Dalam kehidupan dunia terkadang kita melihat kepada orang-orang yang berada di atas kita. Hal ini merupakan kesalahan yang fatal. Dalam masalah tempat tinggal, misalnya, terkadang seseorang hidup bersama keluarganya dengan "mengontrak rumah," maka dengan keadaannya ini hendaklah ia bersyukur kerana masih ada orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tidur beratapkan langit. Begitu pun dalam masalah penghasilan.
Sedangkan dalam masalah agama, ketaatan, pendekatan diri kepada Allah عزوجل, meraih pahala dan syurga, maka sudah seharusnya kita melihat kepada orang yang berada di atas kita, iaitu para nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang yang soleh. Apabila para salafush-soleh sangat bersemangat dalam melakukan solat, puasa, sedekah, membaca Al-Qurân, dan perbuatan baik lainnya, maka kita pun harus berusaha melakukannya seperti mereka. Dan inilah yang dinamakan berlumba-lumba dalam kebaikan. Dalam masalah berlumba-lumba meraih kebaikan ini, Allah عزوجل berfirman ; "Dan untuk yang demikian itu, hendaknya orang berlumba-lumba."
(QS. Al-Muthaffifîn : 26)
Rasulullah ﷺ memerintahkan kita melihat kepada orang yang berada di bawah kita dalam masalah dunia, agar kita menjadi orang-orang yang bersyukur dan qana’ah, iaitu merasa cukup dengan apa yang Allah عزوجل telah kurniakan kepada kita, tidak hasad dan tidak iri kepada manusia.
Apabila seorang muslim hanya mendapatkan makanan untuk hari yang sedang ia jalani sebagai kenikmatan yang paling besar baginya. Rasulullah ﷺ telah menyinggung hal ini dalam sabdanya; "Siapa saja di antara kalian yang merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesihatan pada badannya, dan ia memiliki makanan untuk harinya itu, maka seolah-olah ia telah memiliki dunia seluruhnya."
(HR. At-Tirmidzi)
Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Tiada ulasan:
Catat Ulasan