1.
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan
kedudukan, dan membenci segala bentuk pujian serta tidak menyombongkan diri
atas seorangpun.” Al-Hasan mengatakan: “Orang faqih adalah orang yang zuhud terhadap dunia dan
cinta kepada akhirat, bashirah (berilmu) tentang agamanya dan sentiasa dalam
beribadah kepada Rabbnya.” Dalam riwayat lain: “Orang yang tidak hasad kepada
seorangpun yang berada di atasnya dan tidak menghinakan orang yang ada di
bawahnya dan tidak mengambil upah sedikitpun dalam menyampaikan ilmu Allah.”
(Al-Khithabul
Minbariyyah, 1/177)
2. Ibnu Rajab
Al-Hambali rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang yang tidak
mengaku berilmu, tidak bangga dengan ilmunya atas seorangpun, dan tidak
serampangan menghukumi orang yang jahil sebagai orang yang menyelisihi
As-Sunnah.”
3. Ibnu Rajab
rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang yang berburuk sangka kepada
diri mereka sendiri dan berbaik sangka kepada ulama salaf. Dan mereka mengakui
ulama-ulama pendahulu mereka serta mengakui bahawa mereka tidak akan sampai
mencapai darjat mereka atau mendekatinya.”
4. Mereka berpendapat
bahawa kebenaran dan hidayah ada dalam mengikuti apa-apa yang diturunkan Allah
Subhanahu wa Taala.
Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:
وَيَرَى الَّذِيْنَ
أُوْتُوْا الْعِلْمَ الَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ هُوَ الْحَقَّ
وَيَهْدِي إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِ
“Dan orang-orang yang diberikan ilmu memandang bahawa apa yang telah
diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Rabbmu adalah kebenaran dan akan membimbing
kepada jalan Allah Yang Maha Mulia lagi maha terpuji
(QS.Saba:6).
5. Mereka adalah orang
yang paling memahami segala bentuk permisalan yang dibuat Allah Subhanahu wa
Taala di dalam Al Quran, bahkan apa yang dimaukan oleh Allah swt dan Rasul-Nya.
Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:
وَتِلْكَ اْلأَمْثاَلُ
نَضْرِبُهاَ لِلنَّاسِ وَماَ يَعْقِلُهاَ إِلاَّ الْعاَلِمُوْنَ
“Demikianlah permisalan-permisalan yang dibuat oleh Allah bagi manusia
dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”
(Al-’Ankabut: 43)
6. Mereka adalah
orang-orang yang memiliki keahlian melakukan istinbath(mengambil hukum) dan
memahaminya.
Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:
وَإِذَا جآءَهُمْ أَمْرٌ
مِنَ اْلأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوْا بِهِ وَلَوْ رَدُّوْهُ إِلَى
الرَّسُوْلِ وَإِلَى أُولِي اْلأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ
يَسْتَنْبِطُوْنًهُ مِنْهُمْ وَلَوْ لاَ فَضْلَ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطاَنَ إِلاَّ قَلِيْلاً
“Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Kalau mereka menyerahkan kepada rasul dan
ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang mampu mengambil hukum
(akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil amri). Kalau tidak
dengan kurnia dan rahmat dari Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikuti
syaitan kecuali sedikit saja.”
(An-Nisa: 83)
7. Mereka adalah
orang-orang yang tunduk dan khusyuk dalam merealisasikan perintah-perintah
Allah Subhanahu wa Taala.
Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:
قُلْ آمَنُوا بِهِ أَوْ
لاَ تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِيْنَ أَوْتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذِا يُتْلَى
عَلَيْهِمْ يَخِرُّوْنَ لِلأًذْقاَنِ سُجَّدًا. وَيَقُوْلُوْنَ سُبْحاَنَ رَبِّناَ
إِنْ كاَنَ وَعْدُ رَبِّناَ لَمَفْعُوْلاً. وَيَخِرُّوْنَ لِلأَذْقاَنِ يَبْكُوْنَ
وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعاً
“Katakanlah: ‘Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama
saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya
apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka
sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji
Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyuk.”
(Al-Isra: 107-109)
[Mu’amalatul ‘Ulama karya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Umar bin Salim Bazmul, Wujub
Al-Irtibath bil ‘Ulama karya Asy-Syaikh Hasan bin Qasim Ar-Rimi]
Inilah beberapa sifat
ulama hakiki yang dimaukan oleh Allah Subhanahu wa Taala di dalam Al-Quran dan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam Sunnahnya. Dengan semua ini,
jelaslah orang yang berpura-pura berpenampilan ulama dan berbaju dengan pakaian
mereka padahal tidak pantas memakainya. Semua ini membeberkan hakikat ulama
ahlul bid’ah yang mana mereka bukan sebagai penyandang gelar ini. Dari Al-Quran
dan As-Sunnah mereka jauh dan dari manhaj salaf mereka keluar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan