Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Jumaat, 3 Ogos 2012

E 83 Sesungguhnya Allah swt Menyukai Kelembutan


Di antara nama-nama ALLAH SUBHANAHU WA TAALA adalah الــرَّفِيْــقُ  al-Rafiiq, artinya Yang Maha Lembut, Maha Baik, Maha Menyertai. Nama ini diambil dari kata al-rifqu, iaitu pelan-pelan dan beransur-ansur dalam urusannya. Lawannya adalah al-‘unfu (keras), melakukan sesuatu dengan kasar dan buru-buru.

Penafsiran Asma’ ALLAH ini terdapat dalam sabda NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM,

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

Sesungguhnya ALLAH Maha Lembut, menyukai orang yang lembut. Dan sesungguhnya ALLAH memberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikannya kepada sikap kasar.” 
(HR. Muslim)

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA Maha Lembut dalam perbuatanNya, iaitu ketika Dia menciptakan makhluk-makhlukNya dengan bertahap, sedikit demi sedikit sesuai dengan hikmah dan kelembutanNya. Padahal Dia mampu menciptakannya sekaligus, dalam waktu sekejap.

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA juga Maha Lembut dalam memerintah dan melarang. Dia tidak membebani hambaNya dengan beban-beban yang banyak secara sekaligus, tetapi beransur-ansur dari satu kondisi kepada kondisi yang berikutnya sehingga jiwa siap menanggungnya dan tertata emosinya. Hal itu seperti turunnya perintah puasa fardu, pengharaman khamar, riba dan lainnya.

Orang yang melakukan sesuatu dengan kelembutan dan tenang telah mengikuti sunnatulah dalam menciptakan alam semesta dan mengikuti petunjuk NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM. Sehingga urusannya akan menjadi mudah dan kesulitannya akan teratasi. Terlebih bagi seorang dari yang mengajak manusia kepada kebenaran, maka dia sangat memerlukan sikap halus dan lemah lembut. Jika dia diganggu, dicela, dihina dan diperlakukan kasar, dia tidak lantas membalas dengan mencaci dan dendam. Bahkan sebaliknya dia membalas keburukan mereka dengan kebaikan agar mereka berkenan menerima dakwah yang diserukannya. ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” 
(QS. Fushilat: 34)

Bagi seorang dari sangat memerlukan sikap halus dan lemah lembut. Jika dia diganggu, dicela, dihina dan diperlakukan kasar, dia tidak lantas membalas dengan mencaci dan dendam. Bahkan sebaliknya dia membalas keburukan mereka dengan kebaikan agar mereka berkenaan menerima dakwah yang diserukannya.

Beberapa contoh sikap lembut NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Daripada Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata, “Orang-orang Yahudi mendatangi Nabi SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM dan berkata, ‘assaal ‘alaikum’ (kematian atasmu). Lalu Rasulullah SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM membalasnya, ‘Wa’alaikum’.
Maka Aisyah berkata, assaam ‘alaikum wala’anakumullaah wa ghadhiba ‘alaikum (Kematian atas kalian, laknat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan kemurkaanNya atas kalian). Kemudian Nabi SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM menegur ‘Aisyah, 
“Pelan-pelan wahai Aisyah!! Berlakulah lembut, jangan kasar dan berkata buruk.”
‘Aisyah menjawab, “Apakah Engkau tidak mendengar perkataan mereka. 
Lalu Rasulullah SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM menjawab,

“Apakah kamu tidak mendengar apa yang kukatakan? Aku telah mengembalikan doa mereka kepada mereka dan doaku atas mereka dikabulkan, sedangkan doa mereka atasku tidak.” 
(HR. Bukhari dan Muslim)

dalam riwayat Muslim,

“Cukup wahai Aisyah, janganlah engkau menjadi pencaci, sesungguhnya Allah tidak suka kepada cacian dan kata-kata buruk.”

Daripada Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Ketika kami duduk di masjid bersama NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM tiba-tiba datang seorang badui lalu kencing di masjid. Para sahabat Nabi mengherdiknya, “Berhenti, berhenti.” Lalu RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM bersabda, “Jangan bentak dia, biarkan dia (jangan putus kencingnya).” Lalu para sahabat membiarkan orang badwi tadi menyelesaikan kencingnya. Kemudian NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM memanggilnya dan berkata kepadanya,

إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah boleh untuk buang air kecil atau buang kotoran. Masjid itu tempat untuk zikir kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, solat dan membaca Al Quran.

Dan beliau SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM berkata kepada para sahabat, 

“Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah bukan untuk mempersulitkan. Siramlah dengan satu ember air pada tempat kencingnya.” Lalu orang Badwi tadi berkata, “Ya ALLAH rahmatilah aku dan MUHAMMAD, dan jangan Engkau rahmati yang lain bersama kami.” Lalu NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM bersabda, “Engkau telah menyempitkan yang luas.” 
(Muttafaq ‘Alaih)


Kepada Para Du’at

Berlemah lembutlah dalam memberikan nasihat dengan kata-kata yang halus. Hal itu lebih mudah membuat nasihat diterima. Perhatikanlah pesan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA kepada Musa dan Harun ketika mengutus keduanya untuk mendakwahi Firaun!

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى () فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
(QS. Thaahaa: 43-44)

Maksudnya pergilah kepada Firaun yang melampui batas dalam kekafiran, kezaliman, dan permusuhan-nya, “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.” Yakni dengan bahasa yang mudah difahami, halus, lembut, dan penuh adab tanpan sikap kasar, arogan, dan intimidasi dalam berkata atau bertindak brutal. Semoga dengan perkataan yang lembut ini dia jadi ingat dengan sesuatu yang bermanfaat untuknya sehinga dia melaksanakannya atau takut dengan apa yang membahayakannya sehingga dia meninggalkannya. Kemudian ALLAH SUBHANAHU WA TAALA menerangkan tentang ucapannya tersebut,

فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى () وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى

Dan katakanlah (kepada Firaun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)” Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepadaNya?”
(QS. Al-Naazi’aat: 18-19)

Itulah kalimah yang digunakan Musa dan Harun dalam mendakwahi Firaun, seorang thaghut yang kafir. Kenapa ada sebagian kaum muslimin yang mendakwahi dan menasihati kawannya dengan kalimat cela, mengkhawarijkan, menyesatkan, dan ungkapan-ungkapan buruk dan kasar lainnya? Apakah dia menginginkan mengeluarkan saudaranya dari keburukan ataukah sebaliknya, menginginkan keburukan tetap kukuh pada diri sahabatnya?

Kepada Orang Tua

Berlemah lembutlah kepada anak-anakmu, semoga mereka kelak berlemah lembut kepadamu saat engkau sudah tua. Sungguh banyak hal yang bisa engkau dapatkan dari kelemah lembutan yang tidak boleh engkau dapatkan dari sikap kasar dan keras.

Mendidik dengan lemah lembut dan lebih mengutamakan untuk memberikan kebaikan akan lebih banyak memberi manfaat dan lebih boleh diterima oleh jiwa anak, sehingga diharapkan mereka menerima kebenaran dan mencintai kebaikan dan keluarganya. Sementara sikap kasar tanpa sebab yang jelas hanya akan melahirkan sikap kasar dan kebencian pada diri anak. Semua ini sesuai dengan sabda NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM,

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ, وَمَا كَانَ الْعُنْفُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merosaknya.” 
(HR Muslim)

Kepada Anak

Wahai anakku berlemah lembutlah kepada dua orangtuamu, berkatalah dengan perkataan yang lembut. Berbuat baiklah kepada keduanya dan berlemah lembutlah, sesungguhnya keduanya bagimu menjadi pintu syurga. Ingatlah wasiat ALLAH SUBHANAHU WA TAALA kepadamu wahai anakku,

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
(QS. Al-Isra’: 23-24)

Sekarang mereka berada di sisimu dalam kondisi renta. Kepala mereka dipenuhi uban, punggung mereka bungkuk, dan tubuh mereka sering gementar sehingga ketika mau berdiri, mereka berdiri dengan kepayahan, dan ketika mahu dudukpun dengan susah payah. Sakit menjadi rutin mereka dan berbagai penyakit mulai menyerangnya. Dalam kondisi ini, bakti dan kedermawananmu sangat dinanti. Jangan pelit dengan hartamu, baktimu, dan perlakuanmu yang baik kepada keduanya.

Kepada Para Suami

Berlakulah lembut kepada isteri-isterimu dan kasihi mereka. Sesungguhnya RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM sangat lembut dan sayang kepada kepada Aisyah radhiyallaahu ‘anha daripada bapanya sendiri, Abu Bakar al-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu.
Pernah terjadi cekcok antara dirinya dengan RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM berkata:

“Kamu yang berbicara atau saya yang bicara.” dengan isterinya ini, maka datanglah Abu Bakar untuk menjadi penengah. Lalu Aisyah menjawab, “Bicaralah Engkau, dan jangan berkata kecuali yang benar.”
Maka marahlah Abu Bakar dan menampar Aisyah sehingga keluar darah dari mulutnya dan berkata, “Apakah dia akan berkata yang tidak benar wahai musuh dirinya sendiri?” Maka bersembunyilah Aisyah di belakang punggung RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM. Lalu seketika itu beliau berkata kepada Abu Bakar, “Sesungguhnya kami tidak mengundangmu untuk ini, dan kami tidak menghendaki ini darimu.” 
(HR. Al-Bukhari)

Inilah RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM, sosok suami yang lebih lembut, lebih sayang, lebih kasihan kepada isterinya daripada bapanya sendiri. Apakah kita sudah mengikuti akhlak mulia junjungan kita ini?

Kepada Para Isteri

Berlemah lembutlah kepada suamimu dan sayangi mereka. Jangan membebani mereka dengan sesuatu yang memberatkan mereka, khususnya tuntutan nafkah yang berlebih. Sesungguhnya menahan diri dari meminta kepada suami itu yang lebih baik. Sesungguhnya telah terdapat tauladan yang baik pada diri ummahatul mukminin (para isteri Nabi), ketika mereka lebih memilih dan mengutamakan akhirat daripada dunia yang fana ketika diberi pilihan oleh RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM.

إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا () وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآَخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا

Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekelian menghendaki (keridaan) ALLAH dan RasulNya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya ALLAH menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.” 
(QS. Al-Ahzab: 28-29)

Kepada Orang Kaya yang Mempunyai Pembantu dan Pekerja

Berlaku baik dan lembutlah kepada para pembantu rumahtangga. Jangan bebani mereka dengan hal yang tidak kuasa mereka lakukan. Laksanakan perintah NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM ketika bersabda,

Jangan kalian bebani mereka dengan sesuatu yang memberatkan mereka. Dan jika kalian membenani mereka dengan sesuatu yang berat, maka bantulah mereka.” 
(HR. Al-Bukhari)

Bersedekahlah untuk para pembantu dan pekerjamu. Beri mereka kelebihan dari hak yang mereka dapatkan, sungguh di dalamnya terdapat pahala yang besar. Jangan korupsi dan curangi hak mereka, kerana hal ini akan mengundang murka Rabb-nya. Dalam hadits Qudsi disebutkan, ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman,

ثَلاَثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِى ثُمَّ غَدَرَ ، وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ ، وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ أَجْرَهُ

Tiga golongan manusia yang Aku adalah musuhnya pada hari Kiamat nanti: (1) seorang berjanji dengan menyebut namaKu lalu dia melanggarnya, (2) seorang yang menjual orang yang merdeka lalu dia menikmati hasil penjualannya tersebut, (3) seorang yang mempekerjakan orang lain setelah orang tersebut bekerja dengan baik upahnya tidak dibayarkan.
(HR Bukhari)

Semoga ALLAH SUBHANAHU WA TAALA menganugerahkan kepada kita sikap lemah lembut dan kesabaran, khususnya kepada orang lemah dan  menjadi tanggungan kita. Sehingga kebaikan dan kasih sayang kita dapatkan, bukan kebencian dan dendam. Sesungguhnya Dialah penguasa atas qalbu hamba-hamba-Nya. Wallahu a’lam bil shawab.

(PurWD/voa-islam.com)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan