Penulis: Al Ustaz Dzul
– Akmal.Lc
Mereka
menjadikan para wali tersebut sebagai wasilah (perantara) antara mereka dengan
Allah Tabaaraka wa Taala. Ini merupakan salah satu bentuk kesyirikan yang telah
dilakukan oleh kafir Quraisy dahulu. Misalnya kuburan di Hadhramaut (Yaman)
yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat, pada umumnya banyak kalangan
menduga itu adalah kuburan Nabi Hud, akan tetapi sanadnya zhulumat (penuh
dengan kegelapan) (***), dari Indonesia ribuan yang berangkat ke sana untuk
mengambil berkah, menyampaikan hajat-hajat mereka kepadanya, inaa lillah wa ina
ilaihi roji’uun ini adalah kesyirikan yang sangat besar! Pelakunya akan kekal
di neraka kalau dia tidak bertaubat sebelum meninggal.
Sesungguhnya
Allah menciptakan segenap alam agar mereka beribadah kepadaNya, mengutus para
rasul `Alaihimussalaam untuk menyeru semua manusia agar mentauhidkanNya, al
Quraanul Karim dibanyak surat menekankan tentang erti pentingnya tauhid
menjelaskan bahaya syirik atas peribadi dan masyarakat, al Quran dan as Sunnah
menerangkan kepada kita pengaruh yang baik sekali atas tauhid tersebut, di mana
tauhid itu jika diamalkan oleh seseorang baik peribadi mahupun masyarakat di dalam
kehidupan serta diwujudkan secara hakiki (murni), nescaya akan menghasilkan
buah yang sangat manis di antaranya adalah: “Membentuk keperibadian yang kukuh,
ia membuat hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa, tujuan
hidupnya jelas, tidak beribadah kecuali hanya satu (ilaah)* saja. KepadaNya ia
menghadap, baik dalam bersendirian atau di tengah keramaian orang, ia berdoa
dalam keadaan sempit mahupun lapang.”
Berbeza dengan seorang musrik yang hatinya terbagi untuk Ilaah selain Allah dan ma`buudaat (yang diibadati selain Allah `Azza wa Jalla) yang banyak suatu saat ia menghadap kepada orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati. Ertinya terkadang ia meminta kepada yang hidup sebagai perantara (wasilah) antara ia dengan Allah Jalla wa `Alaa untuk menyampaikan hajat hajat mereka, seperti tuan guru, kyai, jin, syaitan dan lain sebagainya. Adapun pada yang mati, seperti berziarah kekuburan para wali yang dikeramatkan, sunan sunan, tempat tempat keramat, dan sejenisnya. Ini adalah ciri hati orang yang sudah terpecah pecah akibat kesyirikan demikian pula orang-orang yang aqidahnya tidak lurus, tauhidnya tersesat lagi tidak tepat kepada Allah Subhaana wa Taala, kehidupannya bahkan demikian dan disangsikan, dari sinilah perkataan Nabi Yusuf `Alaihi wa Sallaam kepada orang yang di dalam penjara tersebut, di mana Allah Tabaaraka wa Taala telah mengabadikan di dalam al Quran, Allah berfirman:
ياصابى
السجن ءأرباب متفرقون خير أم الله الواحد القهار)). سورة يوسف :
39.))
Ertinya : “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik Ilaah-ilaah yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”
(Yusuf : 39)
Beribadah
kepada ilaah yang bermacam-macam merupakan karateristik Yahudi dan Nashara,
sebagaimana Allah Tabaaraka wa Taala berfirman:
((اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله والمسيح ابن مريم وما
أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما يشركون)) سورة التوبة:31))
Ertinya
: “Mereka telah menjadikan orang orang alim mereka dan rahib rahib
mereka sebagai ilah selain Allah, dan (juga mereka mengilahkan) al Masih putera
Maryam, padahal mereka hanya disuruh beribadah hanya kepada Allah saja, tidak
ada Ilaah yang berhak untuk diibadati selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan.”
surat
at-Taubah :31
Ketika
Rasulullahi Shollallahu `Alaihi wa Sallam membaca ayat ini datanglah `Adiy bin
Haatim kepada beliau, saat itu di dadanya masih ada salib, berkata `Adiy bin
Haatim : “sesungguhnya kami tidak pernah mengibadati mereka,” Rasulullah
menanggapi; “Bukankah mereka itu megharamkan apa yang telah dihalalkan oleh
Allah Subhaana wa Taala lalu kalianpun ikut mengharamkannya? dan bukankah
mereka itu menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah `Azza wa Jalla
lalu kalianpun ikut menghalalkannya juga?” `Adiy menjawab : “Benar!” maka
beliau bersabda : “Itulah `ibadah mereka kepada orang orang yang `alim dan
rahib mereka!” Hadist ini diriwayatkan oleh : At-Tirmidzi dan dinyatakan hasan
oleh beliau (**). Demikian pula orang orang nashara telah menjadikan Isa bin
Maryam sebagai Ilah (di`ibadati oleh mereka selain Allah Tabaaraka wa Taala),
di kalangan mereka berpecah belah di dalam memahami tentang Isa bin Maryam,
sebahagian mereka mengatakan, `Isa adalah Ilah, sebahagian lain mengatakan,
anak Allah, serta trinitas ini merupakan perpecahan yang terjadi didalam tubuh
nashara tersebut.
Sedangkan
orang mukmin dia hanya beribadah kepada Allah saja, ia mengetahui apa yang diredhai
oleh Allah dan yang dimurkaiNya, sehingga ia hanya akan melakukan apa yang
membuatNya redha dan hatinya tenteram. Sementara orang-orang musrikin
(orang-orang musrik) mengibadahi ilah ilah yang sangat banyak, ibadah mereka
ditujukan kadang kadang kepada jin, syaitan, kuburan kuburan para wali atau
orang sholeh, kyai, dukun dukun dan lain sebagainya. Demikianlah tujuan mereka
dalam beribadah, maka akibat dari yang demikian tauhid mereka tidak benar.
Terkadang ma`buud selain Allah Jalla wa `Alaa tersebut menginginkannya kekanan,
sedangkan lainnya kekiri, seseorang itu akan menjadi terombang ambing di antara
peribadatan selain Allah Taala itu, dia tidak memiliki prinsip dan ketetapan
sedikitpun. Dan keadaan ini sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Allah di dalam
surat Toha ayat: 124-126. Allah berfirman :
((ومن أعرض عن ذكرى فإن له معيشة ضنك ونحشره يوم القيامة أعمى. قال رب لما حشرتني أعمى وقد كنت
بصيرا. قال كذلك أتتك آياتنا فنسيتها وكذلك اليوم تنسى)). سورة طه : 124-126.
Ertinya
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka
sesungguhnya baginya kehidupan yang sangat sempit, dan Kami akan
membangkitkannya pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta.” Berkata dia : “Ya
Rabku, kenapa Engkau menghimpunkan saya dalam keadaan buta, padahal aku
dahulunya di dunia adalah seorang yang melihat?” Allah berkata : “Demikianlah,
telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu juga
pada hari ini kamu dilupakan.”
Surat
Toohaa : 124-126.
Maka
dari itu, sebahagian besar kaum muslimin yang tidak memiliki prinsip dan
ketetapan tauhid mereka berbondong-bondong berziarah kekuburan kuburan para
wali yang dikeramatkan, meminta (berdoa) kepada mereka supaya hajat mereka
dikabulkan oleh Allah Taala. Mereka menjadikan para wali tersebut sebagai
wasilah (perantara) antara mereka dengan Allah Tabaaraka wa Taala. Ini
merupakan salah satu bentuk kesyirikan yang telah dilakukan oleh kafir Quraisy
dahulu. Misalnya kuburan di Hadhramaut (Yaman) yang paling banyak dikunjungi oleh
masyaraka, pada umumnya banyak kalangan menduga itu adalah kuburan Nabi Hud,
akan tetapi sanadnya zhulumat (penuh dengan kegelapan) (***), ribuan yang
berangkat ke sana untuk mengambil berkah, menyampaikan hajat-hajat mereka
kepadanya, inaa lillah wa ina ilaihi roji’uun ini adalah kesyirikan yang sangat
besar! Pelakunya akan kekal di neraka kalau dia tidak bertaubat sebelum
meninggal.
