Pada suatu hari, tiba-tiba saja ‘Aisyah isteri NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM menangis. Nabipun bertanya padanya : “Duhai ‘Aisyah, apa gerangan yang membuatmu menangis?” “Aku mengingat neraka maka aku menangis. Wahai RASULULLAH, apakah engkau akan mengingat keluargamu pada hari kiamat nanti?” kata ‘Aisyah. Nabi menjawab :
“Adapun pada tiga tempat, maka tidak ada seorangpun yang dapat mengingat orang lain, Pertama, pada saat buku catatan amal berterbangan ( mendatangi pemiliknya ). Tidak ada seorangpun yang tahu, apakah buku catatan amal mereka akan datang dari sebelah kanan atau sebelah kiri. Setiap orang menunggu-nunggu lembaran amal dan hasil kehidupan dunianya. Ia tidak tahu keselamatankah yang ia dapat atau kebinasaan. Ia tidak tahu apakah jalan yang akan ditempuhnya berakhir di syurga atau di neraka. Dan dalam keadaan seperti itu, setiap orang akan sibuk dengan dirinya sendiri. Akan sibuk memikirkan dosa yang ia perbuat Kedua, ketika timbangan amal diletakkan untuk mengetahui mana yang ringan dan mana yang berat. “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.”
(Surah 21 AL ANBIYAA' : 47 )
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.”
(Surah 18 AL KAHFI : 49 )
"Ketiga, pada saat melewati jembatan ( shirath ). Tidak ada seorangpun yang mengetahui, apakah ia akan berhasil melewatinya atau ia akan terjatuh dan gagal melewatinya. Dan jembatan itu…yah, jembatan itu adalah jembatan yang dibentangkan di atas punggung neraka jahannam…semua orang akan melewatinya…dari manusia pertama hingga manusia terakhir yang hidup di dunia…”
( Ibnaty Al Habibah, hal.30 )
Kalau demikian adanya, pantaslah ‘Aisyah – radhiallahu ‘anha- sang isteri Nabi, puteri Ash Shiddiq, dan ummul mukminin itu menangis…dan ia memang harus menangisi kengerian perjalanan negeri akhirat itu. Lalu bagaimana dengan kita?
Haruskah kitapun menangis?
Setiap kita tentu tahu jawapannya.
.
Rujukan:
http://www.facebook.com/pages/Islamic-Knowledge/261290240605264
Tiada ulasan:
Catat Ulasan