Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Rabu, 27 November 2013

M 109 : MAKNA TAUHID

Istilah tauhid memang telah menjadi istilah yang sangat popular di tengah masyarakat muslim. Namun tak sedikit yang memahaminya dengan pemahaman yang salah atau bahkan tidak tahu makna tauhid. Makna tauhid yang sebenarnya adalah mengesakan ALLAH SWT pada sesuatu yang menjadi kekhususanNya baik Rububiyah, Uluhiyah atau Asma serta Sifat-sifatNya.
Rububiyah ertinya penciptaan alam, kepemilikan serta pengaturannya. Uluhiyah ertinya ibadah, sementara Asma dan Sifat ertinya nama-nama ALLAH SWT serta sifat-sifatNya yang sangat baik dan agung sebagaimana yang ALLAH SWT tetapkan dalam kitabNya atau yang RasulNya tetapkan dalam haditsnya.
(lihat Al Qaulul Mufid 1/hal 9,14,16 oleh Syaikh Ibnu Utsaimin).

Ketahuilah bahawasanya seseorang tidak akan menjadi penganut tauhid yang murni kecuali jika ia mengesakan ALLAH SWT dalam seluruh jenis ibadah.
Inilah tauhid hakiki yang dibawa oleh para Rasul-rasul ALLAH. Namun banyak orang yang menyelewengkan dari makna yang hakiki ini sebagai contoh :

1. Orang-orang ahli filsafat menamakan ilmu kalam atau filsafat dan mantiq Yunani yang dipakai untuk mempelajari permasalahan-permasalahan aqidah sebagai tauhid (lihat Al Haqiqatus Syariyyah, oleh Bazmuul hal :73).

2. Orang-orang Mu’tazilah mendefinisikan kata tauhid dengan pembahasan seputar sifat-sifat ALLAH SWT, apa yang wajib untukNya, dan apa yang tidak. Walaupun pada akhirnya mereka mengingkari semua sifat ALLAH SWT yang kemudian hal ini menjadi salah satu dari 5 prinsip mereka (lihat Firaq Mu’asirah 2/1032).

3. Orang-orang penganut tarekat Tasawuf khususnya ekstrem mereka, justeru meyakini tauhid sebagai “wihdatul wujud,“  yakni bersatunya ALLAH SWT dengan makhlukNya. Menurut mereka tauhid ada 3 tingkatan:

a. Tauhid orang awam iaitu hanya beribadah kepada ALLAH SWT tidak mempersekutukanNya.

b. Tauhidnya orang-orang khusus, hakikatnya adalah tenggelam dalam tauhid Rububiyyah yakni meyakini Rububiyah ALLAH SWT dan meniadakan sebab atau hikmah (penciptaan mahkluk) sebagaimana keyakinan orang-orang Jabriyah. (Minhaju Sunnah Nabawiyah 5/3588 355).

c. Tauhidnya Khashatul Khasshah (orang khususnya orang-orang khusus) iaitu wihdatul wujud. (lihat Madhahil Inhirafat Aqadiyah 1/ 228-230)

Sumber: http://www.asysyariah.com (dengan sedikit perubahan)




Tiada ulasan:

Catat Ulasan