Tauhid
sumber keamanan manusia, sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan
keamanan dan ketenangan, tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah Subhaana wa
Taala saja, semua rasa takut yang diarahkan kepada selain Allah Taala
dikategorikan kesyirikan, kecuali takut fitrah (tabiat/instink)nya manusia,
seperti takut kepada api, tenggelam, gelap, binatang buas, akan tetapi kalau
takut tabiat/instink itu membawa kepada meninggalkan wajib (perintahNya) serta
terjerumus kepada yang haram maka hukumnya juga haram.(****).
Tauhid
menutup rapat celah celah kekhuatiran terhadap rezeki, jiwa dan keluarga,
sehingga seorang yang bertauhid tadi jalurnya lurus, tidak ada rasa takut,
sebab ketaatan tidak boleh mengurangi rezeki seseorang. Al Imam as Sa’ady telah
menjelaskan bahawa ketaatan itu tidak menahan rezeki atau mengurangi rezeki
seseorang, jadi belajar ilmu al Quran dan as Sunnah, dakwah kepada jalan Allah,
tidak akan menyebabkan berkurang rezekinya, bahkan Allah SWT, akan menundukkan
hati orang lain untuk membantu kehidupannya begitu janji Allah dan RasulNya
kepada umat, yang mempelajari Kalamullahi, al Quran dan as Sunnah.
Sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu `anhuma :
“تكفل الله لمن قرأ القرآن وعمل بما فيه أن لا يضل في الدنيا، ولا يشقى في الآخرة”
Ertinya
: “Allah Tabaaraka wa Taala akan menjamin bagi siapapun yang
membaca al Quran dan mengamalkannya, dia tidak akan sesat di dunia dan tidak
akan celaka di akhirat.”
Kemudian
beliau membaca perkataan Allah `Azza wa Jalla:
((فإما يأتينكم مني هدى فمن اتبع هداى فلا يضل ولا يشقى)). طه:123.
Ertinya
: “Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa
yang mengikuti petunjukKu, nescaya dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”
Thoohaa:123.
Lihat kitab : “Syarhul `Aqiidatut Thohaawiyyah”, hal. 67.
Dan ini
semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam satu hadist dari jalan `Utsman
bin Affan :
وعن عثمان بن رضي الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((خيركم من تعلم القرآن وعلمه)) رواه البخاري (5027).
Ertinya
: Berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : “Sebaik baik kalian
adalah yang mempelajari al Quran dan mengajarkannya.”
Diriwayatkan
oleh al Imam al Bukhaariy (5027).
Syaikh
Salim Al-Hilali dalam kitab “Bahjatun Nazhiriin” (1/163 no. hadist 84),
mengatakan dari fiqh hadist ini adalah : “Barangsiapa yang menghabiskan
`umurnya untuk menuntut `ilmu dan mendalami hukum hukum Din, guna memelihara
syariat Allah, maka Allah Jalla wa `Alaa akan menundukkan hati hati orang lain
untuk membantu kehidupannya guna mencukupi hajatnya.” Akan tetapi jika bukan
Ahlut Tauhid kehidupannya dipenuhi dengan rasa takut, gelisah, oleh kerana itu
Ahlut Tauhid terbentengi dirinya dari rasa takut kepada jin, manusia, kematian
dan selainnya dari rasa takut yang tertanam didalam peribadinya dan jiwa
manusia tersebut, seseorang mukmin yang meng Esakan Allah Taala hanya takut
kepada Allah saja kerana ahlut Tauhid ia merasa aman, tenteram dan tidak
tertimpa kegelisahan yang ketika itu manusia takut.
Di mana hal itu telah dijelaskan oleh Allah dalam al Quran :
((الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون)). الأنعام:82.
Ertinya
: “Orang-orang beriman itu tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik) mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk.”
Al-Ana’am
: 82
Keamanan
ini terpancar dari jiwa raganya, bukan kerana sebab penjaga penjaga keamanan
polisi atau pihak keamanan lain, dan keamanan dimaksud keamanan dunia, adapun
keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan. Yang demikian
itu mereka peroleh, sebab mereka mengEsakan Allah Taala, mengikhlaskan ibadah
hanya kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak mencampurkan adukkan tauhid
(`ibadah) mereka dengan kesyirikan, kerana mereka tahu syirik adalah kezaliman
yang besar.
Tauhid
sumber kekuatan jiwa, kerana tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya,
sebab jiwanya penuh harap kepada Allah saja, percaya dan tawakal kepada Nya, redha
atas (ketentuan)Nya, sabar atas musibahnya serta sama sekali tidak mengarap
sesuatu kepada makhluk, ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya, jiwanya kukuh
seperti gunung, bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah Azza wa
Jalla agar dibebaskan darinya, dia tidak meminta kepada orang orang mati, syiar
dan semboyan adalah sabda Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam:
(…….. إذا سألت فاسأل الله, وإذا استعنت فاستعن بالله)). رواه الترمذي (2516).
Ertinya
: “Apabila kamu meminta mintalah kepada Allah, dan apabila kamu
minta tolong minta tolonglah kepadaNya.”
Dirawayatkan
oleh at Tirmidziy (2516). Dan firman Allah :
((وإن يمسسك الله بضر فلا كاشف له إلا هو وإن يمسسك بخير فهو على كل شىء قدير)). الأنعام :17.
Ertinya
: “Jika Allah menimpakan satu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada
yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan
kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Al
An’aam : 17
Tauhid
dasar persaudaraan dan persamaan, ahlut Tauhiid tidak dibolehkan menjadikan
ilaah ilaah (ma`buud) selain Allah di antara sesama mereka, sifat Ilaahiyah
(peng`ubudiahan) hanya milik Allah Azza wa Jalla satu satunya dan semua manusia
diwajibkan beribadah kepadaNya saja. Segenap manusia adalah hamba Allah Jalla
wa `Alaa, dan yang paling mulia di antara mereka adalah Nabi kita Muhammad
Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
TAFSIR
KEUTAMAAN BAGI AHLUL-TAUHID
KEUTAMAAN BAGI AHLUL-TAUHID
Allah swt berfirman :
((الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون)). الأنعام:82.
“Orang-orang beriman itu tidak
mencampur adukan iman mereka dengan kezaliman (Syirik), mereka itulah
yang mendapat keamanan dan mereka mereka itu yang mendapat petunjuk.”
(An-Ana’am
: 82).
Makna
ayat : ahlut Tauhid mendapatkan keamanan dari segala rasa takut, `azab dari
Allah, serta kebinasaan. Petunjuk kepada jalan yang lurus, maka apabila
orang orang beriman itu tidak mencampur adukan iman mereka dengan kezaliman
(kesyirikan) secara mutlak, tidak dan tidak pula dengan kemaksiatan, maka
mereka memperoleh keamanan dan hidayah yang sempurna dari Allah Jalla wa
`Alaa, dan jika mereka tidak mencampurkan keimanan mereka dengan kesyirikan,
namun mereka masih melakukan kemaksiatan, maka mereka tidak memperoleh keamanan
dan hidayah yang sempurna.
Difahami
dari ayat yang mulia ini; bahawa mereka yang tidak mentauhidkan (mengikhlashkan
peribadatan) kepada Allah Subhaana wa Taala, tidak akan pernah sama sekali
mendapatkan keamanan dan hidayah, bahkan kesesatan serta kebinasaan yang mereka
peroleh.(diterjemahkan dari kitab
tafsir As-Sa’ady hlm. 263 oleh abu zubair aceh).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan