Suatu hari aku bertemu
dengan orang gila (Al-majnuni Murokab) tak jauh dari makam seorang wali, ia membebel
tidak jelas seperti sedang bicara dengan seseorang, dia berbicara seperti ini:
"Andaikan mereka tahu
bahawa ada wali "tanpa nama tanpa gelar" yang memiliki kemampuan
seperti Wali Quthb nescaya mereka akan datang berbondong-bondong mencium tangan
wali tanpa nama tanpa gelar tersebut minta didoakan hajatnya, jika Wali tanpa nama
tanpa gelar itu telah wafat nescaya mereka akan berlama-lama dipekuburannya
berzikir, berdoa dan bermuhasabah diri meminta ampun kepada ALLAH MAHA
PENGAMPUN atas dosa-dosa mereka selama ini. Andaikan mereka tahu jika mereka
sami'na wa athona kepada wali tanpa nama tanpa gelar, nescaya ALLAH SWT akan
angkat darjatnya, Namun sayang sekali kerana wali tersebut tanpa nama dan tanpa
gelar kewalian maka ia seringkali dilupakan dan diabaikan setiap orang."
Aku yang dengar bebelannya
kaget dan bergumam, "Hahhh??? Ada wali tanpa nama tanpa gelar yang
kemampuannya seperti Wali Quthb? Siapakah wali tersebut?"
Dengan sedikit rasa
takut-takut aku dekati dia kerana penasaran ingin tahu siapa sebenarnya wali
tanpa nama tanpa gelar tersebut?
Lalu terjadi dialog:
Aku: Maaf mbah tadi saya
dengar mbah ada mengoceh panjang lebar dan berbicara tentang wali tanpa nama
tanpa gelar, siapakah sebenarnya wali tersebut mbah? Mengapa sedemikian
hebatnya wali tanpa nama tanpa gelar tersebut hingga kemampuan dan darjatnya
hampir menyamai Wali Quthb?
Orang gila tersebut menoleh
ke arahku dan matanya sedikit melotot lalu berkata:
"Sampeyan siapa? Kamu
nguping omonganku yach? Apa pentingnya kamu perlu merasa tahu tentang wali
tanpa nama?"
Ucapnya dengan nada agak
tinggi, Mendengar ucapan suaranya yang agak bernada tinggi terkesan kasar
membuat aku sedikit takut dan gentar, lalu berkata:
"Maaf mbah, bukan
maksud saya menyinggung mbah, nama saya Bolank saya seorang muhibbun pecinta
para wali-wali ALLAH, kadang-kadang saya dan teman-teman seperti M Darjo Huda,
Naja Suluk, Ahmad Nawan Nyel berziarah ke makam para wali, saya penasaran dan
tertarik dengan wali tanpa nama tanpa gelar yang mbah sebutkan, kalau boleh
tahu siapakah wali tersebut mbah?"
Orang gila itu tertawa
terbahak-bahak dan berkata: "HA HA HA HA HA HAA..... Dasar bocah goblog,
namanya juga wali tanpa nama tanpa gelar, tentu saja aku tidak tahu nama wali
tersebut dan apa gelar kewaliannya, kamu ini tampang keliatan pintar tapi
ternyata goblog yach, HA HA HA HA HA."
JLEEB, terasa menusuk
sekali perkataannya dia menyebut aku anak bodoh dan goblog, wajahku merah padam
menahan sedikit emosi, sepertinya aku salah sangka kukira orang gila tersebut
orang yang boleh diajak dialog, tapi nyatanya dia sebut aku bocah goblog, yach
aku memang goblog namanya juga wali tanpa nama tanpa gelar jadi siapa yang tahu
nama wali tersebut? Siapa yang tahu gelar wali tersebut sedangkan wali tersebut
tanpa gelar? Ach sudahlah sebaiknya kutinggalkan saja dia, aku pun mulai
membalikkan badan dan membuang muka dengan wajah masam hendak meninggalkan
orang gila tersebut,
"Hai Kikri mahu ke mana
sampeyan, sampeyan ini bagaimana sudah datang tidak mengucapkan salam, malah
pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam, baru diejek begitu saja sudah
bermuka masam, apakah mursyidmu yang seorang wali qutb tidak mengajarkanmu
untuk mengucapkan salam saat datang dan pergi? Apakah mursyidmu yang seorang
wali tidak mengajarkanmu untuk boleh bersabar menahan celaan dan hinaan?"
Langkahku terhenti,
astaghfirullah .... Betul sekali, aku tadi lupa mengucapkan salam sebelum
memulai obrolan dan aku juga pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam dan tak
kusangka dia menyebut mursyidku seorang Wali Quthb, sepertinya dia mengenal
mursyidku.
Kemudian aku kembali
menghampirinya dan berkata "Assalammu' alaikum wr. wb. mbah, mohon maaf
mbah atas kelancangan saya kerana datang dan pergi tanpa mengucapkan salam,
sekali lagi saya mohon maaf." (sambil mencuba meraih tangannya untuk
menyalami dan mencium tangannya), orang gila itu menepis tanganku seraya
berkata "wiss sudah, cukup bilang minta maaf dan tak perlu cium tangan
segala."
Aku jadi salah tingkah,
tiba-tiba suasana hening sejenak beberapa minit, aku diam dan diapun diam
suasana serasa seperti di kuburan.
"Ngapain kamu masih
disini?"
Annnnccur ... mukaku
rasanya merah padam, merasa salah tingkah dan bodoh di hadapan orang gila
tersebut, dengan rasa sedikit menahan malu aku tetap memberanikan diri untuk
bertanya:
"Maksud saya adalah
ingin tahu siapa sebenarnya wali tanpa nama tanpa gelar yang mbah katakan saat
saya mencuri dengar."
Orang gila bertanya, "Kamu
ini ga pinter pinter juga, sudah berapa lama kamu belajar
tassawwuf/spritual?"
Aku menjawab "sudah
sekitar hampir 7 tahun, mbah." Lalu orang gila itu berkata sambil menepuk
pahanya :
"Sudah 7 tahun masa
kamu ora mudeng dan tidak tahu wali tanpa nama dan tanpa gelar, memangnya
gurumu tidak mengasih tahu?"
Aku menjawab, "Saya
sering membaca dan mendengar suhbah dari guru saya mbah, tapi saya belum tahu
dan belum pernah dengar ada wali tanpa nama dan tanpa gelar, dan guru sayapun
tidak pernah menyebutkan siapa wali tersebut?"
Orang gila itu tertawa
terkekeh-kekeh lalu berkata, "Sebenarnya gurumu ada menyebutkannya bahkan
berulang-ulang kali menyebutkannya hanya saja kamu aja yang ga faham-faham
dengan maksud gurumu, lagi pula sebutannya wali tanpa nama dan tanpa gelar
jelas gurumu tidak tahu nama wali tersebut dan tidak tahu gelar wali tersebut
tapi kamu sendiri tahu siapa wali tersebut, bahkan wali tersebut begitu dekat
denganmu."
Aku bergumam dalam hati,
"Apaaa??”
Aku mengenal wali tersebut?
Siapa dia?
Orang gila itu tertawa
terkekeh-kekeh "he .. he ... he ... Wali tanpa nama dan tanpa gelar itu
adalah orangtuamu sendiri, nah sekarang aku tanya kamu memangnya aku kenal
siapa nama orangtuamu dan gelar orangtuamu? Yach aku mana tahu."
Aku jadi tambah bingung
lalu semakin bertanya-tanya.
"Orangtuaku? maksud
mbah orangtuaku adalah wali tanpa nama dan tanpa gelar? Mengapa bisa begitu
mbah?"
Orang gila itu mulai
menatap mataku dengan tajam, lalu bangkit dari duduknya lalu berkata :
"Apakah kau tidak tahu
tentang Uwaisy al Qorni, salah satu sahabat yang tidak pernah bertemu NABI
secara fizikal dan juga seorang wali? Apa yang menyebabkan dia memiliki darjat
yang begitu agung hingga namanya terkenal di langit walau di bumi tak ada
seorangpun mengenalnya? Kau tahu??!!
"Sahabat Uwaisy al
Qorni berkata bahawa ibunya pernah berkata dan mendoakannya "Anakku Uwaisy
aku tahu hatimu begitu sangat mencintai dan menginginkan dapat bertemu NABI
MUHAMMAD SAW, namun kini kau datang padaku dengan wajah dirundung sedih kerana
tak berhasil menemui RASULULLAH SAW dan kau memilih segera pulang kerana
memikirkan dan mengkuatirkan aku ibumu ini nak, dan aku redha padamu, YA ALLAH,
kau MAHA TAHU, saksikanlah bahawa sesungguhnya aku telah redha pada anakku,
maka terimalah redha ku ya ALLAH dan redhailah anakku Uwaisy."
Dan apa kau tidak kau tahu
bahawa SHULTONUL AWLIYA SYEIKH ABDUL QODIR JAILANI, di masa kecilnya ketika dirompak
malah berkata jujur tentang kantung emas yang ia bawa, perompak itu hairan
mengapa ia malah jujur mengatakan kantung emas yang dibawanya padahal setiap
orang yang mereka rompak selalu berbohong tentang bawaannya dan berusaha
menyembunyikannya dari mereka, lalu kau tahu apa kata SYEIKH ABDUL QODIR
JAILANI? Beliau berkata, "Ketika aku hendak bepergian menuntut ilmu ibuku
berpesan, "Anakku .. Bila engkau bertemu dengan siapapun maka jujurlah
jangan berbohong, sungguh ibu lebih ridho bila engkau jujur sekalipun engkau
harus kehilangan harta dan perbekalanmu daripada kau harus kehilangan
kejujuranmu." “Lihatlah ibumu, berapa lama dia menanggung dirimu dalam
perutnya? Apakah kau sanggup menahan perih dan pedih seperti dirinya hanya
untuk menginginkan kau lahir di dunia hingga bertaruh nyawa agar kau terlahir sihat
dan selamat?? Apakah kau pernah memikirkan hal ini?”
Itu kekuatan ALLAH SWT yang
dianugerahkan kepada ibumu melalui RAHMAN dan RAHIMNYA , ini adalah sumber
kekuatan para AWLIYA."
Aku diam seribu bahasa rasa
hati ini ingin menangis sejadi-jadinya, aku serasa dihakimi dalam hari
perhitungan...
Lalu orang gila itu berkata
lagi, "KAU BANGGA DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH PARA WALI TAPI, PERNAHKAH KAU
BANGGAKAN DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH IBUMU YANG ALLAH SWT anugerahkan kepadamu?
PERNAHKAH KAU BANGGA DAN
TAKJUB DENGAN KAROMAH IBU YANG MENGAJARKAN BERKATA-KATA KETIKA KAMU MASIH
BAYI??
Tidurnya sedikit kerana kau
selalu nangis dan rewel sebagaimana para AWLIYA yang tidurnya sedikit kerana
memikirkan ummat NABI MUHAMMAD SAW yang banyak berkeluh kesah..
Apakah kau tak tahu kalau
itu adalah bukti karomah ibumu? Tidakkah kau pernah mendengar kalimat ini.
"Redha orangtua adalah
redhanya ALLAH, para awliya mereka menjadi Wali Quthb disebabkan redha dari
orangtua mereka, tidakkah kau sedar bahawa doa dan harapan kedua orangtuamu
hampir setara dengan Wali Quthb?"
Astaghfirullah ...
ampuuunnn .... mendengar celotehan orang gila tersebut seakan petir menyambar
seluruh tubuhku, badanku rasanya hancur binasa ... Ingin sekali aku rasanya
menangis sekuat-kuatnya...
