Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Rabu, 27 November 2013

M 107 : MENGUBATI PENYAKIT HATI DARI SYAITAN

Ini adalah bab terpenting dan paling bermanfaat di antara bab-bab buku ini. Orang-orang  ahli suluk*)  tidak memperhatikannya sebagaimana perhatian mereka terhadap aib dan keburukan nafsu. Dalam bab tersebut mereka sangat mendalaminya, tetapi tidak dalam bab ini.
Orang yang merenungkan al Quran dan As Sunnah tentu akan mendapatkan bahawa penyebutan keduanya terhadap masalah syaitan, tipu-daya dan untuk memeranginya lebih banyak daripada penyebutannya kepada masalah nafsu. Nafsu mazmumah (yang buruk dan jahat) disebutkan dalam firmanNya,

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” 
(Surah Yusuf : ayat 53)

Nafsu lawwamah (yang suka mencela) disebutkan dalam firmanNya,

“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” 
(Surah Al-Qiyamah : ayat 2)

Demikian juga nafsu mazmumah disebutkan dalam firmanNya,

“Dan (ia) menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” 
(Surah An-Nazi’at : ayat 40).

Adapun masalah syaitan, ia disebutkan dalam banyak tempat di dalam al Quran dan As Sunnah. Peringatan Tuhan kepada hambaNya dari godaan dan tipudaya syaitan lebih banyak daripada peringatanNya dari nafsu, dan itulah kelaziman yang sebenarnya. Sebab kejahatan dan rosaknya nafsu adalah kerana godaannya. Maka godaan syaitan itulah yang menjadi poros dan sumber kejahatan atau ketaatannya.
Allah memerintahkan hambaNya agar berlindung daripada syaitan saat membaca al Quran atau lainnya. Dan ini adalah kerana betapa sangat diperlukannya berlindung diri daripada syaitan. Sebaliknya, Allah tidak memerintahkan, meski dalam satu ayat, agar kita berlindung dari nafsu.
Berlindung dari kejahatan nafsu hanya kita dapatkan dalam Khuthbatul Hajah dalam sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Dan kami berlindung kepada ALLAH dari kejahatan-kejahatan nafsu kami dan dari keburukan-keburukan perbuatan kami.”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menghimpun isti’adzah (permohonan perlindungan) dari kedua hal tersebut (syaitan dan nafsu) dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,

 “Bahawasanya Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu berkata, Wahai Rasulullah! Ajarilah aku sesuatu yang harus kukatakan jika aku berada pada pagi dan petang hari’ Beliau meniawab. ‘Katakanlah. “Ya Allah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Pencipta segenap langit dan bumi, Tuhan dan pemilik segala sesuatu, aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku berlindung kepadaMu dari kejahatan nafsuku dan dari kejahatan syaitan serta sekutunya, (aku berlindung kepadaMu) dari melakukan kejahatan terhadap nafsuku atau aku lakukannya kepada seorang Muslim.” Katakanlah hal ini jika engkau berada pada pagi dan petang hari dan saat engkau akan tidur.” 
(Diriwayatkan At-Tirmidzi dan ia menshahihkannya, Abu Daud, Ad-Darimi dengan sanad shahih).

Hadits di atas mengandung isti’adzah dari semua kejahatan, sebab-sebab serta tujuannya. Dan bahawa semua kejahatan itu tak akan keluar dari nafsu atau syaitan. Adapun tujuannya, ia boleh kembali kepada yang melakukannya atau kepada saudaranya sesama Muslim. Jadi hadits di atas menjelaskan dua sumber kejahatan yang dari keduanya semua kejahatan berasal dan menjelaskan dua macam tujuan kejahatan itu menimpa..
(Ighatsatul Lahfan, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah)





Tiada ulasan:

Catat Ulasan