Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Isnin, 23 Disember 2019

T 191 : JIKA ISLAM AGAMA DAMAI, MENGAPA ADA PERANG DALAM ISLAM?

Islam adalah agama yang damai yang mengajarkan kasih sayang dan cinta sesama, hal itu dapat terlihat dari status NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM sebagai Nabi yang universal yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia.

Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul ALLAH kepada kamu sekalian daripada ALLAH."
(Surah 7   AL 'ARAAF:158)

Kemudian dalam ayat lain ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman:

"Dan tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam." 
(Surah 21  AL ANBIYAA' :107)

Apabila seseorang telah dikirim sebagai sumber rahmat bagi semua orang, maka sangat jelas bahawa baik beliau SAW ataupun para pengikuti beliau tidak akan mungkin menjadi sarana kerosakan dan penderitaan bagi siapapun di dunia. Inilah esensi dari Islam tentang perdamaian.

Tetapi dalam hal ini terdapat pertanyaan yang sering diajukan terhadap Islam berkaitan dengan hal ini, iaitu jika NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM benar-benar merupakan rahmat bagi seluruh umat mansusia dan Islam benar-benar agama damai dan tidak mengajarkan ektremisme dan terorisme, maka mengapa kita menjumpai terjadinya peperangan di masa awal mahupun akhir sejarah Islam? Jika Islam mengajarkan perdamaian, mengapa sekarang kita jumpai kelompok teroris dan ekstremis Islam di dunia ini semakin menjadi-jadi, dan merekapun terus membenarkan ideologi mereka dengan bertindak mengatasnamakan ajaran Islam dan Al Quran? 

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting bagi kita untuk memahami dan mempelajari sejarah awal Islam. Kita jangan merujuk kesaksian sejarawan yang bias dan tidak adil yang muncul ratusan tahun setelah masa kehidupan NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM, melainkan kita harus menganalisis dan merujuk pada buku-buku sejarawan Muslim yang menggunakan sumber-sumber asli dan otentik sebagai dasar karya mereka. Tentunya Riwayat-riwayat para penulis yang berkaitan dengan sejarah awal Islam tersebut telah didukung dan diverifikasi oleh penulis-penulis yang berfikiran jujur dan adil yang muncul setelahnya. Oleh kerana itu untuk memahami persoalan sejarah awal Islam yang sebenarnya sangat penting untuk memeriksa sumber-sumber yang paling otentik dan asli dari sejarah Islam.

Islam, Korban Kekerasan atas nama Agama

Ketika sumber-sumber tersebut di perhatikan maka kita akan menemukan bahawa pada periode awal Islam, banyak Muslim yang disiksa dengan kejam dan brutal, dianiaya dan ditindas kerana keimanan mereka oleh orang-orang kafir. Pria, wanita dan anak-anak semua menderita kekejaman mengerikan tersebut. Sebagai contoh beberapa Muslim sampai dibaringkan di atas bara panas, sementara yang lain dibaringkan di atas pasir yang terik dan batu ditindihkan di atas mereka. Kemudian terdapat beberapa Muslim sampai kakinya terkoyak, sehingga persis tubuh mereka menjadi dua bahagian. Selama dua setengah tahun NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM beserta keluarga dan semua sahabat beliau terpaksa bertahan di lembah, di mana mereka diboikot dan dijauhi dari masyarakat, sehingga mereka tidak memiliki akses untuk makanan, minum dan perbekalan lainnya. Selama berhari-hari mereka tetap dalam kelaparan dan kehausan. Anak-anak Muslim tanpa henti menangis dalam penderitaan dan putus asa. Tapi tetap saja orang-orang kafir tidak menunjukkan belas kasihan dan kasih sayang apapun. Dalam menanggung kekejaman dan pembatasan-pembatasan tersebut, umat Islam terkadang meminta izin kepada NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM untuk melawan dan membela diri dengan kekuatan mereka, namun pada setiap kesempaan NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM menolak setiap permintaan tersebut, dan sebagai gantinya beliau memberi nasihat supaya terus bersabar. 

Adalah hal yang alamiah bahawa ketika seseorang mencapai titik di mana ia sedar bahawa maut telah mengintainya di setiap penjuru, dalam keadaan putus asanya itu dia akan mencuba untuk melawan dan membunuh lawannya sebelum meninggal. Namun seperti yang saya katakan pada setiap kesempatan NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM memerintahkan para pengikutnya untuk menahan diri dan bersabar meskipun mereka menghadapi keadaan yang sangat ekstrem. Beliau menasihatkan untuk bersabar kerana beliau mengatakan bahawa ALLAH SUBHANAHU WA TAALA tidak mengizinkannya untuk melawan musuh-musuh Islam. Seorang orientalis Italia terkenal, Laura Veccia Vaglieri menulis tentang hal ini masalah ini dan membuktikan bahawa:

"MUHAMMAD, korban penderita sarkasme dan penganiayaan dari Quraisy."

Setelah bertahun-tahun penindasan kejam dan berbagai intimidasi, sebahagian besar umat Islam hijrah dari Mekah. Kemudian setelah beberapa lama NABI MUHAMMAD  SHALLALLAHU ’ALAIHI WASSALLAM sendiri hijrah dengan para sahabatnya ke kota Madinah. Namun orang-orang kafir Mekah tetap saja tidak membiarkan umat Islam untuk hidup damai bahkan setelah hijrah. Sekitar dua tahun kemudian orang-orang kafir menuju Madinah dan melancarkan serangan keji terhadap kaum Muslimin. Tujuan mereka hanyalah untuk menghapus Islam dan semua pemeluk Islam sekali dan untuk selamanya. Pasukan orang-orang kafir sangat besar dan kuat dan mereka datang dengan perlengkapan senjata dan artileri yang besar. Sebagai perbandingannya hanya ada sekitar 300 orang Islam sedangkan kekuatan dan persenjataan mereka yang setara hampir tidak ada. Namun terlepas dari perbezaan signifikan dalam hal persiapan, pada waktu itulah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA memerintahkan umat Islam untuk pertama kalinya melawan dan membela diri dari permusuhan dan kekejaman musuh. Izin ini disebutkan dalam Al Quran Surah 22 ayat 39-40 yang berbunyi:

"Telah diizinkan bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya ALLAH berkuasa menolong mereka. Orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa hak, hanya kerana mereka berkata, “Tuhan kami ialah ALLAH.” Dan sekiranya tidak ada tangkisan ALLAH terhadap sebahagian manusia oleh sebahagian yang lain, maka akan hancurlah biara-biara serta gereja-gereja Nasrani dan rumah-rumah ibadah Yahudi serta masjid-masjid yang banyak disebut nama ALLAH di dalamnya. Dan pasti ALLAH akan menolong siapa yang menolongNya. Sesungguhnya ALLAH Maha Kuasa, Maha Perkasa.”

Jadi, jelas bahawa Umat  Islam akhirnya diberi izin untuk membela diri terhadap musuh Islam adalah kerana dalam kondisi tertentu yang ekstrim, namun demikian izin tersebut diberikan dalam kondisi tertentu yang menyertainya seperti terbukti dari ayat-ayat yang baru saja dikutip. Pertama, ALLAH SUBHANAHU WA TAALA menyatakan izin tersebut diberikan kerana adanya kekejaman yang melampaui batas dan orang-orang Islam telah terusir dari rumah mereka. Mereka tidak hidup dengan damai bahkan setelah hijrah, sebaliknya musuh tanpa ampun mengikuti mereka dalam upaya untuk menghancurkan mereka sama sekali. Satu-satunya "kejahatan" yang dilakukan oleh Umat Islam yang tertindas adalah hanya kerana mereka menyatakan keyakinan mereka terhadap Satu ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan menyembahNya. Selain itu ayat-ayat ini menjelaskan bahawa izin tersebut tidak hanya diberikan untuk melindungi umat Islam saja, melainkan meliputi pengikut semua agama supaya terlindungi dilindungi dan terjaga.

Sejarah menjadi saksi dari fakta-fakta bahawa Empat Khalifah RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM telah menerapkan ajaran sejati beliau dan selalu memegang teguh ajaran Al Quran sebagai prinsip pedoman mereka selama periode masing-masing khilafah. Tak satupun dari mereka yang pernah memprovokasi peperangan tunggal. Peperangan yang terjadi hanya untuk membela diri. Dalam peperangan selanjutnya yang diperjuangkan oleh para raja dan penguasa Muslim kenyataannya sangat sedikit yang merupakan perang agama, sebaliknya perang mereka berdasarkan perbezaan politik dan ambisi. Di dunia sekarang ini kembali kita menjumpai bahawa perang terjadi kerana politik bukan perang agama. Tidak diragukan bahawa kelompok-kelompok teroris dan ekstremis yang mengatasnamakan diri mereka dengan Islam untuk membenarkan tindakan kebencian mereka telah mengalami peningkatan. Selanjutnya, di beberapa negara majoriti Islam kita temukan kekacauan dan gangguan mengalami peningkatan. Kemudian terdapat pemerintah Muslim tertentu yang melakukan pendekatan dengan sikap yang tidak adil. Bagaimanapun tiap kelompok tersebut berusaha menyesuaikan dengan Islam, tetapi sebenarnya tidak satupun dari mereka yang memiliki hubungan dengan ajaran sejati agama. Kerana apa yang mereka perlihatkan tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Islam.

