Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Jumaat, 27 Disember 2019

U 36 : MUHASSABAH DIRI(SAYANGILAH IBU DAN BAPAMU)

WALI TANPA NAMA DAN TANPA GELAR

Suatu hari aku bertemu dengan orang gila (Al-majnuni Murokab) tak jauh dari makam seorang wali, ia membebel tidak jelas seperti sedang bicara dengan seseorang, dia berbicara seperti ini:

"Andaikan mereka tahu bahawa ada wali "tanpa nama tanpa gelar" yang memiliki kemampuan seperti Wali Quthb nescaya mereka akan datang berbondong-bondong mencium tangan wali tanpa nama tanpa gelar tersebut minta didoakan hajatnya, jika Wali tanpa nama tanpa gelar itu telah wafat nescaya mereka akan berlama-lama dipekuburannya berzikir, berdoa dan bermuhasabah diri meminta ampun kepada ALLAH MAHA PENGAMPUN atas dosa-dosa mereka selama ini. Andaikan mereka tahu jika mereka sami'na wa athona kepada wali tanpa nama tanpa gelar, nescaya ALLAH SWT akan angkat darjatnya, Namun sayang sekali kerana wali tersebut tanpa nama dan tanpa gelar kewalian maka ia seringkali dilupakan dan diabaikan setiap orang."
Aku yang dengar bebelannya kaget dan bergumam, "Hahhh??? Ada wali tanpa nama tanpa gelar yang kemampuannya seperti Wali Quthb? