Khususnya
dengan adanya Takhta Tuhan di sana, ia menjadikan kedudukan langit menjadi
sangat istimewa dalam Islam. Ternyata ada kelas manusia yang sangat terkenal di
kalangan penduduk langit.
Bukan
artis, atau selebriti, dia hanya manusia biasa yang bekerja sebagai kawanan
kambing miskin dan miskin yatim piatu. Walau bagaimanapun, RASULULLAH SAW
mengatakan bahawa semua penghuni langit mengenalnya, bahkan doanya selalu
diberikan oleh ALLAH SWT. Siapa dia? Berikut adalah kajian semula.
Adakah
Uwais Al Qarni, seorang lelaki yang namanya terkenal di kalangan penduduk
langit. Bahkan Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali bin Abu Talib dan Umar bin
Khattab meminta doa oleh Uwais Al Qarni, kerana solatnya tidak pernah ditolak
oleh ALLAH SWT.
Al-Uwais
Al-Qarni hidup begitu teruk, tetapi dia tidak pernah mengadukan dan menguji
dengan sabar. Lelaki muda ini datang dari Yaman dan menderita pen yakit Kopak
atau tubuhnya terperangkap.
Keadaan
ini tidak memisahkannya dari Tuhan. Ia adalah badan Uwais Al Qarni yang tepat
menjadi lebih soleh dan sangat mengabdikan kepada satu-satunya ibu bapa yang
memiliki ibu.
Ternyata
keadaan ibunya tidak kurang khawatir. Ibunya tua mengalami lumpuh, memerlukan
Uwais untuk menjaga dan memenuhi semua permintaan.
Walau
bagaimanapun, terdapat satu permintaan Ibu yang kelihatan sukar untuk
diberikan, iaitu untuk menunaikan haji ke tanah suci. Bagaimanakah Uwais yang
miskin dapat menghantar ibu ke ziarah?
Sementara
untuk boleh sampai ke sana harus melewati gurun pasir tandus yang panas dengan
perbekalan yang tidak sedikit. Namun Allah SWT tentu memiliki cara untuk
mengundang Hamba-hamba pilihanNya.
“Anakku,
mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat
mengerjakan haji,” pinta Ibunya.
Meski
terkejut dengan permintaan sang ibu, namun Ia tidak patah arang. Ia kemudian berfikir
tentang bagaimana mencari jalan keluar. Kemudian Ia membeli seekor anak lembu.
Ternyata
Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik
menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Tindakan ini membuat orang desa
begitu heran, bahkan sebagian menganggapnya aneh dan gi la.
Lembu
tersebut semakin hari semakin besar, sehingga membutuhkan tenaga yang besar
pula untuk bisa mengangkatnya. Namun kerana sudah terbiasa setiap hari, lembu
tersebut tidak terasa berat lagi.
Setelah 8
bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu
juga dengan otot Uwais yang makin membesar.
Ia
menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais
menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.
Saat
musim haji tiba, Ia benar-benar menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekah.
Masya Allah. Begitu besarnya kasih sayang Uwais kepada sang Ibu. Ia rela
menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais
berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Kaabah. Ibunya terharu dan
bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Kaabah, ibu dan anak
itu berdoa.
“Yaa
Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya
ibunya hairan. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan
masuk syurga. Cukuplah ridha dari Ibu yang akan membawa aku ke syurga.”
Subhanallah,
itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan kurnianya,
Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya.
Hanya
tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Hikmahnya adalah agar mudah ditemukan
oleh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Kerana saat masih hidup
Rasulullah SAW berpesan agar kedua sahabat Nabi itu menemukan Uwais dan meminta
didoakan kerana doanya sangat makbul.
“Di zaman
kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua
pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.
Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta
tolong dia berdua untuk kamu berdua.”
“Sesungguhnya
Allah SWT mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajipan, dan
meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah SWT
membenci padamu banyak bicara dan banyak bertanya demikian pula memboroskan
harta (menghamburkan kekayaan).”
(HR. Bukhari
dan Muslim)
Pertemuan
Uwais Al-Qarni dengan Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib
Dalam
hidupnya, Uwais Al-Qarni sangat mecintai Rasulullah SAW. Ia begitu sedih saat
melihat tetangganya kembali dari Madinah dan boleh menemui kecintaannya itu.
Saat itu,
berita tentang patahnya gigi Nabi Muhammad SAW saat perang Uhud terdengar ke
berbagai negeri. Ia pun kemudian menggetok salah satu giginya dengan batu
hingga patah sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad SAW.
Ternyata
kerinduan Uwais memuncak. Akhirnya Ia mendekati ibunya untuk meminta izin pergi
menemui Rasul. Mendengar permohonan sang anak, Ibu Uwais mengizinkannya pergi.
“Pergilah
wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan
Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Hati
Uwais begitu gembira. Ia segera berkemas dan meninggalkan Yaman. Namun Ia
terlebih dahulu mempersiapkan segala keperluan sang Ibu, serta berpesan kepada
tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan
sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
Perjalanan
pun dimulai, jauhnya Madinah ternyata tidak menyurutkan niatnya. Setelah sampai
di Madinah, sampailah Uwais di rumah Nabi.
Sayang,
pada saat itu Nabi tengah dalam peperangan dan hanya ditemukan Aisyah ra.
Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan
Nabi saw, tetapi Nabi SAW tidak dapat dijumpainya.
Dalam
hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari
medan perang. Tapi bilakah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya
pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke
Yaman.
Akhirnya,
kerana ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemahuannya
untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW.
Kerana
hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah
ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk
Nabi SAW. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan
langkahnya dengan perasaan amat haru.
Setelah
peperangan selesai, Nabi Muhammad SAW kemudian kembali ke Madinah. Sesampainya
di rumah, Nabi bertanya kepada Siti Aisyah perihal siapa yang datang
mencarinya.
Nabi
mengatakan bahawa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni
langit. Mendengar perkataan Nabi SAW, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun.
Menurut
keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera
pulang kembali ke Yaman, kerana ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia
tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Nabi
Muhammad SAW melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit
itu, kepada para sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia,
perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”
Sesudah
itu Nabi SAW memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika
apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah
penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu
terus berganti, dan Nabi SAW kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah
digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan
sabda Nabi SAW tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit.
Beliau
segera mengingatkan kembali sabda Nabi SAW itu kepada sahabat Ali bin Abi
Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah
Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak
punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap
hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?
Rombongan
kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.
Rombongan
kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru
datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan
menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.
Rombongan
kafilah itu mengatakan bahawa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang
menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawapan itu, khalifah
Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya
di khemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi
rupanya Uwais sedang solat.
Setelah
mengakhiri solatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali
ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi SAW ini dan mengulurkan tangannya untuk
bersalaman.
Sewaktu
berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk
membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti
yang pernah dikatakan oleh Nabi SAW. Memang benar! Nampaklah tanda putih di
telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah
Uwais Al-Qarni bersinar. Memang benar seperti yang dikatakan Rasulullah bahawa
dia adalah penghuni syurga. Khalifah Umar ra dan Ali ra meminta namanya, dan
menjawab, “Abdullah.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan