diselenggarakan oleh orang-orang yang telah mendapat hidayah dari Allah SWT yang kemudian masuk Islam, mereka terdiri dari bekas orang-orang Kristian, Pendeta maupun Pastur.
Sejak itu, setiap kali diundang pengajian, saya selalu dipanggil dengan “Haji Muhammad Abdillah” sebenarnya saya merasa sangat malu, kerana saya belumlah menunaikan ibadah haji ke tanah suci.

Pada suatu malam, sepulang dari acara pengajian, sebelum berangkat tidur saya menyempatkan diri untuk melaksanakan solat tahajjud. Pada saat solat itulah, sengaja saya menangis di hadapan Allah SWT, saya bermunajat, memohon kemurahan Allah SWT agar saya dapat menunaikan ibadah haji.

Setelah sekian puluh kali hal ini saya lakukan, Allah Yang Maha Rahman dan Rahim mendengar munajat saya dan Alhamdulillah pada musim haji tahun 1992, di suatu pagi sekitar tiga hari setelah hari raya Idul Fitri, datang kepada saya sepucuk surat undangan dari Raja Fadh Arab Saudi yang isinya mengundang saya untuk menunaikan ibadah haji.
Allah sungguh Maha Besar, saya seolah dalam mimpi ketika tiba-tiba saya sudah bersujud di Masjidil Haram persis di muka Kaabah. Kala itu air mata saya tak terbendung lagi, mengalir deras membasahi pipi dan seolah-olah menjeritkan suara hati saya, “.. Yaa Allah, pada akhirnya telah sampailah perjalanan saya yang sangat meletihkan dari Yerusalem ke Tanah Suci Mekah, ampuni dan terima taubat hambamu ini dan jadikan hambamu ini termasuk golongan haji yang mabrur…aamiin Ya Robbal Alamin..”. (al-islahonline)

http://infomuallaf.multiply.com/journal?&page_start=20 



Tiada ulasan:

Catat Ulasan