Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Sabtu, 28 Disember 2019

U 45 : LELAKI YANG SOLATNYA TIDAK PERNAH DITOLAK DAN DOANYA SENTIASA DIMAKBULKAN ALLAH SWT

Seorang manusia boleh berbangga apabila ia terkenal di seluruh dunia, tetapi itu tidak menjamin dirinya menjadi terkenal di kalangan penduduk langit. Dalam sebuah hadis disebutkan bahawa di langit ada ribuan malaikat yang selalu mengucapkan kalimat pujian kepada ALLAH SWT.
Khususnya dengan adanya Takhta Tuhan di sana, ia menjadikan kedudukan langit menjadi sangat istimewa dalam Islam. Ternyata ada kelas manusia yang sangat terkenal di kalangan penduduk langit.
Bukan artis, atau selebriti, dia hanya manusia biasa yang bekerja sebagai kawanan kambing miskin dan miskin yatim piatu. Walau bagaimanapun, RASULULLAH SAW mengatakan bahawa semua penghuni langit mengenalnya, bahkan doanya selalu diberikan oleh ALLAH SWT. Siapa dia? Berikut adalah kajian semula.
Adakah Uwais Al Qarni, seorang lelaki yang namanya terkenal di kalangan penduduk langit. Bahkan Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali bin Abu Talib dan Umar bin Khattab meminta doa oleh Uwais Al Qarni, kerana solatnya tidak pernah ditolak oleh ALLAH SWT.
Al-Uwais Al-Qarni hidup begitu teruk, tetapi dia tidak pernah mengadukan dan menguji dengan sabar. Lelaki muda ini datang dari Yaman dan menderita pen yakit Kopak atau tubuhnya terperangkap.
Keadaan ini tidak memisahkannya dari Tuhan. Ia adalah badan Uwais Al Qarni yang tepat menjadi lebih soleh dan sangat mengabdikan kepada satu-satunya ibu bapa yang memiliki ibu.
Ternyata keadaan ibunya tidak kurang khawatir. Ibunya tua mengalami lumpuh, memerlukan Uwais untuk menjaga dan memenuhi semua permintaan.
Walau bagaimanapun, terdapat satu permintaan Ibu yang kelihatan sukar untuk diberikan, iaitu untuk menunaikan haji ke tanah suci. Bagaimanakah Uwais yang miskin dapat menghantar ibu ke ziarah?
Sementara untuk boleh sampai ke sana harus melewati gurun pasir tandus yang panas dengan perbekalan yang tidak sedikit. Namun Allah SWT tentu memiliki cara untuk mengundang Hamba-hamba pilihanNya.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” pinta Ibunya.
Meski terkejut dengan permintaan sang ibu, namun Ia tidak patah arang. Ia kemudian berfikir tentang bagaimana mencari jalan keluar. Kemudian Ia membeli seekor anak lembu.
Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Tindakan ini membuat orang desa begitu heran, bahkan sebagian menganggapnya aneh dan gi la.
Lembu tersebut semakin hari semakin besar, sehingga membutuhkan tenaga yang besar pula untuk bisa mengangkatnya. Namun kerana sudah terbiasa setiap hari, lembu tersebut tidak terasa berat lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar.
Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.
Saat musim haji tiba, Ia benar-benar menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekah. Masya Allah. Begitu besarnya kasih sayang Uwais kepada sang Ibu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Kaabah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Kaabah, ibu dan anak itu berdoa.
“Yaa Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya hairan. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk syurga. Cukuplah ridha dari Ibu yang akan membawa aku ke syurga.”
Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan kurnianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya.
Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Hikmahnya adalah agar mudah ditemukan oleh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Kerana saat masih hidup Rasulullah SAW berpesan agar kedua sahabat Nabi itu menemukan Uwais dan meminta didoakan kerana doanya sangat makbul.
“Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.”
“Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajipan, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah SWT membenci padamu banyak bicara dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Pertemuan Uwais Al-Qarni dengan Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib
Dalam hidupnya, Uwais Al-Qarni sangat mecintai Rasulullah SAW. Ia begitu sedih saat melihat tetangganya kembali dari Madinah dan boleh menemui kecintaannya itu.
Saat itu, berita tentang patahnya gigi Nabi Muhammad SAW saat perang Uhud terdengar ke berbagai negeri. Ia pun kemudian menggetok salah satu giginya dengan batu hingga patah sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad SAW.
Ternyata kerinduan Uwais memuncak. Akhirnya Ia mendekati ibunya untuk meminta izin pergi menemui Rasul. Mendengar permohonan sang anak, Ibu Uwais mengizinkannya pergi.
“Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Hati Uwais begitu gembira. Ia segera berkemas dan meninggalkan Yaman. Namun Ia terlebih dahulu mempersiapkan segala keperluan sang Ibu, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
Perjalanan pun dimulai, jauhnya Madinah ternyata tidak menyurutkan niatnya. Setelah sampai di Madinah, sampailah Uwais di rumah Nabi.
Sayang, pada saat itu Nabi tengah dalam peperangan dan hanya ditemukan Aisyah ra. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi SAW tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi bilakah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman.
Akhirnya, kerana ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemahuannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW.
Kerana hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Setelah peperangan selesai, Nabi Muhammad SAW kemudian kembali ke Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi bertanya kepada Siti Aisyah perihal siapa yang datang mencarinya.
Nabi mengatakan bahawa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi SAW, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun.
Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, kerana ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Nabi Muhammad SAW melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi SAW memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, dan Nabi SAW kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit.
Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi SAW itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?
Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.
Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.
Rombongan kafilah itu mengatakan bahawa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawapan itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di khemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang solat.
Setelah mengakhiri solatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi SAW ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi SAW. Memang benar! Nampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni bersinar. Memang benar seperti yang dikatakan Rasulullah bahawa dia adalah penghuni syurga. Khalifah Umar ra dan Ali ra meminta namanya, dan menjawab, “Abdullah.”



Tiada ulasan:

Catat Ulasan