Untuk
merawat hati yang sudah bercahaya dan memperindahnya maka seseorang perlu
terus-menerus mempertahankan dan mengamalkan kebaikan. Hati akan terus bersih,
bening dan bercahaya jika kejahatan terus dihindari, jauh dari debu-debu ini,
dengki, riak, takbur dan cubaan dijalani dengan ikhlas. Perumpamaan hal ini
adalah seorang ibu hamil yang selalu ikhlas menahan sakit, lemah tanpa pamrih
demi mengandung anak yang ia cintai. Maka jika kita mencintai permata (hati
kita) maka kita harus merawatnya terus-menerus.
Al-Ghazali
mendefinisikan hati manusia menjadi tiga bentuk, iaitu: hati yang sihat, hati
yang sakit dan hati yang mati. Hati yang sihat akan berfungsi optimal, mampu
memilih dan memilah mana yang baik dan yang buruk. Hati mereka kenal betul
dengan Allah, sifat, af’al, kasih sayang, janji, qudrah, sunnah dan
kemulian-Nya.
Kondisi
hati ini akan selalu bersyukur atas nikmat, sabar dan redha akan takdir dan
cubaan yang diberikan-Nya. Hati yang mampu berma’rifat (mengenal Allah) ini
adalah salah satu yang menjadikan manusia lebih ungul dari makhluk lainnya.
Dalam bab
ini juga dibahas tentang Qalbun Salim (hati yang selamat) yakni hati yang
istiqamah dan mampu menetapi kebaikan berbalik hanya pada kebaikan saja seperti
yang disinggung Nabi SAW dalam doanya yang bersabda;
“Hai yang membolak balikkan hati tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu dan
taat pada-Mu”.
Mengenai
hal ini Allah swt juga berfirman:
Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang
yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat (qalbun salim).”
(QS. 26,
as-Syura: 88-89).
Hati yang
bening inilah yang mampu menjaga prilakunya, menahan pandangannya, menjaga
lisan, perut dan mampu memilih pergaulan yang baik. Hati menjadi suci dan
bening kerana tidak ada tingkah laku yang mengotorinya, ingatnya selalu pada
Allah swt, istiqamahnya terus-menerus tanpa henti, dakwahnya ikhlas tanpa
pamrih dan seterusnya.
Mengenai
pentingnya menjaga mata Nabi SAW bersabda:
“Pandangan itu salah satu panah dari panah iblis yang berbisa. Siapa
saja yang meninggalkannya kerana takut pada Allah, maka Allah akan memberinya
keimanan yang terasa sangat manis di dalam hati.”
(HR.
al-hakim).
Mengenai
menjaga lisan Nabi SAW bersabda:
“Setiap ucapan bani adam itu membahayakan dirinya (tidak memberi
manfaat), kecuali kata-kata yang berupa amar makruf nahi munkar (mengajak
kebaikan dan mencegah kejahatan) dan zikrullah.”
(HR.
Tirmidzi).
Demikianlah
seterusnya.
Hati
adalah pusat kebaikan dan kejahatan. Hati adalah ibarat Raja yang punya hak
veto dalam memerintah seluruh anggota jasmani untuk berbuat baik atau jahat.
Oleh kerana itu bersihkanlah ia, beningkanlah dari segala kotoran, isilah dengan
sifat-sifat yang baik agar ia tetap terang benderang. bersinar dan bercahaya
serta mudahnya berbalik terus dalam kebaikan dan takwa.
Adapun
langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah:
Pertama,
Mencari ilmu hati yakni ilmu yang bermanfaat untuk membersihkan hati,
bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakatnya.
Kedua,
Membersihkan hati dari sifat-sifat tercela (takhalli).
Ketiga,
mengisi hati dengan sifat-sifat terpuji yang dimulai dari sifat zuhud (tidak
berambisi dan mengejar kesenangan hawa nafsu di dunia saja) dan mujahadah atau
bersungguh-sungguh menuju Allah dalam istilah al-Ghazali dan
Keempat,
Istiqamah dan berdoa agar hati tetap bersih, bening, bercahaya dan hanya berbalik
dalam dan untuk kebaikan saja.
Mengatakan
dan menjelaskan hal ini tidak semudah mengamalkan dan oleh kerana itu marilah
sama-sama kita berusaha dan bekerja keras untuk membersihkan, mengisi dan
membeningkan hati dengan cara-cara yang disebutkan di atas kerana hatilah
satu-satunya penentu kita menjadi dan dipandang baik atau buruk. Wallahu a’lam
http://drmindailmu.blogspot.com/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan