Sesungguhnya
Rasul kita yang mulia Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam adalah merupakan uswah, menjadi tauladan
dalam kehidupan kita.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِير
“Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suatu tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang-orang yang
mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan di hari kiamat dan banyak mengingat
Allah.”
(Surah 33, AL AHZAB : ayat 21)
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam mengajarkan
kepada umatnya perkara-perkara yang diperintahkan oleh Allah dan mempraktikkannya
agar umatnya dapat mengamalkannya. Di antaranya adalah doa setelah tasyahud
akhir sebelum salam. Doa itu sentiasa Rasulullah ajarkan kepada umatnya agar
sentiasa dibaca setiap sebelum salam. Begitu pentingnya hal ini sehingga
disunnahkan setiap kali solat untuk berdoa memohon perlindungan kepada Allah
dari empat perkara, iaitu :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ
فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah
mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Dalam riwayat yang lain,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ
الدَّجَّالِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ .
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari siksa kubur. Aku berlindung kepadaMu dari fitnah Almasih Dajjal.
Aku berlindung kepadaMu dari fitnah kehidupan dan sesudah mati. Ya Allah,
Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari perbuatan dosa dan hutang.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam menganjurkan
kepada umat beliau untuk memohon perlindung dari empat perkara ini di setiap
kali kita solat dan diulang-ulang setiap harinya. Hal ini menunjukkan betapa
penting dan agungnya doa ini.
Yang
pertama, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari azab
Jahanam.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ
Jahannam,
ia adalah merupakan tempat kembali seburuk-buruknya tempat kembali. Neraka
Jahanam yang disebutkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memiliki
panas 70 kali lipat dari api dunia. Hal itu telah digambarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
“(Panasnya) api yang kalian (Bani Adam)
nyalakan di dunia ini merupakan sebahagian dari tujuh puluh bahagian panasnya
api neraka Jahanam.” Para sahabat bertanya, “Demi Allah, api dunia itu sudah cukup wahai
Rasulullah!” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “sesungguhnya panasnya api neraka melebihi panas api dunia
sebanyak enam puluh kali lipat.”
(HR. Muslim no. 2843)
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam kemudian
menyebutkan betapa seramnya azab neraka. Penduduknya dijadikan berbadan
sebesar-besarnya sampai-sampai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahawasanya gigi penduduk
neraka sebesar Gunung Uhud. Yang demikian itu agar penduduk neraka lebih
merasakan azab.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jarak antara kedua pundak orang kafir
(di neraka) seperti jarak orang yang menaiki kenderaan dengan cepat selama tiga
hari.”
(HR. Bukhari : 5661, Muslim : 2582).
Daripada
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu
alaihi wasallam bersabda,
“(Besar) gigi geraham orang kafir atau
gigi taringnya (di neraka) seperti gunung uhud, dan tebal kulitnya sejarak
perjalanan tiga hari.”
(HR. Muslim : 2851).
Kulit
mereka yang begitu tebal dibakar dengan api yang menyala-nyala hingga kulit
itupun hangus. Dan apabila kulit itu hangus lalu Allah akan menggantinya dengan
kulit yang lain.
Allah Taala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ
بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ
بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ
عَزِيزاً حَكِيماً
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir
kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kulit
tubuh mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, agar
mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Surah 4,. An-Nisa : ayat 56)
Maka dari itu, sudah selayaknya kita berlindung kepada Allah
dari keburukan azab neraka jahanam.
Yang kedua, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari azab kubur.
وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Azab
kubur merupakan kehidupan akhirat yang pertama kali. Azab kubur adalah
penentuan bagi seorang hamba. Jika ia selamat di dalam kuburnya, maka ia akan
lebih selamat lagi di hari akhirat kelak. Dan sebaliknya, apabila ia tidak
selamat di dalam kuburnya, lebih-lebih dia tidak akan selamat di dalam
kehidupan akhirat kelak.
Pada
saat Uthman bin Affan radhiyallahu ‘anhu melihat kuburan ketika berziarah,
beliaupun menangis. Lalu ditanya oleh sahabatnya, ”Wahai Uthman, dituturkan syurga neraka engkau tidak
menangis, sekarang melihat kuburan engkau menangis!” Uthman
menjawab, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata,
“Kuburan adalah rintangan pertama kali
akhirat, siapa yang sekarang berhasil di situ setelahnya lebih mudah, siapa
yang celaka di situ, maka setelahnya akan lebih susah. Tidaklah aku melihat
suatu pandangan yang lebih mengerikan dibandingkan kuburan.”
(HR. Ahmad-Tirmidzi)
Maka
sudah sepatutnya kita berlindung dari azab kubur. Dan sudah sepatutnya pula
kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Taala sambil kita menjauhi perkara-perkara
yang dapat menyebabkan kita diazab di dalam kubur. Tahukah engkau wahai
saudariku, apa yang menyebabkan seorang hamba diazab di dalam kuburnya? Ada dua
sebab, sebab yang umum dan sebab yang khusus. Di antara sebab yang umum wahai
saudariku, adalah setiap kemaksiatan kepada Allah. Itulah penyebab seorang
hamba di azab di dalam kubur. Adapun sebab yang khusus wahai saudariku, maka
yang ditunjukkan oleh dalil-dalil syariat. Disebutkan di dalam hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Jibril dan Mikail ‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits
yang panjang,
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا
رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ
يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ
بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ
عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ
بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي
الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa
yang aku lihat.” Keduanya menjawab,”Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia
adalah pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil
darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga
hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang
yang telah Allah ajari al Quran, namun dia tidur malam (dan tidak bangun untuk
solat malam). Pada siang haripun dia tidak mengamalkannya. Maka dia disiksa
dengan siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau lihat orang yang
disiksa dalam tungku, mereka adalah pezina. Adapun orang yang engkau lihat di
sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil riba.”
(HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah
radhiyallahu ‘anhu)
Itulah
sebahagian azab kubur yang diperlihatkan kepada Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam. Maka dari itu wahai saudara dan saudariku, mohonlah
perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, kerana ia merupakan siksa pedih
sebelum kita melanjutkan perjalanan menuju akhirat.
Yang
ketiga, Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam berlindung dari fitnah
kehidupan dan sesudah kematian.
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ
فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Aku berlindung kepadaMu dari fitnah
kehidupan dan sesudah mati.”
Fitnah
hidup berupa syubahat dan syahwat. Seorang hamba diuji oleh Allah dengan syubahat(kesesatan
pemahaman) dan syahwatnya. Ujian berupa fitnah syubahat merupakan seberat
beratnya ujian bagi seorang hamba kerana hal itu bboleh merosak agamanya.
Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam saja berlindung dari fitnah-fitnah
tersebut duhai saudariku. Beliau berlindung kepada Allah agar tidak dijadikan
musibah dalam agamanya. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam pun berdoa,
وَلاَ تَجْعَلْ
مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا
“(Wahai Allah), dan janganlah engkau
jadikan musibah menimpa agama kami.”
(HR. at-Tirmidzi)
Kerana
sesungguhnya ini adalah seburuk-buruk musibah. Seorang hamba yang berbuat
maksiat, merupakan musibah dalam agamanya. Seorang hamba yang berbuat bidaah,
merupakan musibah dalam agamanya. Seorang hamba yang melanggar
larangan-larangan Allah, ia pun merupakan musibah di dalam agamanya. Musibah
yang menimpa seorang hamba dalam perkara dunia itu lebih ringan wahai
saudara dan saudariku. Seseorang diberi kefakiran, seseorang diberikan penyakit, seseorang
diberikan kelaparan, barangkali itu tidak merubah agamanya. Akan tetapi, ketika
seseorang diberi ujian syubahat dan syahwat lalu ia ikuti hal tersebut,
ketahuilah hal ini boleh menghancurkan agamanya. Itulah musibah yang paling
besar. Wal iyyadzubillah.
Yang keempat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari keburukan
fitnah masihud Dajjal.
Dajjal,
makhluk yang akan datang di akhir zaman yang diberikan oleh Allah sebagai
fitnah yang besar kepada manusia. Sampai-sampai kata Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam, tidak ada seorang pun nabi, kecuali
memperingatkan umatnya dari bahaya Dajjal.
Daripada Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ
ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: إِنِّي أُنْذِرُكُمُوْهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ
إِلاَّ قَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوْحٌ قَوْمَهُ وَلَكِنْ
سَأَقُوْلُ لَكُمْ فِيْهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ، تَعْلَمُوْنَ
أَنَّهُ أَعْوَرُ وَأَنَّ اللهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
berdiri di hadapan manusia, menyanjung Allah Subhanahu wa Taala dengan
sanjungan yang merupakan hakNya, kemudian menyebut Dajjal dan berkata, ‘Aku
memperingatkan kalian darinya, tidaklah ada seorang nabi kecuali pasti akan
memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nuh ‘alaihissalam telah memperingatkan
kaumnya. Akan tetapi aku akan sampaikan kepada kalian satu ucapan yang belum
disampaikan para nabi kepada kaumnya. Ketahuilah dia itu buta sebelah, adapun
Allah Subhanahu wa Taala tidaklah demikian.”
(HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim no. 2930)
Dajjal
adalah fitnah yang sangat besar. Bagaimana tidak wahai saudariku, Dajjal
mengaku sebagai rabb, memerintahkan hujan untuk turun, lalu turunlah hujan
(dengan izin Allah-ed), memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, lalu
tumbuh tanaman, menghidupkan orang mati dan yang lainnya sebagai fitnah bagi
kaum muslimin (dengan izin Allah-ed). Bayangkan wahai saudariku?
Maka
dari itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, bahawasanya yang menjadi
pengikut dajjal adalah orang-orang yang bodoh terhadap agama mereka. Betapa
tidak, orang-orang awam banyak yang tertipu dan terfitnah oleh para dukun.
Orang-orang awam banyak yang terfitnah oleh kuburan-kuburan yang dianggap
“kuburan wali.” Orang-orang awam banyak terfitnah dengan keris-keris pusaka dan
yang lainnya. Apabila dengan dajjal kecil saja tertipu, bagaimana dengan Dajjal
yang sangat besar fitnahnya.
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam menyebutkan
tentang kisah seorang pemuda yang dibunuh oleh Dajjal. Dalam riwayat Imam
Muslim (2938) dari hadits Abu Sai’id al-Khudri terdapat kisah menarik tentang
pertarungan antara Dajjal dengan seorang mukmin, ringkasnya:
Ada seorang pemuda beriman datang kepada Dajjal seraya berkata padanya, “Wahai manusia, ini adalah Dajjal yang telah diceritakan Rasulullah dalam haditsnya!”
Dajjal
berkata, ” Apakah kamu beriman padaku?”
Jawab
pemuda itu, “Kamu adalah pendusta”.
Pemuda
itu kemudian digergaji sehingga terbelah menjadi dua, lalu Dajjal melewati dua
potongan badannya kemudian menyuruhnya berdiri.
Pemuda
itupun berdiri lagi seraya berkata, “Saya malah bertambah mantap tentang dirimu
bahawa engkau adalah Dajjal yang dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam!”
Setelah itu, Dajjal ingin membunuhnya tetapi tidak boleh.”
Setelah itu, Dajjal ingin membunuhnya tetapi tidak boleh.”
Bayangkan
wahai saudariku, si pemuda tersebut telah memiliki pengentahuan bahawasanya
Dajjal akan datang. Ini menunjukkan bahawa orang yang memahami ilmu agama, in
sya Allah dia akan
diselamatkan dari fitnah Dajjal. Maka dari itu wahai saudariku, kita berkewajipan
untuk berlindung dari fitnah dajjal. Ia adalah fitnah yang sangat besar.
Dan
terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdoa memohon perlindungan
dari perbuatan dosa dan hutang.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Dosa
dan hutang, terkadang seorang hamba menganggapnya kecil dan remeh, padahal itu
akan dibayar dengan amalan di akhirat kelak. Ketika Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam mengabarkan
bahawasanya orang yang mati syahid diampuni semua dosa-dosanya, kemudian
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun memberikan pengecualian, yakni
kecuali hutang. Daripada ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ
ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali
hutang.”
(HR. Muslim no. 1886)
Daripada Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ
دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ
دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan
masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan
dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) kerana di sana (di akhirat) tidak
ada lagi dinar dan dirham.”
(HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahawa
hadits ini shohih. Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan
Keras Mengenai Hutang.”)
Demikianlah
keadaan orang yang mati dalam kondisi masih membawa hutang dan belum juga
dilunaskan, maka untuk membayarnya akan diambil pahala kebaikannya. Itulah yang
terjadi ketika hari kiamat kerana di sana tidak ada lagi dinar dan dirham untuk
melunasi hutang. Kenapa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sering berlindung dari hutang ketika solat?
Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa’id (hal. 57, Darul Aqidah)
mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang kerana banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak hutang akan mendatangkan kerugian di dunia.” Inilah doa yang seharusnya kita amalkan agar terlindung dari hutang:
ALLAHUMMA
INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM
(Ya
Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak hutang).
Maka
dari itu wahai saudariku, janganlah seorang hamba bermudah-mudah untuk
berhutang. Dan jangan pula seorang hamba berbuat zalim dengan tidak membayar
hutang. Sesungguhnya hutang itu akan dibayar di akhirat, bukan dibayar dengan
dinar, bukan dibayar dengan rupiah, bukan dibayar dengan dirham, akan tetapi
akan dibayar dengan amalan kita. Padahal amalan kita adalah modal utama menuju
syurga.
Wa shollallahu ‘ala nabiyyiina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan