Dikutip dari kitab Sirah Nabawiyah karya asy-Syahid asy-Syeikh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy.
Isra’ ialah perjalanan Nabi Saw. dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di al-Quds Palestina.
Mi’raj ialah kenaikan Rasulullah Saw. menembus beberapa lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, malaikat, manusia dan jin. Semua itu ditempuh dalam sehari semalam.
Terjadi silang pendapat tentang sejarah terjadinya mu’jizat ini. Apakah pada tahun ke-10 kenabian ataukah sesudahnya? Menurut riwayat Ibnu Sa’d di dalam Thabaqatnya peristiwa ini terjadi 18 bulan sebelum hijrah.
Jumhur kaum muslim sepakat bahwa perjalanan ini dilakukan Rasulullah Saw. dengan jasad dan ruh. Karena itu, ia merupakan salah satu mu’jizatnya yang mengagumkan yang dikaruniakan Allah kepadanya. Kisah perjalanan ini disebutkan oleh Imam Bukhari dan Muslim secara lengkap di dalam shahihnya.
Disebutkan bahwa dalam perjalanan ini Rasulullah Saw. menunggang Buraq, yakni satu jenis binatang yang sedikit lebih besar dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata memandang.
Disebutkan pula bahwa Nabi Saw. memasuki Masjidil Aqsha lalu shalat dua rakaat di dalamnya. Kemudian Jibril datang kepadanya seraya membawa segelas khamr dan segelas susu. Nabi Saw. memilih susu. Setelah itu Jibril As. berkomentar: “Engkau telah memilih fitrah (kesucian).”
Dalam perjalanan ini Rasulullah Saw. naik ke langit pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai ke Sidratul Muntaha. Di sinilah kemudian Allah mewahyukan kepadanya apa yang telah diwahyukan. Diantaranya adalah kewajiban shalat lima waktu atas kaum muslim, dimana pada awalnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam.
Keesokan harinya Rasulullah Saw. menyampaikan apa yang disaksikan kepada penduduk Mekkah. Tetapi oleh kaum musyrik berita ini didustakan dan ditertawakan. Sehingga sebagian mereka menantang Rasulullah Saw. untuk menggambarkan Baitul Maqdis, jika benar ia telah pergi dan melakukan shalat di dalamnya. Padahal ketika menziarahinya, tidak pernah terlintas dalam pikiran Rasulullah Saw. untuk menghafal bentuknya dan menghitung tiang-tiangnya. Kemudian Allah Swt. memperlihatkan bentuk dan gambar Baitul Maqdis di hadapan Rasulullah Saw. sehingga dengan mudah beliau menjelaskannya secara rinci.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Ketika kaum Quraisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr Isma’il, lalu Allah memperlihatkan Baitul Maqdis kepadaku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat.”
Berita ini oleh sebagian kaum musyrik disampaikan kepada Abu Bakar dengan harapan dia akan menolaknya. Tetapi ternyata Abu Bakar menjawab dengan tegas: “Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, maka dia telah berkata benar dan sungguh aku membenarkan lebih dari itu.”
Pada pagi harinya di malam Isra’ itu Jibril As. datang kepada Rasulullah Saw. mengajarkan tata cara shalat dan menjelaskan waktu-waktunya. Sebelum disyariatkannya shalat lima waktu, Rasulullah Saw. melakukan soat dua rakaat di pagi hari dan dua rakaat di sore hari sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrahim As.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan