Di antara
nama-nama ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA adalah
الــرَّفِيْــقُ al-Rafiiq, artinya Yang Maha Lembut, Maha Baik, Maha
Menyertai. Nama ini diambil dari kata al-rifqu, iaitu pelan-pelan
dan beransur-ansur dalam urusannya. Lawannya adalah al-‘unfu (keras),
melakukan sesuatu dengan kasar dan buru-buru.
Penafsiran
Asma’ ALLAH ini terdapat dalam sabda NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM,
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي
عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ
“Sesungguhnya ALLAH Maha Lembut, menyukai orang yang lembut. Dan
sesungguhnya ALLAH memberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikannya
kepada sikap kasar.”
(HR.
Muslim)
ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA Maha
Lembut dalam perbuatanNya, iaitu ketika Dia menciptakan makhluk-makhlukNya
dengan bertahap, sedikit demi sedikit sesuai dengan hikmah dan kelembutanNya.
Padahal Dia mampu menciptakannya sekaligus, dalam waktu sekejap.
ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA juga Maha Lembut dalam memerintah
dan melarang. Dia tidak membebani hambaNya dengan beban-beban yang banyak
secara sekaligus, tetapi beransur-ansur dari satu kondisi kepada kondisi yang
berikutnya sehingga jiwa siap menanggungnya dan tertata emosinya. Hal itu
seperti turunnya perintah puasa fardu, pengharaman khamar, riba dan lainnya.
Orang
yang melakukan sesuatu dengan kelembutan dan tenang telah mengikuti sunnatulah
dalam menciptakan alam semesta dan mengikuti petunjuk NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM.
Sehingga urusannya akan menjadi mudah dan kesulitannya akan teratasi. Terlebih
bagi seorang dari yang mengajak manusia kepada kebenaran, maka dia sangat
memerlukan sikap halus dan lemah lembut. Jika dia diganggu, dicela, dihina dan
diperlakukan kasar, dia tidak lantas membalas dengan mencaci dan dendam. Bahkan
sebaliknya dia membalas keburukan mereka dengan kebaikan agar mereka berkenan
menerima dakwah yang diserukannya. ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman,
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ
كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”
(QS.
Fushilat: 34)
Bagi
seorang dari sangat memerlukan sikap halus dan lemah lembut. Jika dia diganggu,
dicela, dihina dan diperlakukan kasar, dia tidak lantas membalas dengan mencaci
dan dendam. Bahkan sebaliknya dia membalas keburukan mereka dengan kebaikan
agar mereka berkenaan menerima dakwah yang diserukannya.
Beberapa
contoh sikap lembut NABI SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM
Daripada
Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata,
“Orang-orang Yahudi mendatangi Nabi SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM dan
berkata, ‘assaal ‘alaikum’ (kematian atasmu). Lalu Rasulullah SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM membalasnya, ‘Wa’alaikum’.
Maka Aisyah
berkata, assaam ‘alaikum wala’anakumullaah wa ghadhiba ‘alaikum (Kematian
atas kalian, laknat ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA dan kemurkaanNya
atas kalian). Kemudian Nabi SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM menegur ‘Aisyah,
“Pelan-pelan wahai
Aisyah!! Berlakulah lembut, jangan kasar dan berkata buruk.”
‘Aisyah menjawab,
“Apakah Engkau tidak mendengar perkataan mereka.
Lalu
Rasulullah SHALLALLAAHU ‘ALAIHI
WASALLAM menjawab,
“Apakah kamu tidak
mendengar apa yang kukatakan? Aku telah mengembalikan doa mereka kepada mereka
dan doaku atas mereka dikabulkan, sedangkan doa mereka atasku tidak.”
(HR.
Bukhari dan Muslim)
dalam
riwayat Muslim,
“Cukup wahai Aisyah, janganlah engkau menjadi
pencaci, sesungguhnya Allah tidak suka kepada cacian dan kata-kata buruk.”
Daripada
Anas bin Malik radhiyallaahu
‘anhu berkata, “Ketika kami duduk di masjid bersama NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM tiba-tiba
datang seorang badui lalu kencing di masjid. Para sahabat Nabi mengherdiknya,
“Berhenti, berhenti.” Lalu RASULULLAH SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM bersabda, “Jangan bentak dia, biarkan dia (jangan
putus kencingnya).” Lalu para sahabat membiarkan orang badwi tadi menyelesaikan
kencingnya. Kemudian NABI SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM memanggilnya dan berkata kepadanya,
إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ
مِنْ هَذَا الْبَوْلِ وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ
“Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah boleh untuk buang air kecil
atau buang kotoran. Masjid itu tempat untuk zikir kepada ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA, solat dan membaca Al Quran.”
Dan
beliau SHALLALLAAHU ‘ALAIHI
WASALLAM berkata kepada para sahabat,
“Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah bukan
untuk mempersulitkan. Siramlah dengan satu ember air pada tempat kencingnya.”
Lalu orang Badwi tadi berkata, “Ya ALLAH rahmatilah aku dan MUHAMMAD, dan
jangan Engkau rahmati yang lain bersama kami.” Lalu NABI SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM bersabda, “Engkau telah menyempitkan yang luas.”
(Muttafaq
‘Alaih)
Kepada
Para Du’at
Berlemah
lembutlah dalam memberikan nasihat dengan kata-kata yang halus. Hal itu lebih
mudah membuat nasihat diterima. Perhatikanlah pesan ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA kepada
Musa dan Harun ketika mengutus keduanya untuk mendakwahi Firaun!
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى () فَقُولَا
لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
(QS.
Thaahaa: 43-44)
Maksudnya
pergilah kepada Firaun yang melampui batas dalam kekafiran, kezaliman, dan
permusuhan-nya, “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut.” Yakni dengan bahasa yang mudah difahami, halus, lembut,
dan penuh adab tanpan sikap kasar, arogan, dan intimidasi dalam berkata atau
bertindak brutal. Semoga dengan perkataan yang lembut ini dia jadi ingat dengan
sesuatu yang bermanfaat untuknya sehinga dia melaksanakannya atau takut dengan
apa yang membahayakannya sehingga dia meninggalkannya. Kemudian ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA
menerangkan tentang ucapannya tersebut,
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى ()
وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى
“Dan katakanlah (kepada Firaun): “Adakah keinginan bagimu untuk
membersihkan diri (dari kesesatan)” Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu
agar supaya kamu takut kepadaNya?”
(QS.
Al-Naazi’aat: 18-19)
Itulah
kalimah yang digunakan Musa dan Harun dalam mendakwahi Firaun, seorang thaghut
yang kafir. Kenapa ada sebagian kaum muslimin yang mendakwahi dan menasihati
kawannya dengan kalimat cela, mengkhawarijkan, menyesatkan, dan ungkapan-ungkapan
buruk dan kasar lainnya? Apakah dia menginginkan mengeluarkan saudaranya dari
keburukan ataukah sebaliknya, menginginkan keburukan tetap kukuh pada diri
sahabatnya?
Kepada
Orang Tua
Berlemah lembutlah kepada anak-anakmu, semoga mereka
kelak berlemah lembut kepadamu saat engkau sudah tua. Sungguh banyak hal yang
bisa engkau dapatkan dari kelemah lembutan yang tidak boleh engkau dapatkan
dari sikap kasar dan keras.
Mendidik dengan lemah lembut dan lebih mengutamakan
untuk memberikan kebaikan akan lebih banyak memberi manfaat dan lebih boleh
diterima oleh jiwa anak, sehingga diharapkan mereka menerima kebenaran dan
mencintai kebaikan dan keluarganya. Sementara sikap kasar tanpa sebab yang
jelas hanya akan melahirkan sikap kasar dan kebencian pada diri anak. Semua ini sesuai dengan sabda NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM,
مَا كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ,
وَمَا كَانَ الْعُنْفُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan
tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merosaknya.”
(HR
Muslim)
Kepada
Anak
Wahai anakku berlemah lembutlah kepada dua
orangtuamu, berkatalah dengan perkataan yang lembut. Berbuat baiklah kepada
keduanya dan berlemah lembutlah, sesungguhnya keduanya bagimu menjadi pintu
syurga. Ingatlah
wasiat ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA kepadamu
wahai anakku,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
(QS.
Al-Isra’: 23-24)
Sekarang
mereka berada di sisimu dalam kondisi renta. Kepala mereka dipenuhi uban,
punggung mereka bungkuk, dan tubuh mereka sering gementar sehingga ketika mau
berdiri, mereka berdiri dengan kepayahan, dan ketika mahu dudukpun dengan susah
payah. Sakit menjadi rutin mereka dan berbagai penyakit mulai menyerangnya.
Dalam kondisi ini, bakti dan kedermawananmu sangat dinanti. Jangan pelit dengan
hartamu, baktimu, dan perlakuanmu yang baik kepada keduanya.
Kepada
Para Suami
Berlakulah lembut kepada isteri-isterimu dan kasihi
mereka. Sesungguhnya
RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI
WASALLAM sangat lembut dan sayang kepada kepada Aisyah radhiyallaahu ‘anha daripada
bapanya sendiri, Abu Bakar al-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu.
Pernah
terjadi cekcok antara dirinya dengan RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM berkata:
“Kamu yang berbicara atau saya yang bicara.” dengan isterinya ini, maka datanglah Abu Bakar
untuk menjadi penengah. Lalu Aisyah menjawab, “Bicaralah Engkau, dan jangan berkata kecuali yang benar.”
Maka marahlah Abu
Bakar dan menampar Aisyah sehingga keluar darah dari mulutnya dan berkata, “Apakah dia akan berkata yang tidak benar
wahai musuh dirinya sendiri?” Maka bersembunyilah Aisyah di belakang
punggung RASULULLAH SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM. Lalu seketika itu beliau berkata kepada
Abu Bakar, “Sesungguhnya kami tidak
mengundangmu untuk ini, dan kami tidak menghendaki ini darimu.”
(HR.
Al-Bukhari)
Inilah RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM, sosok
suami yang lebih lembut, lebih sayang, lebih kasihan kepada isterinya daripada
bapanya sendiri. Apakah kita sudah mengikuti akhlak mulia junjungan kita ini?
Kepada
Para Isteri
Berlemah lembutlah kepada suamimu dan sayangi
mereka. Jangan membebani mereka dengan sesuatu yang
memberatkan mereka, khususnya tuntutan nafkah yang berlebih. Sesungguhnya
menahan diri dari meminta kepada suami itu yang lebih baik. Sesungguhnya telah
terdapat tauladan yang baik pada diri ummahatul mukminin (para isteri Nabi),
ketika mereka lebih memilih dan mengutamakan akhirat daripada dunia yang fana
ketika diberi pilihan oleh RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM.
إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا ()
وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآَخِرَةَ فَإِنَّ
اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا
“Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka
marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang
baik. Dan jika kamu sekelian menghendaki (keridaan) ALLAH dan RasulNya serta
(kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya ALLAH menyediakan bagi siapa
yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.”
(QS.
Al-Ahzab: 28-29)
Kepada
Orang Kaya yang Mempunyai Pembantu dan Pekerja
Berlaku baik dan lembutlah kepada para pembantu
rumahtangga. Jangan bebani mereka dengan hal yang tidak kuasa mereka lakukan. Laksanakan perintah NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM ketika
bersabda,
“Jangan kalian bebani mereka dengan sesuatu yang memberatkan mereka.
Dan jika kalian membenani mereka dengan sesuatu yang berat, maka bantulah
mereka.”
(HR.
Al-Bukhari)
Bersedekahlah untuk para pembantu dan pekerjamu.
Beri mereka kelebihan dari hak yang mereka dapatkan, sungguh di dalamnya
terdapat pahala yang besar. Jangan korupsi dan curangi hak mereka, kerana hal
ini akan mengundang murka Rabb-nya. Dalam hadits Qudsi disebutkan, ALLAH SUBHANAHU WA
TAALA berfirman,
ثَلاَثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
رَجُلٌ أَعْطَى بِى ثُمَّ غَدَرَ ، وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ ،
وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ أَجْرَهُ
“Tiga golongan manusia yang Aku adalah musuhnya pada hari Kiamat
nanti: (1) seorang berjanji dengan menyebut namaKu lalu dia melanggarnya, (2)
seorang yang menjual orang yang merdeka lalu dia menikmati hasil penjualannya
tersebut, (3) seorang yang mempekerjakan orang lain setelah orang tersebut
bekerja dengan baik upahnya tidak dibayarkan.”
(HR
Bukhari)
Semoga ALLAH SUBHANAHU WA TAALA menganugerahkan
kepada kita sikap lemah lembut dan kesabaran, khususnya kepada orang lemah
dan menjadi tanggungan kita. Sehingga kebaikan dan kasih sayang kita
dapatkan, bukan kebencian dan dendam. Sesungguhnya Dialah penguasa atas qalbu
hamba-hamba-Nya. Wallahu a’lam bil
shawab.
(PurWD/voa-islam.com)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan