Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Selasa, 24 Disember 2019

T 197 : APA SIKAP KITA BILA NABI SAW DIHINA

Apa sikap kita sebagai Muslim ketika banyak yang NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, seperti kartun NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM dan sebagainya?

Marah dan tersinggung? Sebagai seorang muslim yang cinta kepada NABI MUHAMMAD 
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, sosok yang paling dihormati di dalam Islam, saya pun akan marah dan tersinggung, yang mungkin kebanyakan Muslim lainnya merasakan hal yang sama.

Wajar sih menurut saya, marah adalah hal naluriah, sebagaimana kita ke orangtua yang marah ketika orang tua kita dihina, atau orang-orang yang kita cintai.

Tetapi kalau ditanya, setujukah kita dengan tindakan muslim yang menjadi pelaku penembakan terhadap kantor Charlie Hebdo di Perancis baru-baru lalu, sebagai tindakan balasan dari Kartun yang menghina dan melecehkan NABI MUHAMMAD 
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM?

Tidak setuju. Itu jawapan saya. Marah adalah hal yang naluriah, sebagaimana orang bebas untuk menghina kita juga bebas dong untuk tersinggung dan beraksi. Tetapi reaksi yang salah tentu tidak boleh dibenarkan.

Terlebih manajemen marah itu sudah di jelaskan oleh Allah SWT di dalam Al Quran dan  dicontohkan sendiri oleh NABI MUHAMMAD 
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, manakala beliau menghadapi penghinaan oleh para musuh Islam.

Al Quran dan Hadits Nabi Sebagai Standard

Jadi dalam hal ini standard acuan sikap kita adalah Al-Quran dan contoh daripada NABI MUHAMMAD 
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM. Apakah penghinaan dan pelecehan kepada NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM harus dibalas dengan penghinaan serupa, ataukah penghinaan itu dibalas dengan kekerasan dan pembunuhan?

Saya rasa tidak, Al-Quran dalam Surah 6: 108 berbunyi:

“Dan janganlah kamu memaki (menghujat) sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah.”

Penyembahan berhala adalah bentuk penghinaan paling besar terhadap Allah SWT, dosa yang paling besar. tetapi Allah SWT sendiri yang memerintahkan bahawa meskipun kemusyrikan harus dijauhi tetapi umat Islam diperintahkan supaya jangan mencaci maki atau menghujat sembahan-sembahan yang hina tersebut. Nah jika terhadap penghinaan terhadap Allah SWT diperintahkan untuk menanggapinya dengan tidak membalas dengan cacian, maka tentu kepada NABI MUHAMMAD 
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM pun sama.

NABI MUHAMMAD 
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM sendiri telah mencontohkan ketika dalam suatu gerakan pasukan ‘Abdullah bin Ubayy – pemimpin kaum munafik Madinah, yang harapan besarnya menjadi pemimpin kaum Madinah telah hancur berantakan dengan kedatangan NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM. Pada peristiwa itu – diriwayatkan pernah mengatakan bahawa sekembali ke Madinah ia “yang paling mulia dari antara penduduknya” – maksudnya ia sendiri – “akan mengusir dia yang paling hina dari antara mereka,” maksudnya, NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM.

Sahabat-sahabat NABI MUHAMMAD 
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM yang mukhlis marah, tak terkecuali putera Abdullah sendiri yang adalah seorang muslim yang mukhlis. Dengan pedang terhunus, dia memohon kepada NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM untuk memberinya izin membunuh bapanya sendiri! Banyak orang muslim lainnya juga datang kepada beliau SAW tetapi beliau selalu menolak dan secara tegas menyatakan bahawa tak ada tindakan balasan  terhadap Abdullah atas penghinaannya.

Jadi rasanya aneh saja jika kita melihat contoh dari NABI MUHAMMAD 
SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM di atas. Kalau NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM saja bersikap demikian, kenapa kita bersikap sebaliknya?

Penghinaan Jangan Dibalas Penghinaan atau Kekerasan

Jadi contoh NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM itulah yang harus kita tiru dan teladani, bukan kekerasan dan emosi. Kerana tindakan di atas sejalan dengan Al-Quran, bahawa Allah SWT memerintahkan supaya "tidak menghiraukan ganguan mereka." (Al-Ahzab-48) dan "bersabarlah atas apa yang mereka katakana." (Al-Muzammil:10).

Lagi, Al-Quran menjelaskan:

"Dan, sesungguhnya Dia telah menurunkan kepadamu di dalam Kitab ini bahawa apabila kamu mendengar Ayat-ayat Allah diingkarnya dan dicemuhkannya, maka janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka beralih ke dalam percakapan lainnya. Jika demikian, sesungguhnya kamu nescaya semisal mereka. Sesungguhnya Allah akan menghimpun orang-orang munafik dan orang-orang kafir semua di dalam Jahanam.”
(Annisa: 141)

Jadi yang kita lakukan adalah cuekin saja, dan bersabar. Biarkan mereka berkoar-koar. Api ga usah dibalas dengan api. Api dibalas dengan air, nanti juga padam.

Jadi penghinaan tidak usah dibalas penghinaan, apalagi kekerasan. Jika demikian, sama saja kita melibatkan diri pada lingkaran kejahatan yang dilakukan oleh mereka.

Sebaliknya Allah SWT mengajarkan bahawa kita balas dengan lemah lembut, kebaikan dan kasih sayang. Lebih elegan.

“Panggillah kepada jalan Tuhan engkau dengan bijaksana dan nasihat yang baik, dan bertukar-fikiranlah dengan mereka, dengan cara yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhan engkau Dia lebih mengetahui siapa yang telah sesat dari jalanNya ; dan Dia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
(An-Nahl: 126)

Lihat juga tulisan tentang Cara Menghentikan Terorisme dengan cara Mencontoh NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM

Tiada ulasan:

Catat Ulasan