Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Khamis, 28 November 2013

M 114 : PENGARUH TAUHID DALAM KEHIDUPAN PERIBADI DAN MASYARAKAT

Penulis: Al Ustaz Dzul – Akmal.Lc

Mereka menjadikan para wali tersebut sebagai wasilah (perantara) antara mereka dengan Allah Tabaaraka wa Taala. Ini merupakan salah satu bentuk kesyirikan yang telah dilakukan oleh kafir Quraisy dahulu. Misalnya kuburan di Hadhramaut (Yaman) yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat, pada umumnya banyak kalangan menduga itu adalah kuburan Nabi Hud, akan tetapi sanadnya zhulumat (penuh dengan kegelapan) (***), dari Indonesia ribuan yang berangkat ke sana untuk mengambil berkah, menyampaikan hajat-hajat mereka kepadanya, inaa lillah wa ina ilaihi roji’uun ini adalah kesyirikan yang sangat besar! Pelakunya akan kekal di neraka kalau dia tidak bertaubat sebelum meninggal.
Sesungguhnya Allah menciptakan segenap alam agar mereka beribadah kepadaNya, mengutus para rasul `Alaihimussalaam untuk menyeru semua manusia agar mentauhidkanNya, al Quraanul Karim dibanyak surat menekankan tentang erti pentingnya tauhid menjelaskan bahaya syirik atas peribadi dan masyarakat, al Quran dan as Sunnah menerangkan kepada kita pengaruh yang baik sekali atas tauhid tersebut, di mana tauhid itu jika diamalkan oleh seseorang baik peribadi mahupun masyarakat di dalam kehidupan serta diwujudkan secara hakiki (murni), nescaya akan menghasilkan buah yang sangat manis di antaranya adalah: “Membentuk keperibadian yang kukuh, ia membuat hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa, tujuan hidupnya jelas, tidak beribadah kecuali hanya satu (ilaah)* saja. KepadaNya ia menghadap, baik dalam bersendirian atau di tengah keramaian orang, ia berdoa dalam keadaan sempit mahupun lapang.”

Berbeza dengan seorang musrik yang hatinya terbagi untuk Ilaah selain Allah dan ma`buudaat (yang diibadati selain Allah `Azza wa Jalla) yang banyak suatu saat ia menghadap kepada orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati. Ertinya terkadang ia meminta kepada yang hidup sebagai perantara (wasilah) antara ia dengan Allah Jalla wa `Alaa untuk menyampaikan hajat hajat mereka, seperti tuan guru, kyai, jin, syaitan dan lain sebagainya. Adapun pada yang mati, seperti berziarah kekuburan para wali yang dikeramatkan, sunan sunan, tempat tempat keramat, dan sejenisnya. Ini adalah ciri hati orang yang sudah terpecah pecah akibat kesyirikan demikian pula orang-orang yang aqidahnya tidak lurus, tauhidnya tersesat lagi tidak tepat kepada Allah Subhaana wa Taala, kehidupannya bahkan demikian dan disangsikan, dari sinilah perkataan Nabi Yusuf `Alaihi wa Sallaam kepada orang yang di dalam penjara tersebut, di mana Allah Tabaaraka wa Taala telah mengabadikan di dalam al Quran, Allah berfirman:

ياصابى السجن ءأرباب متفرقون خير أم الله الواحد القهار)). سورة يوسف : 39.))

Ertinya
: “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik Ilaah-ilaah yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”
(Yusuf : 39)

Beribadah kepada ilaah yang bermacam-macam merupakan karateristik Yahudi dan Nashara, sebagaimana Allah Tabaaraka wa Taala berfirman:

((اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله والمسيح ابن مريم وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما يشركون)) سورة التوبة:31))

Ertinya : “Mereka telah menjadikan orang orang alim mereka dan rahib rahib mereka sebagai ilah selain Allah, dan (juga mereka mengilahkan) al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh beribadah hanya kepada Allah saja, tidak ada Ilaah yang berhak untuk diibadati selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
surat at-Taubah :31

Ketika Rasulullahi Shollallahu `Alaihi wa Sallam membaca ayat ini datanglah `Adiy bin Haatim kepada beliau, saat itu di dadanya masih ada salib, berkata `Adiy bin Haatim : “sesungguhnya kami tidak pernah mengibadati mereka,” Rasulullah menanggapi; “Bukankah mereka itu megharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah Subhaana wa Taala lalu kalianpun ikut mengharamkannya? dan bukankah mereka itu menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah `Azza wa Jalla lalu kalianpun ikut menghalalkannya juga?” `Adiy menjawab : “Benar!” maka beliau bersabda : “Itulah `ibadah mereka kepada orang orang yang `alim dan rahib mereka!” Hadist ini diriwayatkan oleh : At-Tirmidzi dan dinyatakan hasan oleh beliau (**). Demikian pula orang orang nashara telah menjadikan Isa bin Maryam sebagai Ilah (di`ibadati oleh mereka selain Allah Tabaaraka wa Taala), di kalangan mereka berpecah belah di dalam memahami tentang Isa bin Maryam, sebahagian mereka mengatakan, `Isa adalah Ilah, sebahagian lain mengatakan, anak Allah, serta trinitas ini merupakan perpecahan yang terjadi didalam tubuh nashara tersebut.

Sedangkan orang mukmin dia hanya beribadah kepada Allah saja, ia mengetahui apa yang diredhai oleh Allah dan yang dimurkaiNya, sehingga ia hanya akan melakukan apa yang membuatNya redha dan hatinya tenteram. Sementara orang-orang musrikin (orang-orang musrik) mengibadahi ilah ilah yang sangat banyak, ibadah mereka ditujukan kadang kadang kepada jin, syaitan, kuburan kuburan para wali atau orang sholeh, kyai, dukun dukun dan lain sebagainya. Demikianlah tujuan mereka dalam beribadah, maka akibat dari yang demikian tauhid mereka tidak benar. Terkadang ma`buud selain Allah Jalla wa `Alaa tersebut menginginkannya kekanan, sedangkan lainnya kekiri, seseorang itu akan menjadi terombang ambing di antara peribadatan selain Allah Taala itu, dia tidak memiliki prinsip dan ketetapan sedikitpun. Dan keadaan ini sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Allah di dalam surat Toha ayat: 124-126. Allah berfirman :

((ومن أعرض عن ذكرى فإن له معيشة ضنك ونحشره يوم القيامة أعمى. قال رب لما حشرتني أعمى وقد كنت بصيرا. قال كذلك أتتك آياتنا فنسيتها وكذلك اليوم تنسى)). سورة طه : 124-126.

Ertinya “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sangat sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta.” Berkata dia : “Ya Rabku, kenapa Engkau menghimpunkan saya dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya di dunia adalah seorang yang melihat?” Allah berkata : “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu juga pada hari ini kamu dilupakan.”
Surat Toohaa : 124-126.

Maka dari itu, sebahagian besar kaum muslimin yang tidak memiliki prinsip dan ketetapan tauhid mereka berbondong-bondong berziarah kekuburan kuburan para wali yang dikeramatkan, meminta (berdoa) kepada mereka supaya hajat mereka dikabulkan oleh Allah Taala. Mereka menjadikan para wali tersebut sebagai wasilah (perantara) antara mereka dengan Allah Tabaaraka wa Taala. Ini merupakan salah satu bentuk kesyirikan yang telah dilakukan oleh kafir Quraisy dahulu. Misalnya kuburan di Hadhramaut (Yaman) yang paling banyak dikunjungi oleh masyaraka, pada umumnya banyak kalangan menduga itu adalah kuburan Nabi Hud, akan tetapi sanadnya zhulumat (penuh dengan kegelapan) (***), ribuan yang berangkat ke sana untuk mengambil berkah, menyampaikan hajat-hajat mereka kepadanya, inaa lillah wa ina ilaihi roji’uun ini adalah kesyirikan yang sangat besar! Pelakunya akan kekal di neraka kalau dia tidak bertaubat sebelum meninggal.
Tauhid sumber keamanan manusia, sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan, tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah Subhaana wa Taala saja, semua rasa takut yang diarahkan kepada selain Allah Taala dikategorikan kesyirikan, kecuali takut fitrah (tabiat/instink)nya manusia, seperti takut kepada api, tenggelam, gelap, binatang buas, akan tetapi kalau takut tabiat/instink itu membawa kepada meninggalkan wajib (perintahNya) serta terjerumus kepada yang haram maka hukumnya juga haram.(****).
Tauhid menutup rapat celah celah kekhuatiran terhadap rezeki, jiwa dan keluarga, sehingga seorang yang bertauhid tadi jalurnya lurus, tidak ada rasa takut, sebab ketaatan tidak boleh mengurangi rezeki seseorang. Al Imam as Sa’ady telah menjelaskan bahawa ketaatan itu tidak menahan rezeki atau mengurangi rezeki seseorang, jadi belajar ilmu al Quran dan as Sunnah, dakwah kepada jalan Allah, tidak akan menyebabkan berkurang rezekinya, bahkan Allah SWT, akan menundukkan hati orang lain untuk membantu kehidupannya begitu janji Allah dan RasulNya kepada umat, yang mempelajari Kalamullahi, al Quran dan as Sunnah.
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu `anhuma :

تكفل الله لمن قرأ القرآن وعمل بما فيه أن لا يضل في الدنيا، ولا يشقى في الآخرة”

Ertinya : “Allah Tabaaraka wa Taala akan menjamin bagi siapapun yang membaca al Quran dan mengamalkannya, dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.”
Kemudian beliau membaca perkataan Allah `Azza wa Jalla:

((فإما يأتينكم مني هدى فمن اتبع هداى فلا يضل ولا يشقى)). طه:123.

Ertinya : “Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, nescaya dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”
Thoohaa:123. Lihat kitab : “Syarhul `Aqiidatut Thohaawiyyah”, hal. 67.

Dan ini semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam satu hadist dari jalan `Utsman bin Affan :

وعن عثمان بن رضي الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((خيركم من تعلم القرآن وعلمه)) رواه البخاري (5027).

Ertinya : Berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : “Sebaik baik kalian adalah yang mempelajari al Quran dan mengajarkannya.”
Diriwayatkan oleh al Imam al Bukhaariy (5027).

Syaikh Salim Al-Hilali dalam kitab “Bahjatun Nazhiriin” (1/163 no. hadist 84), mengatakan dari fiqh hadist ini adalah : “Barangsiapa yang menghabiskan `umurnya untuk menuntut `ilmu dan mendalami hukum hukum Din, guna memelihara syariat Allah, maka Allah Jalla wa `Alaa akan menundukkan hati hati orang lain untuk membantu kehidupannya guna mencukupi hajatnya.” Akan tetapi jika bukan Ahlut Tauhid kehidupannya dipenuhi dengan rasa takut, gelisah, oleh kerana itu Ahlut Tauhid terbentengi dirinya dari rasa takut kepada jin, manusia, kematian dan selainnya dari rasa takut yang tertanam didalam peribadinya dan jiwa manusia tersebut, seseorang mukmin yang meng Esakan Allah Taala hanya takut kepada Allah saja kerana ahlut Tauhid ia merasa aman, tenteram dan tidak tertimpa kegelisahan yang ketika itu manusia takut.

Di mana hal itu telah dijelaskan oleh Allah dalam al Quran :

((الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون)). الأنعام:82.

Ertinya : “Orang-orang beriman itu tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik) mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk.”
Al-Ana’am : 82

Keamanan ini terpancar dari jiwa raganya, bukan kerana sebab penjaga penjaga keamanan polisi atau pihak keamanan lain, dan keamanan dimaksud keamanan dunia, adapun keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan. Yang demikian itu mereka peroleh, sebab mereka mengEsakan Allah Taala, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak mencampurkan adukkan tauhid (`ibadah) mereka dengan kesyirikan, kerana mereka tahu syirik adalah kezaliman yang besar.
Tauhid sumber kekuatan jiwa, kerana tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, sebab jiwanya penuh harap kepada Allah saja, percaya dan tawakal kepada Nya, redha atas (ketentuan)Nya, sabar atas musibahnya serta sama sekali tidak mengarap sesuatu kepada makhluk, ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya, jiwanya kukuh seperti gunung, bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah Azza wa Jalla agar dibebaskan darinya, dia tidak meminta kepada orang orang mati, syiar dan semboyan adalah sabda Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam:

(…….. إذا سألت فاسأل الله, وإذا استعنت فاستعن بالله)). رواه الترمذي (2516).

Ertinya : “Apabila kamu meminta mintalah kepada Allah, dan apabila kamu minta tolong minta tolonglah kepadaNya.”
Dirawayatkan oleh at Tirmidziy (2516). Dan firman Allah :

((وإن يمسسك الله بضر فلا كاشف له إلا هو وإن يمسسك بخير فهو على كل شىء قدير)). الأنعام :17.

Ertinya : “Jika Allah menimpakan satu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Al An’aam : 17

Tauhid dasar persaudaraan dan persamaan, ahlut Tauhiid tidak dibolehkan menjadikan ilaah ilaah (ma`buud) selain Allah di antara sesama mereka, sifat Ilaahiyah (peng`ubudiahan) hanya milik Allah Azza wa Jalla satu satunya dan semua manusia diwajibkan beribadah kepadaNya saja. Segenap manusia adalah hamba Allah Jalla wa `Alaa, dan yang paling mulia di antara mereka adalah Nabi kita Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

TAFSIR
KEUTAMAAN BAGI AHLUL-TAUHID

Allah swt berfirman :

((الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون)). الأنعام:82.

“Orang-orang beriman itu  tidak mencampur adukan iman mereka dengan kezaliman (Syirik), mereka itulah yang  mendapat keamanan dan mereka mereka itu yang mendapat petunjuk.”
(An-Ana’am : 82).
Makna ayat : ahlut Tauhid mendapatkan keamanan dari segala rasa takut, `azab dari Allah, serta kebinasaan. Petunjuk kepada jalan yang  lurus, maka apabila orang orang beriman itu tidak mencampur adukan iman mereka dengan kezaliman (kesyirikan) secara mutlak, tidak  dan tidak pula dengan kemaksiatan, maka mereka  memperoleh keamanan dan hidayah yang sempurna dari Allah Jalla wa `Alaa, dan jika mereka tidak mencampurkan keimanan mereka dengan kesyirikan, namun mereka masih melakukan kemaksiatan, maka mereka tidak memperoleh keamanan dan hidayah yang sempurna.
Difahami dari ayat yang mulia ini; bahawa mereka yang tidak mentauhidkan (mengikhlashkan peribadatan) kepada Allah Subhaana wa Taala, tidak akan pernah sama sekali mendapatkan keamanan dan hidayah, bahkan kesesatan serta kebinasaan yang mereka peroleh.(diterjemahkan dari kitab tafsir As-Sa’ady hlm. 263 oleh abu zubair aceh).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan