Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Khamis, 12 Julai 2012

B 9 KEMURNIAN AKHLAK DAPAT DIBENTUK

Ketahuilah bahawasanya setengah orang yang telah dipengaruhi oleh kerosakan peribadi merasa sangat berat sekali untuk berjuang, melatih diri atau berusaha untuk membersihkan diri dan mendidik budi pekerti. Selalunya orang seperti itu tidak meyakini, bahwa akhlak yang jahat itu dapat diubahnya, disebabkan kelalaian atau sempit pandangan atau buruk percampuran. Ia menganggap, bahwa akhlak seseorang itu mustahil dapat diubah, kerana tabiat manusia itu mungkin berubah-ubah.

Kalau begitu sikap orang itu, maka kita berkata: Kiranya akhlak dan kelakuan itu tidak mungkin berubah, maka sudah tentulah tidak ada gunanya peringatan yang kita dituntut untuk menyampaikannya, atau nasihat-menasihati antara satu dengan yang lain,

“Mereka itu amat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi belas kasihan antara sesama sendiri.” 
(al-Fath:29)

Allah s.w.t, telah mensifatkan kaum Mu’minin dari para sahabat Rasulullah s.a.w. itu sebagai berwatak keras, sedang sifat kekerasan itu terbit daripada sifat marah. Andaikata sifat marah itu telah lenyap dari sikap mereka itu, bagaimana pula dapat dilaksanakan perjuangan dan jihad fi-sabilillah. Bagaimana boleh dicabut sifat-sifat marah dan syahwat sekaligus dari akar-umbinya, padahal para Nabi alaihimussalam sendiri tidak terlepas dari kedua-dua sifat tersebut:

Pernah Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sebenarnya aku ini ialah seorang manusia, Aku marah seperti mana orang lain marah.”

Selalu juga bila seseorang berbicara dengan sesuatu yang dibenci oleh baginda, niscaya baginda akan  marah sehingga kedua pipinya menjadi merah padam. Tetapi baginda tidak berkata melainkan yang benar saja. Dan marah baginda juga tidak pernah keluar dari yang hak dan benar semata-mata.

Allah telah berfirman:

Dan orang-orang yang sanggup menahan marah dan orang-orang yang suka memaafkan manusia.” 
(ali-Imran: 134)

Firman tadi tiada pula mengatakan: Dan orang-orang yang telah menghilangkan marahnya.
Jadi nyatalah yang dimaksudkan itu, ialah mengembalikan sifat marah dan syahwat itu ke batas kesederhanaan, sehingga salah satu dari kedua-dua sifat itu tidak memaksa dan mengalahkan akal, tetapi sebaliknya akallah yang menjadi pengendali terhadap keduanya dan menguasai keduanya. Itulah yang diartikan dengan perubahan akhlak dan kelakuan.

Boleh jadi juga, sekali-sekala syahwat itu dapat menguasai jiwa manusia, sehingga akal terlepas dari kendalinya dan tidak sanggup untuk menahannya dari berfoya-foya dan tercebur ke dalam berbagai-bagai kekejian, tetapi apabila segera dijalankan latihan, ia akan kembali semula kepada batas kesederhanaannya. Ini membuktikan bahwa perubahan dan pengalaman juga telah menunjukkan kemungkinan berlakunya perubahan itu tanpa syak dan ragu lagi.

Dan yang menunjukkan bahwa yang dituntut itu ialah kesederhanaan dalam akhlak dan kelakuan dan bukan kedua hujungnya, ialah bahwa sifat murah hati itu adalah suatu kelakuan yang terpuji menurut ukuran syara’, sebab ia adalah sifat pertengahan antara kedua hujung; iaitu antara sifat terlalu boros dan sifat terlalu kikir. Allah Ta’ala telah memuji orang yang bersifat murah hati dalam firmanNya yang berbunyi:

“Dan mereka yang apabila membelanjakan hartanya, mereka tidak terlalu boros dan tidak pula terlalu kikir, dan mereka dalam hal itu bersifat pertengahan.” 
(al-Furqan: 67)
FirmanNya lagi:

“Dan janganlah engkau menjadikan tanganmu itu terbelenggu pada tengkukmu (terlalu kikir) dan jangan pula melepaskannya seluas-luasnya (terlalu boros).” 
(al-Isra’: 29)

Begitu pula yang dituntut dalam syahwat makanan, hendaklah sederhana tidak terlalu gelojoh dan serakah ataupun membeku saja.

Firman Allah Ta’ala:

Dan makanlah dan minumlah, tetapi jangan melampaui batas, sesungguhnya Allah tiada suka kepada orang-orang yang melampaui batas.” 
(al-A’araf: 31)

Firman Allah pula dalam membicarakan sifat marah:

Mereka itu amat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi belas kasihan antara sesama sendiri.” 
(al-Fath:29)

Sabda Rasulullah s.a.w. pula:

“Sebaik-baik perkara ialah pertengahannya.”


Tiada ulasan:

Catat Ulasan