Ajaran Islam dalam Membentuk Perdamaian

Jadi dengan jelas bahawa keberatan terhadap Islam dalam hal peperangan ini boleh terbantahkan dari fakta-fakta di atas. Sebaliknya jika kita lihat untuk konteks zaman sekarang era perang agama telah berakhir kerana musuh-musuh Islam tidak lagi terlibat dalam peperangan fizikal terhadap kaum Muslim. Sebaliknya pada  masa sekarang musuh-musuh Islam tidak lagi menggunakan pedang melawan Islam melainkan telah memanfaatkan berbagai sarana komunikasi yang tersedia untuk menyebarkan kebohongan dan propaganda palsu dalam upaya untuk menghentikan Islam. Oleh kerana itu kewajipan setiap Muslim adalah menyampaikan contoh ajaran Islam yang benar ke seluruh dunia. Ini adalah cara untuk membantah lawan-lawan modern Islam. Hanya muslim yang menyatukan diri dengan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA lah yang boleh menampakkan keindahan Islam yang sebenarnya pada dunia.
Dan merujuk kepada status RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM sebagai Nabi universal, rahmatan lil alamin, maka kita sebagai umat Islam harus sadar akan tanggung jawabnya terhadap satu sama lain dan sadar untuk memenuhi hak-hak satu sama lain, karena ketika hak-hak masing-masing dipenuhi maka perdamaian dalam masyarakat dapat dibentuk, termasuk dunia yang lebih luas. Ini adalah jihad yang sebenarnya yang memerlukan perjuangan batin oleh manusia untuk mereformasi dirinya sendiri guna membangun hubungannya dengan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan memenuhi hak-hak sesama manusia.

Al Quran dari halaman per halaman dipenuhi dengan bimbingan dan di dalamnya terhadap ratusan perintah yang telah diberikan. Sebahagian besar berhubungan dengan hak-hak ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, hubungan dengan makhluknya dan sarana untuk mambangun suasana perdamaian, cinta dan persatuan. Seperti telah dijelaskan bahwa dimana izin perang diberikan maka hal itu terbatas pada kondisi ekstrem tertentu dan tujuannya diberikan hanya untuk membela diri dan dalam rangka pembentukan perdamaian jangka panjang. Selain itu Islam sangat jelas mengajarkan bahawa segera setelah perdamaian tercipta kelompok yang telah dikalahkan tidak boleh dimanfaatkan atau diperbudak dan sumber penghasilan mereka tidak boleh dihentikan atau diambil alih secara tidak adil. 

Perintah lain yang diberikan untuk pembentukan perdamaian masyarakat telah digambarkan dalam Surat 49 ayat 13 di mana dinyatakan bahawa orang beriman harus menghindarkan diri dari prasangka kerana prasangka mengarahkan pada dosa. Ayat ini lebih jauh menyatakan bahawa seseorang tidak boleh memata-matai satu sama lain atau berupaya mengulik kesalahan orang lain. Di permukaan mungkin ini nampak seperti sebuah hal kecil dan tidak signifikan. Namun jika ajaran ini benar-benar diikuti maka hal ini akan mengarah pada perdamaian dalam masyarakat, baik dalam skala kecil mahupun skala yang lebih luas.

Dalam skala yang lebih kecil kita mengetahui bahawa rumah tangga keluarga merupakan pondasi bangunan bagi masyarakat. Tetapi jika kita lihat keadaan masyarakat sekarang ini, sangat disayangkan di seluruh dunia banyak terjadi rumah tangga yang hancur dalam jumlah yang besar. Alasan mendasar hal itu seringkali terjadi kerana prasangka antara suami isteri atau terjadinya fitnah. Kemudian pada skala yang lebih luas kita mengetahui bahawa prasangka dan pikiran buruk terhadap orang lain adalah alasan utama mengapa hubungan antara kelompok yang berbeza atau negara menjadi hancur.
Hal lain yang Al Quran terus tekankan adalah memenuhi hak-hak satu sama lain. Di dalam Al Quran Surah 83 ayat 1-3 ALLAH SUBHANAHU WA TAALA telah menyatakan bahawa mereka yang merampas hak-hak orang lain dan yang tidak adil dalam transaksi mereka akan dilaknat dan dihancurkan. Hal ini mengacu pada orang-orang yang ketika mengambil bahagian untuk mereka, mereka berupaya untuk mengambilnya secara penuh namun ketika mereka mereka memberikan kepada orang lain, muncullah ketidakadilan dengan menguranginya dari yang seharusnya. Dengan demikian dalam beberapa baris Al Quran telah menentang tindakan buruk dan jahat tersebut dan juga telah meletakkan dasar bagi perlindungan kehidupan, kehormatan dan martabat semua orang. Sebagai contoh di mana seseorang telah dianiaya atau diperlakukan tidak adil maka dalam reaksinya sangat memungkinkan baginya untuk membalas dengan balasan setimpal. Namun dalam bertindak ia seringkali gampang bertindak melampaui batas proporsional dan keadilan, dan bertindak berlebihan dalam membalas dendam. Oleh kerana itu ALLAH SUBHANAHU WA TAALA telah memerintahkan bahawa untuk mencegah kesalahan seperti itu hak-hak orang lain tidak boleh dirampas, kerana konsekuensinya berpotensi sangat serius dan berbahaya. Untuk mencegah hal-hal yang yang terjadi diluar keadaan proporsional Al Quran telah memerintahkan agar semua pihak harus tetap adil dan proporsional dalam hubungan mereka. Mereka harus memberi dan menerima dalam ukuran yang sama. Melalui ajaran-ajaran demikian, hak-hak orang miskin dan kekurangan dijaga oleh Al Quran, kerana perintah ini memerlukan keadilan dan kejujuran terhadap semua. Jika prinsip-prinsip tersebut diperhatikan maka hal itu akan mengarah pada segmen masyarakat yang kehilangan kemampuan berdiri di atas kaki sendiri, agar mendapatkan kehormatan diri dan hidup dengan penuh martabat.

Hal penting lainnya yang diberikan oleh Al Quran untuk pembentukan perdamaian dunia adalah bahawa jika dua pemerintahan Islam terlibat permusuhan dan perselisihan, maka pemerintah lain harus bersatu bersama-sama dalam upaya mendorong perdamaian. Jika dari negara berperang terjadi gencatan senjata tetapi kemudian salah satu pihak melanggar perjanjian atau terang-terangan menolak rencana perdamaian dan malah terang-terangan melanggarnya maka pada tahap itu pemerintahan yang lain harus secara bersama-sama menentang agresor tersebut. Negara-negara yang menjadi dalam keadaan seperti itu tidak boleh dibiarkan sendiri, sampai mereka dapat hidup damai kembali. Setelah itu jika agresor menyatakan mundur dan menerima kesalahannya dan berjanji untuk mematuhi perdamaian maka tidak boleh ada balas dendam dan tindakan-tindakan yang tidak masuk akal, tidak menetapkan tuntutan yang tidak pantas dan tidak adil. Dengan demikian prinsip mendasar ketika berhadapan dengan hal-hal tersebut adalah harus bertindak dengan keadilan. Pedoman ini diambil dari Surah 49 ayat 9 dalam Al Quran. Hal ini seharusnya tidak hanya dianggap sebagai pedoman bagi negara-negara Islam saja, kerana sesungguhnya jika semua negara mengikuti pedoman ini maka keberatan-keberatan akan hilang. Sayangnya prinsip ini tidak dipegang dan diperhatikan selama dan setelah Perang Dunia Pertama dan kerana itu pada akhirnya menyebabkan Perang Dunia II. Selama perang itu sekali lagi prinsip-prinsip ini tidak diperhatikan dan persyaratan keadilan tidak dipenuhi. Melihat sejarah masa lalu kita, jelas bahawa saat ini dasar bagi Perang Dunia sedang diletakkan.

Ajaran Islam bersifat universal dan menjangkau semua spektrum kehidupan, mulai dari unit keluarga dalam rumah tangga sampai pada masyarakat yang lebih luas. Dan pada akhirnya juga mencakup hak-hak bangsa dan upaya melakukan hubungan internasional.

Dikutip dari Pidato Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifah Ahmadiyah ke V.
Penyusun dan terjemah: Jusman

Tiada ulasan:

Catat Ulasan