Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Selasa, 30 Julai 2013

L 2 Surah 2 : Al Baqarah ( SAPI BETINA ) Bahagian 1



Surah  Al Baqarah yang 286 ayat itu turun di Madinah yang sebahagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surah Al Baqarah termasuk golongan Madaniyah, merupakan surah yang terpanjang di antara surat-surat al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpanjang (ayat 282). Surah ini dinamai Al Baqarah kerana di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), di mana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai Fusthaatul-Quran (puncak al Quran) kerana memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Dinamai juga surah alif-laam-miim kerana surah ini dimulai dengan Alif-laam-miim.

Pokok-pokok isinya:

1. Keimanan:

Dakwah Islamiyah yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli kitab dan para musyrikin.

2. Hukum-hukum:

Perintah mengerjakan solat; menunaikan zakat; hukum puasa; hukum haji dan umrah; hukum qishash; hal-hal yang halal dan yang haram; bernafkah di jalan Allah; hukum arak dan judi; cara menyantuni anak yatim, larangan riba; hutang piutang; nafkah dan yang berhak menerimanya; wasiat kepada dua orang ibubapa dan kaum kerabat; hukum sumpah; kewajipan menyampaikan amanat; sihir; hukum merosak masjid; hukum merubah kitab-kitab Allah; hukum haid, 'iddah, talak, khulu', ilaa' dan hukum susuan; hukum melamar, mahar, larangan mengahwini wanita musyrik dan sebaliknya; hukum perang.

3. Kisah-kisah:

Kisah penciptaan Nabi Adam a.s.; kisah Nabi Ibrahim a.s.; kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.

4. Dan lain-lain:

Sifat-sifat orang yang bertakwa; sifat orang-orang munafik; sifat-sifat Allah; perumpamaan-perumpamaan; kiblat, kebangkitan sesudah mati.

TIGA GOLONGAN MANUSIA DALAM MENGHADAPI AL QURAN

Golongan Mukmin

1. Alif laam miin[10].
[10]. Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebahagian dari surat-surat al-Quran seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Di antara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah kerana dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahawa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan al-Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahawa al-Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahawa al-Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cubalah mereka buat semacam al-Quran itu.

2. Kitab[11] (al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa[12],
[11]. Tuhan menamakan al Quran dengan al-Kitab yang di sini bererti yang ditulis, sebagai isyarat bahawa al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12]. Takwa iaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintahNya; dan menjauhi segala larangan-laranganNya; tidak cukup diertikan dengan takut saja.
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahawa empat ayat pertama dari surat Al-Baqarah (S. 2: 2,3,4,5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan Kaum Mukminin, dan dua ayat berikutnya (S. 2: 6,7) tentang kaum kafirin yang menegaskan, bahawa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup(diperingatkan atau tidak diperingatkan), mereka tetap tidak akan beriman -; dan tiga belas ayat selanjutnya lagi (S.2: 8 s/d 20) menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafiqin.
(Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.)


3. (iaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan solat[15], dan menafkahkan sebahagian rezeki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.
[13]. Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
[14]. Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghaib iaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, kerana ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya.
[15]. Solat menurut bahasa 'Arab: doa. Menurut istilah syarak ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan solat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusuk, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
[16]. Rezeki: segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebagian rezeki, ialah memberikan sebahagian dari harta yang telah direzekikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyariatkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].
[17]. Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM  ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam al Quran yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.
[18]. Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19].
[19]. Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.

Golongan Kafir

6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa firman Allah "Innalladzina kafaru sawa-un 'alaihim sampai walahum adzabun 'adhim" (S.2: 6,7) diturunkan tentang kaum Yahudi Madinah, yang menjelaskan bahwa mereka itu walaupun diperingatkan tetap tidak akan beriman.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi 'Ikrimah dari Sa'id bin Jubair yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Dalam riwayat lain dikemukakan, bahwa dua ayat itu (S. 2: 6,7) diturunkan di dalam peperangan al-Ahzab yang terjadi pada tahun ke 5 Hijriah yang berupa serangan umum yang memperlihatkan kekuatan angkatan perang kaum musyrikin menyerbu kota Madinah.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ar-Rabi' dan Anas.)

7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup[21]. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
[20]. Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya.
[21]. Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat al Quran yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.

Golongan munafik

8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian[22]," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
[22]. Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.

9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sedar.

10. Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
[23]. Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM agama dan orang-orang Islam.

11. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerosakkan di muka bumi[24]". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
[24]. Kerosakkan yang mereka perbuat di muka bumi bukan bererti kerosakkan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.

12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerosakkan, tetapi mereka tidak sedar.

13. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.

14. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."
[25]. Maksudnya: pemimpin-pemimpin mereka.
Mengenai firman Allah Waidza laqulladziina amanu...... (S. 2: 14) diturunkan tentang Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya, dalam peristiwa sebagai berikut: Pada suatu hari di saat mereka bertemu dengan beberapa sahabat NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya: "Lihatlah, bagaimana caranya aku mempermainkan mereka yang bodoh-bodoh itu!" Iapun mendekat dan menjabat tangan Abu Bakar sambil berkata. "Selamat penghulu Bani Taim dan Syaikhul Islam dan orang kedua beserta Rasulullah di gua (Tsaur) yang mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah." Kemudian ia menjabat tangan Umar sambil berkata: "Selamat penghulu Bani Adi bin Ka'b yang mendapat gelaran al-Faruq, yang kuat memegang Agama Allah, yang mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah." Kemudian ia menjabat tangan Ali bin Abi Thalib sambil berkata: "Selamat saudara sepupu Rasulullah, mantunya, dan penghulu bani Hasyim sesudah Rasulullah." Setelah itu mereka berpisah dan berkatalah Abdullah bin Ubay kepada kawan-kawannya. "Sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, berbuatlah seperti apa yang telah kulakukan." Kawan-kawannyapun memuji-muji Abdullah bin Ubay. Setibanya Kaum Muslimin (Abu Bakar, Umar dan Ali) kepada NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM mereka memberitahukan peristiwa tadi, maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 14). Ayat ini membukakan kepalsuan golongan munafik dalam menghadapi kaum Muslimin.
(Diriwayatkan oleh al-Wahidi dan ats-Tsa'labi dari Muhammad bin Marwan dan as-Suddi as-Shaghir dari al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas. Sanad riwayat ini dla'if karena as-Suddi as-Shaghir pendusta, begitu juga al-kalbi dan Abi Shaleh dla'if.)

15. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

16. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api[26], maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
[26]. Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, kerana sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas.

18. Mereka tuli, bisu dan buta[27], maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),
[27]. Walaupun pancaindera mereka sihat mereka dipandang tuli, bisu dan buta oleh kerana tidak dapat menerima kebenaran.

19. atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, kerana (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati[28]. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir[29].
28]. Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan petir. Mereka menyumbat telinganya kerana tidak sanggup mendengar peringatan-peringatan al Quran itu.
[29]. Maksudnya pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi orang-orang kafir.
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahawa dua orang munafik Madinah lari dari Rasulullah kepada kaum musyrikin. Di jalan ditimpa hujan (sebagaimana diterangkan dalam S. 2: 19, 20, bahawa hujan tersebut mengandung guruh yang dahsyat, petir dan kilat). Tiap kali ada petir mereka menutup telinganya dengan jari, kerana takut memekakkan telinganya, dan mati kerananya. Apabila kilat bersinar, mereka berjalan. Dan apabila tiada sinar kilat, mereka tidak dapat melihat. Mereka kembali ke jalan semula untuk pulang dan menyesali perbuatan mereka dan keesokan harinya mereka menghadap kepada Rasulullah SAW menyerahkan diri masuk Islam dengan sebaik-baiknya. Allah mengumpamakan kejadian dua orang munafik ini kepada kaum munafikin lainnya yang ada di Madinah. Apabila menghadiri majlis Rasulullah SAW mereka menutup telinga dengan jarinya kerana takut terkena oleh sabda Rasulullah SAW yang menerangkan hal ehwal mereka sehingga terbongkarlah rahsianya, atau mereka jadi tunduk, kerana terpikat hatinya. Perbandingan antara kedua orang munafik dengan munafikin Madinah ialah:

1. Kedua-dua orang munafik menutup telinganya kerana takut mendengar guruh yang memekakkan, dan apabila kilat bersinar mereka berjalan. Sedang kaum munafikin Madinah menutup telinga kerana takut terkena sabda Rasul. Akan tetapi di saat banyak harta, anak buah dan mendapat ghanimah atau kemenangan, mereka ikut serta dengan kaum Muslimin dan berkata: "Nyatalah sekarang benarnya agama Muhammad itu." Dan mereka merasa tenteram.

2. Kedua orang munafik apabila tiada cahaya kilat, mereka berhenti dan tertegun. Sedang kaum munafikin Madinah apabila habis hartanya, anak buahnya dan terkena musibah, mereka berkata: "Inilah akibat agama Muhammad." Mereka kembali murtad dan kufur.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas'ud dan beberapa orang sahabat lainnya.)

20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, nescaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

KEESAAN DAN KEKUASAAN TUHAN
Perintah menyembah Tuhan Yang Maha Esa

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; kerana itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu mengetahui.
[30]. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
Tentangan kepada kaum musyrikin mengenai al Quran.

23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
[31]. Ayat ini merupakan tentangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa kerana ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.

24. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.

25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahawa bagi mereka disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam syurga-syurga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya[32].
[32]. Kenikmatan di syurga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani mahupun rohani.

Perumpamaan-perumpamaan dalam al Quran dan hikmah-hikmahnya

26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu[33]. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahawa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberiNya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,
[33]. Di waktu turunnya surah Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahawa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surah Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Tuhan menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang labah-labah.
[34]. Disesatkan Allah bererti: bahawa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mahu memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, kerana mereka itu ingkar dan tidak mahu memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa ketika Allah membuat dua contoh perumpamaan kaum munafikin dalam firmanNya (Surah Al Baqarah 17 dan 19), berkatalah kaum munafikin: "Mungkinkah Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Luhur membuat contoh seperti ini?" Maka Allah turunkan ayat tersebut di atas (S. 2: 26). Ayat ini menegaskan bahawa dengan perumpamaan-perumpamaan yang Allah kemukakan, orang yang beriman akan menjadi lebih tebal imannya. Dan hanya orang fasik yang akan lebih sesat dari petunjuk Allah.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan berbagai sanad yang bersumber dari as-Suddi.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ayat 26 tersebut di atas (S. 2: 26) diturunkan sehubungan dengan surah al-Haj ayat 73 dan surah al-Ankabut ayat 41. Dengan reaksi kaum munafikin yang berkata: "Bagaimana pandanganmu tentang Allah yang menerangkan lalat dan labah-labah di dalam al-Quran yang diturunkan kepada Muhammad. Apakah ini bukan buatan Muhammad?"
(Diriwatkan oleh al-Wahidi dari Abdul Ghani bin Said at-Tsaqafi, dari Musa bin Abdurrahman dari Ibnu Juraij dari Atha yang bersumber dari Ibnu Abbas. Abdul Ghani sangat dla'if.)

Dalam riwayat lain dikemukakan, bahawa ketika Allah menerangkan labah-labah dan lalat dalam surah al-Hajj 73 (S. 22: 73) dan al-Ankabut 41 (S. 29: 41) kaum musyrikin berkata: "Apa gunanya labah-labah dan lalat diterangkan dalam al-Quran?" Maka Allah turunkan ayat tersebut di atas (S. 2. 26).
(Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam tafsirnya, dari Ma'mar yang bersumber dari Qatadah.)

Dalam riwayat lain dikemukakan, bahawa ayat tersebut di atas (S. 2: 26) diturunkan sehubungan dengan surat al-Hajj 73 dan surat al-Ankabut 41, dengan reaksi kaum musyrikin yang berkata: "Contoh macam apakah ini yang tidak patut dibuat perumpamaan?"
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Hasan.)

Keterangan:

Menurut as-Suyuthi: "Pendapat yang pertama (Ibnu Jarir) lebih shahih sanadnya dan lebih munasabah dengan permulaan surah. Sedangkan yang menerangkan kaum musyrikin, tidak sesuai dengan keadaan ayat Madaniyah (yang diturunkan di Madinah)." Adapun yang diriwayatkan oleh al-Wahidi (sebagaimana telah kami kemukakan di atas) yang bersumber dari Qatadah dan Hasan, dengan tidak pakai isnad, munasabah apabila menggunakan kata: "Berkatalah kaum Yahudi."

27. (iaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerosakkan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

Bukti-bukti kekuasaan Tuhan

28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkanNya kembali, kemudian kepadaNya-lah kamu dikembalikan?

29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi

30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerosakkan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"

32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."
[35]. Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, kerana erti Hakim ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Di sini diertikan dengan Maha Bijaksana kerana dianggap erti tersebut hampir mendekati erti Hakim.

33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahawa sesungguhnya Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
[36]. Sujud di sini bererti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah bererti sujud memperhambakan diri, kerana sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.

35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini[37], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
[37]. Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab al Quran dan Hadis tidak menerangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan.

36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari syurga itu[38] dan dikeluarkan dari keadaan semula[39] dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
[38]. Adam dan Hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari syurga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia. Yang dimaksud dengan syaitan di sini ialah Iblis yang disebut dalam surat Al Baqarah ayat 34 di atas.
[39]. Maksud keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam syurga.

37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat[40] dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
[40]. Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengertikannya dengan kata-kata untuk bertaubat.

38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjukKu kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjukKu, nescaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

PERINGATAN TUHAN KEPADA BANI ISRAIL
Beberapa perintah dan larangan Tuhan kepada Bani Israil

40. Hai Bani Israil[41], ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepadaKu[42], nescaya Aku penuhi janjiKu kepadamu; dan hanya kepadaKu-lah kamu harus takut (tunduk).
[41]. Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi.
[42]. Janji Bani Israil kepada Tuhan ialah: bahawa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada Rasul-Rasul-nya di antaranya Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.

41. Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayatKu dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.

42. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu[43], sedang kamu mengetahui.
[43]. Di antara yang mereka sembunyikan itu ialah: Tuhan akan mengutus seorang Nabi dari keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, iaitu Nabi Muhammad s.a.w.

43. Dan dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk[44].
[44]. Yang dimaksud ialah: solat berjamaah dan dapat pula diertikan: Tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.

44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajipan) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berfikir?
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa turunnya ayat tersebut di atas (S.2: 44) tentang kaum Yahudi Madinah yang pada waktu itu berkata kepada mantunya, kaum kerabatnya dan saudara sesusunya yang telah masuk agama Islam: "Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam) dan apa-apa yang diperintahkan oleh Muhammad, kerana perintahnya benar." Ia menyuruh orang lain berbuat baik, tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Ayat ini (S. 2: 44) sebagai peringatan kepada orang yang melakukan perbuatan seperti itu.
(Diriwayatkan oleh al-Wahidi dan ats-Tsa'labi dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

45. Jadikanlah sabar dan slat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,

46. (iaitu) orang-orang yang meyakini, bahawa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahawa mereka akan kembali kepadaNya.

47. Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahawasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat[45].
[45]. Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah dan dilebihkannya dari segala umat ialah nenek moyang mereka yang berada di masa Nabi Musa a.s.

48. Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat[46] dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.
[46]. Syafaat: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudarat bagi orang lain. Syafaat yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafaat bagi orang-orang kafir.

Perincian nikmat Tuhan kepada Bani Israil

49. Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang lelaki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cubaan-cubaan yang besar dari Tuhanmu.

50. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan[47].

[47]. Waktu Nabi Musa a.s. membawa Bani Israil ke luar dari negeri Mesir menuju Palestin dan dikejar oleh Firaun, mereka harus melalui laut Merah sebelah Utara. Maka Tuhan memerintahkan kepada Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. Perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga terbelahlah laut itu dan terbentanglah jalan raya di tengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan kaumnya ke seberang. Sedang Firaun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi di waktu mereka berada di tengah-tengah laut, kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka.






Tiada ulasan:

Catat Ulasan