Orang gila itu berdiri lalu
berkata sambil menunjuk ke arahku;
"Lihat dirimu, kelak
kau akan jadi seorang BAPA, apakah kau tahu karomah bapamu selama ini? Lihat
tangannya, lihat punggungnya lihat kulitnya, setiap hari ia membanting tulang
agar kau tetap boleh makan, tetap boleh tertawa, tetap tersenyum, bekerja siang
dan malam hanya untuk mengabulkan segala macam pinta dan rengekmu, ketika kau
kecil dirimu melakukan kesalahan dialah orang yang paling depan membelamu,
ketika kau dalam bahaya dia rela menghadapi bahaya itu untuk menyelamatkanmu,
dia tanggung bebanmu dan ibumu dipundaknya walau kian rapuh dia tetap berusaha
menopang, tidakkah kau sedari bahawa bapamu itu seorang MUJAHID FISABILILLAH
yang setiap hari dia berjuang menafkahi kehidupanmu bertahun-tahun bahkan
berpuluh tahun, dia bapamu adalah MUJAHIDIN kebanggaanmu."
Yaa ROBB, aku seperti
hancur lebur mendengar ocehan orang gila tersebut, bahkan ternyata selama ini
aku yang gila bukan dia, aku melupakan siapa sesungguhnya orangtuaku sendiri,
aku melupakan semua yang mereka beri padaku, bahkan aku sering takjub akan
pesona dan karomah wali tapi aku tak pernah sedar dengan orangtuaku sendiri
yang merupakan wali tanpa nama dan tanpa gelar kewalian...
Sesaat kemudian orang gila
itu berlalu meninggalkanku tanpa sepatah katapun.... Aku mengikuti dia dari
belakang ingin tahu ke mana dia pergi ... Ternyata dia mendatangi 2 gundukan
tanah, dan dia duduk di sana.... Mulutnya komat kamit seperti orang yang
berdialog dan berbicara, namun kerana dia menggunakan bahasa daerah yang tidak
kumengerti aku tidak tahu apa yang dia ucapkan, lalu sesaat kemudian dia
tertawa kebahak-bahak sambil senyam senyum di hadapan 2 gundukan tanah yang
ternyata itu tanah kuburan, tapi aku tak tahu kuburan siapa itu namun aku
berhusnudzon mungkin itu kuburan seorang wali besar, kerana dari celoteh orang
gila itu sepertinya dia tahu betul tentang wali jadi aku fikir itu kuburan
seorang wali ....
Tiba-tiba setelah selesai
dia tertawa, dia diam.... Suasana menjadi hening.... Kemudian kulihat dia mulai
menangis menitiskan airmata dengan suara terisak-isak, tangisan begitu pilu
sampai serasa menyayat hatiku untuk turut menangis... Aku tak tahu apa yang
diucapkannya dalam logat daerah, sambil tangannya mengelus-elus kuburan itu,
tangisan kian jadi bahkan meraung, aku sedih bercampur bingung kerana tak
mengerti dengan bahasa yang diucapkannya... Namun akhirnya aku mengerti mengapa
dia meraung-raung menangis di kuburan yang kusangkakan seorang wali, di tengah
isak tangisnya aku mendengar dia mengucapkan kalimat, "Mbok..." Lalu pada kuburan yang sebelahnya dia berkata,
"mbah..." Aku jadi ingin menangis sejadi-jadinya.... Ternyata itu
kuburan orangtuanya, ternyata itu kuburan seorang wali tanpa nama tanpa
gelar...
Kini aku baru faham mengapa
orang-orang mulai menganggap gila, sebab dia sering tertawa, menangis meraung,
dan bercakap-cakap sendiri di kuburan... Seandainya aku jadi dia mungkin aku
akan sama dengannya menjadi gila kerana ditinggal pergi oleh kedua orang paling
yang disayangi... Aku membalikkan badanku... Bergegas ingin pulang ke rumah
untuk menemui kedua orangtuaku yang masih hidup. Dan aku merasa beruntung masih
memiliki wali tanpa nama tanpa gelar yang masih hidup....
Sepanjang jalan aku berdoa:
"robbighfirlii waliwaalidayya warhamhuma kamaa robbayaanii shogiroo.."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan