Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Rabu, 2 Januari 2019

T 147 : RASULULLAH TAKUT AKAN GERHANA, TAPI UMATNYA MALAH MEMANDANG RINGAN


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ketika Madinah terjadi gerhana matahari, ketahuilah bahawa Rasulullah SAW merasa takut dan segera mengajak umat Islam untuk solat di masjid. Meskipun beliau adalah manusia yang paling mengetahui segala sesuatunya [lewat izin Allah] tetapi Rasulullah SAW tidak menunjukkan sikap yang tenang ketika terjadi gerhana.
Sebaliknya, Rasulullah SAW malah waspada. Beliau takut dan kuatir akan terjadi kiamat.
Lihatlah, sungguh berbeza dengan sikap umat Islam sekarang ini. Merasa teknologi sudah demikian canggihnya, sehingga menganggap peristitwa gerhana matahari atau bulan adalah sebuah peristiwa alam ‘biasa’ yang tidak perlu disikapi apapun. Jika Rasulullah SAW takut, umatnya malah gembira. Jika Rasulullah SAW waspada, umatnya malah sibuk berencana foto selfie. Jika Rasulullah SAW kuatir akan terjadi kiamat, umatnya malah larut dalam rencana pesta gemerlap.
Astagfirullah.

Akan jadi apakah umat ini jika sikap Rasulullah SAW tidak menjadi teladan bagi kita? Janganlah kita merasa sok lebih pintar, sok lebih hebat, lebih canggih ketimbang zaman Rasulullah SAW.
Meskipun zaman Rasulullah SAW belum ada satelit luar angkasa, belum ada teropong bintang, bahkan belum ada mobil. Tapi ketahuilah, ilmu yang dimiliki Rasulullah SAW adalah yang paling luas, dalam dan lengkap yang pernah dimiliki oleh manusia.
Kita hanya tahu peristiwa gerhana matahari atau gerhana bulan hanya dalam perspektif ilmu pengetahuan tetapi apa kandungan peristiwa dibalik semua itu, kita buta sama sekali. Kita tidak punya ilmu sedikitpun untuk menyingkap tabir dibalik peristiwa gerhana yang terjadi pada Rabu, 31 Januari 2018 ini. Mengapa gerhana tidak terjadi tahun sebelumnya, atau mengapa tidak gerhana akhir-akhir ini lebih sering ketimbang zaman Nabi?
Jawapannya bukan hanya persoalan science. Tapi sesungguhnya ada sesuatu yang menyelimuti hal itu, yang tidak kita ketahui. Ada ‘suatu pesan’ yang hendak disampaikan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dari peristiwa gerhana ini.
Sesuatu yang menyelimuti itulah yang diketahui oleh Rasulullah SAW, sehingga beliau merasa kuatir, takut dan waspada. Dan sebagai solusi dari ketakutan beliau, Rasulullah SAW melakukan solat kusuf atau solat khusuf,

Sungguh, Nabi Takut Akan Gerhana

عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut kerana kuatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan solat dengan berdiri, rukuk dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan solat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, “Sesungguhnya ini adalah tanda tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkanNya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi kerana kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hambaNya. Jika kalian melihat sebahagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada Allah.”

An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, kuatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebahagian tanda kiamat.

Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, kuatir akan tertimpa azabNya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahawa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.
Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat.
Siapa yang tahu peristiwa ini ternyata adalah tanda datangnya bencana atau azab? Atau tanda semakin dekatnya hari kiamat, misalnya dengan semakin lemahnya tembok yang mengukung Ya’juj dan Ma’juj? Atau akan semakin keringlah sungai Eufrat di Iraq?
Sesungguhnya, ada ‘pesan’ apakah yang hendak disampaikan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dari peristiwa gerhana ini?
Tidak patutlah umat Nabi Muhammad menyambut gerhana matahari atau bulan dengan suka cita kerana tuntunan Rasulullah SAW menyuruh kita untuk menghadapi gerhana dengan mempertebal keimanan, dan terus menerus berzikir mengingat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA. Kita tidak tahu bencana apa sesungguhnya yang tengah menanti kita, tapi kita pasrahkan semuanya kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.
Perbanyaklah zikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya. Dan bukannya malah berfikir untuk foto selfie atau mengagumi peristiwa gerhana itu sendiri.

Daripada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi kerana kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah solat dan bersedekahlah.”
(HR. Bukhari no. 1044)
Wallahu a’lam bishowab


Tiada ulasan:

Catat Ulasan