Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Selasa, 6 November 2012

J 77 Sains membuktikan Mendampingi Allah swt dan Rasul adalah Rawatan terbaik

Jika kita tinjau pada beberapa penelitian tentang psikologi yang terbit baru-baru ini, maka akan ditemukan bahawa para cendikiawan banyak yang memfokus pembangunan sikap optimisme sebagai satu cara pengubatan yang efektif terhadap banyak penyakit, kerana otak akan menanggapi sikap optimisme dan mengeluarkan perintah untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

Penemuan ilmiah terbaru

Para cendikiawan menemukan bahawa beberapa perubahan yang nyata dalam rangka memfungsikan otak sehingga dapat memberikan indikator untuk membezakan antara peribadi yang optimis dan pesimis, diketahui bahawa banyak orang memiliki reaksi yang sangat berbeza pada satu peristiwa, kejadian atau tindakan, di antaranya sikap positif dan negatif.

Sebagian cendikiawan dari Stanford University di Amerika, melakukan riset tentang permasalahan ini, tentang pemisahan antara peribadi yang baik dan optimis dengan pribadi pesimis dan  murung, penelitian dilakukan oleh sebagian kalangan wanita yang beragam usia antara sembilan belas dan empat puluh dua tahun.

Para wanita dibagi menjadi dua bahagian dan para cendikiawan menampilkan dua potret menarik akan peristiwa  yang membahagiakan, seperti pesta ulang tahun, dan potret dalam suasana suram dan sedih sebagai bangsal rumah sakit dan lain-lainnya, dan pada saat proses berlangsung, para cendikiawan mengukur aktiviti otak, dan mencatat panel ilmiah bahawa perempuan yang optimis mampu lebih kuat dan cepat memberikan respek yang pada saat mengalami kebahagiaan dibandingkan dengan wanita yang mengalami kesedihan dan cemas. Justeru sebaliknya, jika dihalusi bahawa ada aktiviti yang tidak biasa di otak wanita yang sedang mengalami cemas dan sedih ketika diperlihatkan gambar-gambar suram dan sedih.

Dr. John Gabrielli, Ketua Tim Peneliti berkata: Sesungguhnaya respek otak terhadap suatu peristiwa sangat bergantung pada sifat keperibadian masing-masing, tetapi dalam percubaan tidak membuktikan secara pasti jika alasan pesimisme atau optimisme adalah kelemahan atau kurangnya aktiviti otak, atau hanya untuk melihat atau mengubah fisiologi lain.

Namun lebih jauh Dr Gabrielli mengatakan bahawa penempaan lebih banyak cahaya pada kegiatan otak dan sifatnya secara arsitektur di kemudian hari dapat berguna dalam menangani penyakit mental seperti depresi, dan ini belum diketahui apakah masalah ini berkaitan dengan genetik pra-kondisi, atau merupakan bahagian dari proses pendidikan dan adaptasi sosial.
Oleh kerana itu, otak adalah dalam hal stabiliti dan kenyamanan tergantung pada manusia optimis, dan ahli psikologi juga menegaskan bahawa stabiliti otak sangat penting untuk menjaga kesihatan manusia secara psikologi dan fisik. Sementara itu para cendikiawan menyarankan bahawa metode optimisme sangat penting untuk melakukan pengubatan dan perawatan berbagai penyakit mental. bahkan ada banyak penelitian menegaskan bahawa optimis lebih sihat daripada pesimis. Dengan demikian, optimisme adalah salah satu pengubatan terhadap berbagai penyakit yang sulit tersembuhkan, dan mungkin hal-hal yang paling penting adalah bahawa dalam kondisi optimisme sistem kekebalan tubuh manusia bekerja dalam bentuk yang lebih baik!!

Petunjuk Nabi Muhammad saw

Kita semua tahu bagaimana Nabi saw memandang kehidupan dengan penuh optimisme, beliau sangat  mengagumi optimisme dan memerintahkan para sahabatnya untuk menjadi orang yang selalu optimis. bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun Nabi saw mengajari kita cara untuk menangani kecemasan dan ketakutan dalam satu kata saja! Kita semua ingat kisah hijrahnya Nabi saw dari kota Mekah ke kota Madinah, ketika Nabi dan sahabatnya Abu Bakar  memasuki gua, dan orang musyrik mencari mereka, dan sedikit sekali jarak antara mereka dan kematian jika orang-orang musyrik mendapati mereka namun rahmat Allah swt dan perlindungan-Nya lebih besar dan lebih kuat daripada tipu daya para penyembah berhala.

Dalam situasi sulit seperti itu Abu Bakar menolehkan kepalanya kepada Nabi saw dan berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah saw: “Jika salah satu dari mereka melihat posisi kedua kakinya maka dia akan melihat kita, dan beliau berkata kepadanya,” Wahai Rasulullah, aku tidak takut diriku sendiri, namun aku takut akan keselamatan dirimu … Ini adalah kondisi dan situasi ketakutan dan kecemasan yang sangat tinggi. Namun bagaimana Nabi saw mengatasi situasi seperti itu? Mari merenungkan bersama saya teks ilahi yang menggambarkan kepada kita tentang peristiwa tersebut:

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (iaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentera yang kamu tidak melihatnya, dan al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(At-Taubah:40).

Ungkapan yang sangat menakjubkan “Janganlah takut kerana ALLAH SUBHANAHU WA TAALA menyertai kita” dengan demikian setiap mukmin harus ingat kalimat ini ketika dihadapkan pada posisi yang sulit, dan demikian pula yang dilakukan oleh para Nabi, termasuk Nabi Yakub yang diuji oleh kehilangan anak-anaknya. Apa yang dia lakukan oleh beliau? dan bagaimana mengatasi keprihatinan dan kesedihan ini? Apakah beliau pesimis dan marah dan menjadi gelisah? Lihat apa yang ia katakan kepada anak-anaknya: “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
[Yusuf: 87].

Lihatlah ungkapan yang luar biasa ini: “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Kata-kata yang paling indah untuk mengubati kecemasan dan pesimisme.
Terakhir marilah bersama saya merenungkan seruan ilahi ini dengan penuh optimisme dan harapan, renungkanlah bagaimana Al-Quran mengajarkan kepada kita harapan dan keyakinan terhadap rahmat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, dan kita selalu melantunkannya pada saat kita perlu dan dan menghadapi masalah sehingga kelak ALLAH SUBHANAHU WA TAALA akan merespon permohonan kita, asalkan berdoa dengan tulus! ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahawasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”  
[Al-Baqarah: 186].
——————–
Oleh: Abduldaem Al-Kaheel



Tiada ulasan:

Catat Ulasan