Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Rabu, 30 Januari 2013

Bab 11 Bersungguh-sungguh.



Allah Taala berfirman:

"Dan orang-orang yang berjihad dalam membela agama Kami, maka pasti akan Kami tunjukkan mereka itu akan jalan Kami dan sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang berbuat kebaikan."
(al-Ankabut: 69)

Allah Taala berfirman lagi:

"Dan sembahlah Tuhanmu sehingga datanglah keyakinan(kematian) itu padamu."
(al-Hijr: 99)

Lagi Allah Taala berfirman:

"Dan ingatlah akan nama Tuhanmu serta beribadatlah kepada-Nya dengan sepenuh hati", yakni hentikanlah segala pemikiran, untuk semata-mata menghadap kepadaNya."
(al-Muzzammil: 8)

Allah Taala juga berfirman:

"Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, iapun pasti akan mengetahuinya."
(az-Zalzalah: 7)

Juga Allah Taala berfirman:

"Dan apa saja perbuatan baik yang engkau sekalian berikan untuk dirimu sendiri, nanti pasti akan engkau sekalian dapati di sisi Allah, keadaannya adalah lebih baik dan lebih besar pahalanya dan mohonlah pengampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang."
(al-Muzzammil: 20)
Lagi firman Allah Taala:

"Dan apa saja kebaikan yang engkau sekalian kerjakan, maka sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui."
(al-Baqarah: 215)
Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya ialah:

95. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya Allah Taala berfirman dalam Hadis qudsi : "Barangsiapa memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya bahawa ia akan Kuperangi (Kumusuhi). Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan padaKu dan melakukan hal-hal yang sunnah sehingga akhirnya Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang sebagai telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, Akulah matanya yang ia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang ia gunakan untuk mengambil dan Akulah kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Andaikata ia meminta sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan andai kata memohonkan perlindungan padaKu, pastilah Kulindungi."
(Riwayat Bukhari)
Makna lafaz Aadzantuhu, ertinya: "Aku (Tuhan) memberitahukan kepadanya (yakni orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahawa Aku memerangi atau memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, ertinya "Ia memohonkan perlindungan padaKu. Ada yang meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi Ista'aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi Ista'aadzanii.

Keterangan:
Yang perlu kita resapkan dalam Hadis ini ialah:
(a) Di atas itu, Hadis Qudsi namanya.
(b) Kekasih Allah ialah orang yang amat takwa kepadaNya dan orang yang memusuhi kekasih Allah ini pasti akan rosak binasa sebab dimusuhi oleh Allah. 
(c) Jadi bila hendak mendekat pada Allah, lebih dulu penuhilah kewajipan-kewajipan yang telah dipikulkan oleh Allah pada kita itu,
(d) Maka kalau orang itu sudah benar-benar dekat pada Allah semua pendengarannya, penglihatannya, pengambilannya dan perjalanannya selalu diberi petunjuk oleh Allah sehingga cahaya Tuhan selalu ada di kanan kirinya.

96. Kedua: Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w. dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya 'Azzawajalla, firmanNya ini juga Hadis Qudsi :

"Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas."
(Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Hadis yang tercantum di atas itu adalah sebagai perumpamaan belaka, baik bagi Allah
atau bagi hambaNya. Jadi maksudnya ialah barangsiapa yang mengerjakan ketaatan kepada Allah sekalipun sedikit, maka Allah akan menerima serta memperlipat-gandakan pahalanya, juga pelakunya itu diberi kemuliaan olehNya selama di dunia sampai di akhirat. Makin besar dan banyak ketaatannya, makin pula besar dan bertambah-tambah pahalanya. Manakala cara melakukan ketaatan itu dengan perlahan-lahan, Allah bukannya memperlahan atau memperlambatkan pahalanya, tetapi bahkan dengan segera dinilai pahalanya itu dengan penilaian yang luarbiasa tingginya.
Demikianlah tujuan dan makna yang tersirat dalam isi Hadis tersebut. Wallahu A'lam
bish-shawaab.

97. Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Ada dua macam kenikmatan yang keduanya itu disia-siakan oleh sebahagian besar manusia iaitu kesihatan dan kelapangan waktu."
(Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Lafaz Maghbuun dalam Hadis di atas itu, asalnya dari kata Zhaban, iaitu membeli sesuatu dengan harga yang melebihi batas dari harga yang semestinya dan berlipat-lipat dari yang seharusnya dibayarkan, jadi yang sepatutnya dibeli seratus rupiah, tiba-tiba dibeli dengan harga seribu rupiah. Juga Ghaban itu dapat bererti menjual sesuatu dengan harga yang terlampau sangat rendahnya, misalnya sesuatu itu dapat dijual dengan harga lima puluh rupiah, tetapi hanya dijual dengan harga lima rupiah saja. Orang mukallaf yakni manusia yang sudah baligh lagi berakal oleh Rasulullah s.a.w. diumpamakan sebagai seorang pedagang. Kesihatan tubuh dan kelapangan waktu yakni waktu tidak ada pekerjaan apa-apa yang diumpamakan sebagai pokok harta atau kapital untuk berdagang itu, sedang ketaatan kepada Allah Taala sebagai benda-benda yang diperdagangkan.
Namun demikian sebahagian besar umat manusia tidak mengerti betapa pentingnya memiliki dua macam kapital dan bingung untuk memilih apa yang hendak diperdagangkan itu, padahal sudah jelas pokok kapitalnya ialah kesihatan dan kelapangan waktu dan yang semestinya dikejar untuk mendapatkan keuntungan ialah membeli dagangan yang akan dapat memberi keuntungan sebanyak-banyaknya. Bukankah ketaatan kepada Allah itu akan menguntungkan sekali, baik di dunia atau di akhirat. Bukankah itu pula yang menyebabkan akan dapat memperoleh laba yang besar sekali di sisi Allah dan yang menjurus ke arah mendapat kebahagiaan. Tetapi semua itu disia-siakan oleh sebagian besar umat manusia sewaktu mereka hidup di dunia ini. Baharu orang itu mengerti besarnya kenikmatan sihat dan lapang waktu itu, apabila telah sakit dan banyak kesibukan, sehingga banyak kewajipan-kewajipan terhadap agama menjadi kucar-kacir dan terbengkalai atau sama sekali ditinggalkan. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah dari hal-hal yang sedemikian itu.

98. Keempat: Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w. berdiri untuk beribadat dari sebahagian waktu malam sehingga pecah-pecahlah kedua tapak kakinya. Saya (Aisyah) lalu berkata padanya: "Mengapa Tuan berbuat demikian, ya Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan yang kemudian?"  Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?"
(Muttafaq 'alaih)
Ini adalah menurut lafaz Bukhari dan yang seperti itu terdapat pula dalam kedua kitab
shahih Bukhari dan Muslim dari riwayat Mughirah bin Syu'bah.

Keterangan:

Dalam mengulas apa yang dikatakan oleh Sayidah Aisyah radhiallahu 'anha bahawa Rasuiullah s.a.w. itu sudah diampuni semua dosanya oleh Allah, baik yang dilakukan dahulu atau belakangan, maka al-lmam Ibnu Abi Jamrah r.a. memberikan uraiannya sebagai berikut:
"Sebenarnya tiada seorangpun yang dalam hatinya terlintas suatu persangkaan bahawa dosa-dosa yang diberitahukan oleh Allah Taala yang telah diampuni yakni mengenai diri Nabi s.a.w. itu adalah dosa yang kita maklumi dan yang biasa kita jalankan ini, baik yang dengan sengaja atau cara apapun. Itu sama sekali tidak, sebab Rasulullah s.a.w., juga semua nabiullah 'alaihimus shalatu wassalam itu adalah terpelihara dan terjaga dari semua kemaksiatan dan dengan sendirinya tidak ada dosanya sama sekali (ma'shum minadzdzunub). Semoga kita semua dilindungi oleh Allah dari memiliki persangkaan yang jelas salahnya sebagaimana di atas. Jadi tujuannya hanyalah sebagai mempertunjukkan kepada seluruh umat, betapa besarnya kewajipan setiap manusia, yang di dalamnya termasuk pula Nabi Muhammad s.a.w. untuk memaha agungkan, memaha besarkan kepadaNya serta sentiasa mensyukuri kenikmatan-kenikmatanNya. Oleh sebab apa yang dilakukan oleh manusia, bagaimanapun juga besar dan tingginya nilai apa yang diamalkannya itu, masih belum memadai sekiranya dibandingkan dengan kenikmatan yang dilimpahkan oleh Nya kepada manusia tersebut. Maka dari itu hak-hak Allah yang wajib kita penuhi sebagai imbalan kurniaNya itu, masih belum sesuai dengan amalan baik yang kita lakukan, sekalipun dalam anggapan kita sudah amat banyak sekali. Jadi lemahlah kita untuk mengimbanginya dan itulah sebabnya, maka memerlukan adanya pengampunan sekalipun tiada dosa yang dilakukan sebagaimana halnya Rasulullah Muhammad serta sekalian para nabiNya 'alaihimus shalatu wassalam itu."

99. Kelima: Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga bahawasanya ia berkata: 

"Rasulullah itu apabila masuk hari sepuluh, maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan membangunkan isterinya dan bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat pinggangnya".
Yang dimaksudkan ialah:
Hari sepuluh ertinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadan jadi antara tanggal 21 Ramadan sampai habisnya bulan itu. Mi'zar atau izar dikeraskan ikatannya maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari kaum wanita yakni tidak berkumpul dengan isteri-isterinya, ada pula yang memberi pengertian bahawa maksudnya itu ialah amat giat untuk beribadat. Dikatakan: Saya rnengeraskan ikat pinggangku untuk perkara ini, ertinya: Saya bersungguh-sungguh melakukannya dan menghabiskan segala Waktu untuk merampungkannya.

100. Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan. Berlumbalah untuk memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena oleh sesuatu musibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu". Tetapi berkatalah: "Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia melaksanakannya", sebab sesungguhnya ucapan "andaikata" itu membuka pintu godaan syaitan".
(Riwayat Muslim)

101. Ketujuh: Dan" Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Ditutupilah neraka dengan berbagai kesyahwatan (keinginan) dan ditutupilah syurga itu dengan berbagai hal yang tidak disenangi". 
(Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat, dari Muslim disebutkan dengan mengjunakan kata huffat sebagai ganti kata hujibat, sedang ertinya adalah sama, iaitu bahawa antara seseorang dengan neraka (atau syurga) itu ada tabirnya, maka jikalau tabir ini dilakukannya, tentulah ia masuk ke dalamnya.

102. Kelapan: Dari Abu Abdillah, iaitu Hudzaifah bin al-Yaman al-Anshari yang terkenal sebagai penyimpan rahsia Rasullah s.a.w., radhiallahu 'anhuma, katanya: 

"Saya bersolat beserta Nabi s.a.w. pada suatu malam maka beliau membuka dalam rakaat pertama dengan surat al-Baqarah. Saya berkata: "Beliau rukuk pada ayat ke seratus, kemudian berlalulah". Saya berkata: "Beliau bersolat dengan bacaan tadi itu dalam satu rakaat, kemudian berlalu". Selanjutnya saya berkata: "Beliau rukuk dengan bacaan di atas itu, kemudian membuka dalam rakaat kedua dengan surat an-Nisa' lalu membacanya,kemudian membuka lagi sebagai lanjutannya surat ali Imran, kemudian membacanya. Beliau s.a.w. membacanya itu dengan rapi sekali tidak tergesa-gesa jikalau melalui ayat yang di dalamnya mengandung pentasbihan memahasucikan beliaupun mengucapkan tasbih, jikalau melalui ayat yang mengandung suatu permohonan, beliaupun memohon, jikalau melalui ayat yang menyatakan berta'awwudz mohon perlindungan kepada Allah dari sesuatu yang tidak baik, beliaupun berta'awwudz mohon perlindungan. Kemudian beliau s.a.w. rukuk dan di situ beliau mengucapkan: Subhana rabbtal 'azhim. Rukuknya adalah seumpama saja dengan berdirinya yakni perihal lamanya hampir persamaan belaka selanjutnya beliau mengucapkan: Sami'allahu iiman hamidah. Rabbana lakal hamd", lalu berdiri dengan berdiri yang lama mendekati rukuknya tadi. Seterusnya beliau bersujud lalu mengucapkan: Subhana rabbial a'la, maka sujudnya itu mendekati pula akan berdirinya  tentang lama waktunya."
(Riwayat Muslim)

103. Kesembilan: Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: 

"Saya bersolat beserta Rasulullah s.a.w. pada suatu malam, maka beliau memperpanjangkan berdirinya, sehingga saya bersengaja untuk melakukan sesuatu yang tidak baik". Ia ditanya: "Dan apakah hal yang tidak baik yang engkau sengajakan itu?" Ibnu Mas'ud r.a. menjawab: "Saya bersengaja hendak duduk saja dan meninggalkan beliau(tidak terus bermakmum padanya)".
(Muttafaq 'alaih)

104. Kesepuluh: Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya:

"Mengikuti kepada seseorang mayat itu tiga hal, iaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga serta hartanya dan tertinggallah amalnya". 
(Muttafaq 'alaih)

105. Kesebelas: Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: 

"Syurga itu lebih dekat pada seseorang di antara engkau sekalian daripada ikat terumpahnya, nerakapun demikian pula". 
(Riwayat Bukhari)

Keterangan:
Maksud Hadis di atas itu ialah bahawa untuk mencapai syurga atau neraka itu mudah sekali. Jika seseorang ingin mendapatkan syurga tentulah wajib mempunyai kesengajaan yang benar, melakukan ketaatan dan kebaktian kepada Tuhan, melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua laranganNya, tetapi jika ingin memasuki neraka semoga kita dilindungi Allah dari siksa neraka itu, tentulah dengan jalan mengikuti apa saja yang menjadi kehendak hawa nafsu, menuruti kemahuan syaitan dan melakukan apa saja yang berupa kemaksiatan dan kemungkaran.

106. Keduabelas: Dari Abu Firas iaitu Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami, pelayan Rasulullah s.a.w. dan ia termasuk pula dalam golongan ahlussuffah yakni kaum fakir miskin r.a. katanya: 

"Saya bermalam beserta Rasulullah s.a.w., kemudian saya mendatangkan untuknya dengan air wuduknya serta hajatnya maksudnya pakaian dan lain-lain. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Memintalah padaku!" Saya berkata: "Saya meminta kepada Tuan untuk menjadi kawan Tuan di dalam syurga". Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Apakah tidak ada yang selain itu?" Saya menjawab: "Sudah, itu sajalah". Beliau lalu bersabda: "Kalau begitu tolonglah aku untuk melaksanakan permintaanmu itu dengan memaksa dirimu sendiri untuk memperbanyak bersujud maksudnya engkaupun harus pula berusaha untuk terlaksananya permintaan tersebut dengan jalan memperbanyak menyembah Allah".
(Riwayat Muslim)

107. Ketigabelas: Dari Abu Abdillah, juga dikatakan dengan nama Abu Abdir Rahman iaitu Tsauban, hamba sahaya Rasulullah s.a.w. r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Hendaklah engkau memperbanyak bersujud, sebab sesungguhnya engkau tidaklah bersujud kepada Allah sekali sujudan, melainkan dengannya itu Allah mengangkatmu sedarjat dan dengannya pula Allah menghapuskan satu kesalahan dari dirimu".
(Riwayat Muslim)

108. Keempatbelas: Dari Abu Shafwan iaitu Abdullah bin Busr al-Aslami r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang usianya dan baik kelakuannya".
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

109. Kelimabelas: Dari Anas r.a., katanya:

"Bapa saudaraku, iaitu Anas bin an-Nadhr r.a. tidak mengikuti peperangan Badar, kemudian ia berkata: "Ya Rasulullah, saya tidak mengikuti pertama-tama peperangan yang Tuan lakukan untuk memerangi kaum musyrikin. Jikalau Allah mempersaksikan saya  (menakdirkan saya ikut menyaksikan) dalam memerangi kaum musyrikin pada masa akan datang, nescayalah Allah akan memperlihatkan apa yang akan saya perbuat. Ketika pada hari peperangan Uhud, kaum Muslimin menderita kekalahan, lalu Anas bin an-Nadhr itu berkata: "Ya Allah, saya mohon keuzuran(pengampunan) padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka itu yang dimaksudkan ialah kawan-kawannya kerana meninggalkan tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh Nabi s.a.w. juga saya berlepas diri(tidak ikut campurtangan) padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka yang dimaksudkan ialah kaum musyrikin yang memerangi kaum Muslimin.
Selanjutnya iapun majulah, lalu Sa'ad bin Mu'az menemuinya. Anas bin an-Nadhr berkata: "Hai Sa'ad bin Mu'az, marilah menuju syurga. Demi Tuhan yang menguasai Kaabah (Baitullah), sesungguhnya saya dapat menemukan bau harum syurga itu dari tempat di dekat Uhud".
Sa'ad berkata: "Saya sendiri tidak sanggup melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas itu, ya Rasulullah".
Anas yang merawikan Hadis ini yakni Anas bin Malik kemanakan Anas bin an-Nadhr - berkata; "Maka kami dapat menemukan dalam tubuh Anas bin an-Nadhr itu lebih lapan puluh pukulan pedang ataupun tusukan tombak ataupun lemparan panah. Kita menemukannya telah terbunuh dan kaum musyrikin telah pula mencabik-cabiknya. Oleh sebab itu seorangpun tidak dapat mengenalnya lagi, melainkan saudara perempuannya saja, kerana mengenal jari-jarinya".
Anas perawi Hadis ini berkata: "Kita sekelian mengira atau menyangka bahawasanya ayat ini turun untuk menguraikan hal Anas bin an-Nadhr itu atau orang-orang yang seperti dirinya, iaitu ayat yang ertinya: "Di antara kaum mukminin itu ada beberapa orang yang menempati apa yang dijanjikan olehnya kepada Allah", sampai seterusnya ayat tersebut. 
(Muttafaq 'alaih)
Lafaz Layuriannallah, diriwayatkan dengan dhammahnya ya' dan kasrahnya ra', ertinya: Nescayalah Allah akan memperlihatkan yang sedemikian itu apa-apa yang dilakukannya kepada orang banyak. Diriwayatkan pula dengan fathah keduanya ya' dan
ra'nya dan maknanya sudah jelas iaitu: Nescayalah Allah akan melihat apa-apa yang dilakukan olehnya. Jadi membacanya ialah: Layara-yannallah. Wallahu aiam.

Keterangan:
Anas bin an-Nadhr r.a. mengatakan kepada Rasulullah s.a.w. bahawa dalam peperangan yang pertama yakni perang Badar tidak ikut, kemudian dalam peperangan
kedua, yakni perang Uhud ikut menyertai pasukan umat Islam melawan kaum kafirin dan musyrikin. Kemudian ia berkata di hadapan Rasulullah s.a.w. sebagai janjinya, andaikata ia mengikuti, nescaya Allah akan menampakkan apa yang hendak dilakukan olehnya atau Allah pasti mengetahui apa yang hendak diperbuatnya. Ia mengatakan sebagaimana di atas itu setelah selesai perang Badar dan belum lagi terjadi perang Uhud. Yang hendak diperbincangkan di sini ialah mengenai kata-kata Anas tersebut berbunyi Maa ashna-'u, ertinya: Apa-apa yang akan saya lakukan. Mengapa ia tidak berkata saja: Aku akan bertempur mati-matian sampai titik darah yang penghabisan, sebagaimana yang biasa dikatakan oleh orang-orang di zaman kita sekarang ini. Nah, inilah yang perlu kita bahas sekadarnya. Al-lmam al-Qurthubi dalam mengupas kata-kata Anas r.a. iaitu Maa ashna-'u itu menjelaskan demikian:
Ucapan Sayidina Anas r.a., juga sekalian para sahabat Rasulullah s.a.w. selalu mengandung makna yang dalam. Anas r.a. misalnya, dalam menyatakan janjinya akan
mengikuti peperangan bila nanti terjadi peperangan lagi dengan hanya mengatakan: Maa ashna-'u, itu mempunyai kandungan bermacam-macam, umpamanya: 
(a) Ia tidak memiliki sifat kesombongan dan ketakburan dan oleh sebab itu tidak mengatakan bahawa ia akan berjuang mati-matian sampai hilangnya jiwa yang dimilikinya dan amat berharga itu. Orang yang sombong itu umumnya tidak menepati janji yang diucapkan. Kadang-kadang baru melihat musuh sudah lari terbirit-birit atau sebelum melihatnya saja sudah tidak tampak hidungnya.
(b) Anas r.a. sengaja memperkukuhkan ucapannya sendiri dan benar-benar dipenuhi. Diri dan jiwanya akan betul-betul dikorbankan untuk meluhurkan kalimat Allah yakni agama Islam dengan jalan melawan musuh yang sengaja menyerbu negara dan hendak melenyapkan agama yang diyakini kebenarannya itu.
(c) Ia hendak berusaha keras memenangkan peperangan dan mencurahkan segala daya dan kekuatannya tanpa ada ketakutan sedikitpun akan tibanya ajal, sebab setiap manusia pasti mengalami kematian, hanya jatannya yang berbeza-beza. 
(d) Ia takut kalau-kalau apa yang hendak dilakukan nanti itu belum memadai apa yang diucapkan, sebab mengingat bahawa segala gerakan hati dapat saja diubah-ubah oleh Allah Taala. Mungkin hari ini putih, tetapi esoknya sudah menjadi hitam. Itulah yang dikuatirkan olehnya, sehingga semangatnya yang asalnya menyala-nyala, tiba-tiba mengendur tanpa disedari.
Selanjutnya setelah terjadi perang Uhud ia menunjukkan perjuangan yang sebenar-benarnya, sampai-sampai terciumlah olehnya bau-bauan dari syurga dan akhirnya ia gugur sebagai pahlawan syahid fisabilillah. Untuk menegaskan janji Anas r.a. inilah Allah Taala berfirman dalam Al-Quran:

Ertinya: "Di kalangan kaum mukminin itu ada beberapa orang (seperti sahabat Anas) yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah dan sungguh-sungguh memenuhi janjinya itu. Diantara mereka ada yang menemui ajalnya sebagai pahlawan syahid dan ada juga yang masih menanti-nantikan - yakni ingin mendapatkan kematian syahid dan oleh sebab itu tidak mundur setapakpun menghadapi musuh. Itulah orang-orang mukmin yang tidak berubah pendiriannya sedikitpun". 
(Al- Ahzab: 23)

110. Keenam belas: Dari Abu Mas'ud iaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Anshari al-Badri r.a., katanya: 

"Ketika ayat sedekah turun, maka kita semua mengangkat sesuatu di atas punggung-punggung kita untuk memperoleh upah dari hasil mengangkatnya itu untuk disedekahkan. Kemudian datanglah seseorang lalu bersedekah dengan sesuatu yang banyak benar jumlahnya. Orang-orang sama berkata: "Orang itu adalah sengaja berpamer saja memperlihatkan amalannya kepada sesama manusia dan tidak kerana Allah Taala melakukannya. Ada pula orang lain yang datang kemudian bersedekah dengan barang sesha' dari kurma. Orang-orang sama berkata: "Sebenarnya Allah pastilah tidak memerlukan makanan sesha'nya orang ini". Selanjutnya turun pulalah ayat yang ertinya: "Orang-orang yang mencela kaum mukminin yang memberikan sedekah dengan sukarela dan pula mencela orang-orang yang tidak mendapatkan melainkan menurut kadar kekuatan dirinya", dan seterusnya ayat itu yakni firmanNya: "Lalu mereka memperolok-olokkan mereka. Allah akan memperolok-olokkan para pencela itu dan mereka yang berbuat sedemikian itu akan memperoleh siksa yang pedih". 
(at-Taubah: 79) (Muttafaq 'alaih)
Nuhamilu dengan dhammahnya nun dan menggunakan ha' muhmalah, ertinya ialah setiap orang dari kita sekalian mengangkat di atas punggung masing-masing dengan memperoleh upah dan upah itulah yang disedekahkannya.

111. Ketujuh belas: Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi'ah bin Yazid dari Abu Idris al- Khawlani dari Abu Zar, iaitu Jundub bin Junadah r.a. dari Nabi s.a.w., dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Taala, bahawasanya Allah berfirman ini adalah Hadis Qudsi:

"Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan pada diriKu sendiri akan menganiaya dan menganiaya itu, Kujadikan haram di antara engkau sekalian. Maka dari itu, janganlah engkau sekalian saling menganiaya. Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu tersesat, kecuali orang yang Kuberi petunjuk. Maka itu mohonlah petunjuk padaKu, engkau semua tentu Kuberi petunjuk itu. Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu lapar, kecuali orang yang Kuberi makan. Maka mohonlah makan padaKu, engkau semua tentu Kuberi makanan itu. Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu telanjang, kecuali orang yang Kuberi pakaian. Maka mohonlah pakaian padaKu, engkau semua tentu Kuberi pakaian itu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu berbuat kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku inilah yang mengampunkan segala dosa. Maka mohon ampunlah padaKu, pasti engkau semua Kuampuni. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu tidak dapat membahayakan Aku. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan membahayakan Aku. Lagi pula engkau semua itu tidak dapat memberikan kemanfaatan padaKu. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan memberikan kemanfaatan itu padaKu. Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula(awal) hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama bersatu padu seperti hati seseorang yang paling takwa dari antara engkau semua, hal itu tidak akan menambah keagungan sedikitpun pada kerajaanKu. Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula(awal) hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama bersatu padu seperti hati seseorang yang paling curang dari antara engkau semua, hal itu tidak akan dapat mengurangi keagungan sedikitpun pada kerajaanKu. Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula(awal) hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama berdiri di suatu tempat yang tinggi di atas bumi, lalu tiap seseorang meminta sesuatu padaKu dan tiap-tiap satu Kuberi menurut permintaannya masing-masing, hal itu tidak akan mengurangi apa yang menjadi milikKu, melainkan hanya seperti jarum bila dimasukkan ke dalam laut jadi berkurangnya hanyalah seperti air yang melekat pada jarum tadi. Wahai hamba-hambaKu, hanyasanya semua itu adalah amalan-amalanmu sendiri. Aku menghitungnya bagimu lalu Aku memberikan balasannya. Maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji kepada Allah dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali kecuali pada dirinya sendiri". Said berkata: "Abu Idris itu apabila menceritakan Hadis ini, ia duduk di atas kedua lututnya".
(Riwayat Muslim)
Kami juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan ia berkata: "Tidak sebuahpun Hadis bagi ahli Syam yang lebih mulia dari Hadis ini".

Keterangan:
Hadis yang diriwayatkan oleh Nabi s.a.w. dan berasal dari Allah semacam Hadis di atas ini juga Hadis no. 11 dan no. 95 disebut Hadis Qudsi (suci). Bezanya dengan Al-Quran ialah kalau Al-Quran merupakan mukjizat sedang Hadis Qudsi tidak. Lagi pula hanya melulu membaca saja pada Al-Quran itu sudah merupakan ibadat. Yang penting kita perhatikan ialah:
(a) Menganiaya itu adalah benar-benar besar dosanya dan doanya orang yang dianiaya itu tidak akan ditolak oleh Allah yakni pasti dikabulkan sebagaimana sabda Nabi s.a.w.:
"Takutlah pada doanya orang yang dianiaya, sekalipun ia itu kafir kerana sesungguhnya saja tidak ada tabir yang menutup antara doa orang itu dengan Allah".
(b) Semua dosa itu dapat diampuni oleh Allah asal kita mohon ampun serta bertaubat kecuali syirik (menyekutukan Allah), sebagaimana dalam Al-Quran disebutkan:
"Sesungguhnya Allah tidak suka mengampuni katau Dia disekutukan dengan lainNya dan Dia suka mengampuni yang selain itu pada orang yang dikehendaki olehNya".
(c) Kalau kita taat pada Allah, melakukan semua perintahNya, ini bukan bererti bahawa Allah perlu kita taati. Kita taat atau tidak bagi Allah tetap saja. Maka bukannya kalau kita taat, Allah tambah mulia atau kalau kita ingkar lalu Allah kurang kemuliaanNya. Itu tidak sama sekali. Hanya saja Allah menyediakan tempat kesenangan (syurga) bagi orang yang taat dan tempat siksa (neraka) bagi orang yang ingkar.
(d) Orang yang amat taqwa yang dimaksudkan dalam Hadis ini ialah Nabi Muhammad s.a.w. dan yang paling curang itu ialah syaitan (setan) sebab syaitan itu dahulunya bernama Izazil dan termasuk dalam golongan jin.

(e) Begitu banyaknya air laut, kalau isinya hanya dikurangi oleh jarum yang melekat di situ, maka kekurangan itu tidak bererti sama sekali. Begitulah perumpamaannya andaikata Allah mengabulkan semua permohonan makhlukNya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan