Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Jumaat, 14 Disember 2012

K 64 Panduan melayari hidup yang penuh maksiat di zaman fitnah.



Panduan melayari hidup yang penuh maksiat di zaman fitnah :

Setiap manusia pernah berbuat dosa dan kesalahan, baik besar ataupun kecil.
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,

“Setiap anak Adam pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat.”
(HR. Ibnu Majah, no, 4251)

Bahkan para Nabipun tidak luput dari kesalahan, dan mereka bertaubat kepadaNya. Seperti nabi Adam pernah melanggar perintah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dengan mendekati pohon larangan, kemudian beliau bertaubat dan berdoa kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, ertinya,

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nescaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
(Surah 7   AL 'ARAAF : 23)

Pada zaman ini, sarana kemaksiatan semakin banyak, orang semakin sulit menghindari racun yang ditimbulkan oleh kemaksiatan tersebut. Walaupun demikian ada beberapa kiat agar terhindar dari kemaksiatan, iaitu;

1. Menganggap Besar Dosa

Orang yang beriman dan bertakwa selalu menganggap besar dosa-dosa, meskipun dosa yang dilakukan tergolong dosa kecil. Mereka merasa terbebani dengan dosa tersebut dan menganggap besar kekurangan dirinya di sisi ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

Ibnu Mas’ud berkata, “Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sedangkan orang yang fajir (suka berbuat dosa) melihat dosanya seperti lalat yang lewat di depan hidungnya.”

Bilal bin Sa’d mengatakan, “Jangan kamu melihat pada kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa kamu bermaksiat.”

2. Jangan Meremehkan

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda, 

“Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Bila saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh dosa, maka ia dapat membinasakannya.”
(HR. Ahmad dengan sanad hasan)

3. Jangan Mujaharah

Mujaharah adalah melakukan kemaksiatan, dan menceritakan kemaksiatan tersebut kepada manusia. Pelaku maksiat yang mujaharah lebih besar dosanya daripada yang melakukan dosa tanpa mujaharah. RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda,

“Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang terang-terangan dalam bermaksiat). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal ALLAH telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian.’ Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” 
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

4. Taubat Nasuha
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA  berfirman, ertinya, 

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada ALLAH, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(Surah 24  AN NUUR : 31)

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda, 

“ALLAH lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kenderaannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kenderaan itu hilang darinya, padahal di atas kenderaan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kenderaannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kenderaannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, kerana sangat bergembira, ‘Ya ALLAH Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap kerana sangat bergembira.” 
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

5. Mengulangi Taubat

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda, 

“Seorang hamba melakukan dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah!’ Tuhannya berfirman, ‘HambaKu tahu bahawa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hambaKu.’ Kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa lagi, maka ampunilah!’ Lalu ALLAH berfirman, ‘HambaKu tahu bahawa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hambaKu.’ Kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa kembali, maka ampunilah dosaku!’ Lalu ALLAH berfirman, ‘HambaKu tahu bahawa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hambaKu.’ Tiga kali; maka lakukanlah apa yang ia suka.” 
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Ali bin Abi Thalib berkata, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” Ditanyakan, ‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia kembali berbuat dosa?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada ALLAH dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Sampai bila?’ Dia menjawab, ‘Sampai syaitan berputus asa.”

6. Sentiasa Beristighfar

Saat-saat beristighfar:
Ketika melakukan dosa setelah melakukan ketaatan. Dalam zikir-zikir rutin harian.
Beristighfar setiap saat.
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda, 

“Sesungguhnya sesuatu benar-benar menutupi hatiku, dan sesungguhnya aku beristighfar kepada ALLAH dalam sehari 100 kali.”
(HR. Muslim, No. 2702)

7. Melakukan Kebajikan Setelah Keburukan

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda, 

“Bertakwalah kepada ALLAH di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” 
(HR. Ahmad dan at-Tirmidzi. At-Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih)


8. Memurnikan Tauhid

Daripada Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Ketika RASULULLAH dalam perjalanan pada malam yang berakhir di Sidratul Muntaha, beliau diberi tiga perkara: diberi solat lima waktu, penutup surat al-Baqarah, dan diampuninya dosa orang yang tidak menyekutukan ALLAH dengan sesuatupun dari umatnya.” 
(HR. Muslim)

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda, 

“ALLAH berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang kepadaKu dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemuiKu dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.”
(HR. Muslim dan Ahmad)

9. Bergaul Dengan Orang-Orang Soleh

Manfaat bergaul dengan orang soleh:

a. Bersahabat dengan orang-orang baik adalah amal soleh.

b. Mencintai orang-orang soleh menyebabkan seseorang bersama mereka di Syurga, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal.

Manusia itu terdiri dari 3 golongan, iaitu :

- Golongan yang membawa dirinya dengan takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.
- Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharap suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.

- Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal kerana kehilangan hal itu.

c. Penyesalan dan penderitaan kerana melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik.

d. Jika berpisah dengan orang-orang yang baik, maka biasanya akan berteman dengan orang yang buruk dan pelaku maksiat.

10. Jangan Mencela Perbuatan Dosa Orang Lain

Rasulullah menceritakan kepada para sahabat bahawa seseorang berkata, “Demi ALLAH, ALLAH tidak akan mengampuni si fulan.” Allah berkata, ”Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahawa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.” 
(HR. Muslim).

[Sumber: “Sabiilun Najah min Syu’umil Ma’shiyyah,” karangan Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy, edisi Indonesia: “13 Penawar Racun kemaksiatan,” Darul Haq, Jakarta.].

Tiada ulasan:

Catat Ulasan