Daripada Amr bin Al Ash bahawasanya
RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM pernah ditanya tentang buah yang
tergantung di atas pohon, lalu baginda bersabda:
“Barangsiapa yang mengambil
barang orang lain kerana terpaksa untuk menghilangkan lapar dan
tidak terus-menerus, maka tidak dijatuhkan hukuman kepadanya. Dan
barangsiapa mengambil sesuatu barang, sedang ia tidak memerlukannya dan tidak
untuk menghilangkan lapar, maka wajib atasnya mengganti barang tersebut dengan
yang serupa dan diberikan hukuman ta’zir. Dan barangsiapa mengambil sesuatu
barang sedangkan ia tidak dalam keadaan memerlukan, dengan sembunyi-sembunyi
setelah diletaknya di tempat penyimpanannya atau dijaga oleh penjaga, kemudian
nilainya seharga perisai maka wajib atasnya dihukum potong tangan.”
(HR. Abu Daud)
Dari hadist di atas kita boleh mengambil kesimpulan bahawa terdapat 3 hukuman yang boleh diperlakukan bagi pencuri. Di antaranya:
Dimaafkan
Ini berlaku apabila pencuri berada dalam keadaan terpaksa (misal kelaparan) dan tidak dilakukan secara terus-menerus. Dalam hadis dijelaskan:
“Tangguhkan hudud (hukuman)
terhadap orang-orang Islam sesuai dengan kemampuanmu. Jika ada jalan keluar
maka biarkanlah mereka menempuh jalan itu. Sesungguhnya penguasa tersalah dalam
memaafkan, lebih baik dari tersalah dalam pelaksanaan hukuman.”
(HR. Al- Tirmidzi)
Serta dalam Al-Quran:
Firman ALLAH SUBHANAHU WA TAALA maksudnya,
“Dan sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kalian apa yang Dia haramkan, kecuali yang terpaksa kalian
makan.”
(Surah Al-An’am ayat 119)
“Siapa yang dalam keadaan terpaksa memakannya sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka ia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Surah Al-Baqarah ayat 173)
Siapa yang terpaksa mengonsumsi makanan yang diharamkan kerana lapar, bukan kerana ingin berbuat dosa, maka sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Al-Ma’idah: 3)
Ta’zir (dipenjara)
Hukuman ini berlaku bagi seseorang yang mencuri benda namun nilainya tidak terlalu tinggi. Misalnya menemukan benda di jalan atau mengambil buah di pohon tepi jalan, maka ia wajib mengembalikan benda tersebut atau dipenjara.
Dipotong tangan
Hukuman ini diberlakukan pada seorang pencuri yang mengambil barang dari penyimpanan atau penjagaan, barang tersebut bernilai jual tinggi dan ia memang memiliki niat mencuri tanpa ada paksaan.
Dalil-Dalil yang Menjelaskan Hukum Potong Tangan Kepada Pencuri
Pada dasanya hukum mencuri adalah dosa. Tidak dianjurkan dan dilarang secara agama. Sebab perbuatan mencuri ini merugikan pihak lain. Bahkan dapat menyebabkan pertumpahan darah. Maka itu, untuk memberikan kesan kepada masyarakat maka Islam memberikan hukuman pada seorang pencuri berupa potong tangan. Tentu saja hukuman ini tidak serta-merta dibuat begitu saja. Namun mengacu ayat Al-Quran yang ertinya:
“Lelaki yang mencuri dan wanita yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan daripada Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Surah Al-Maidah ayat 38-39)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan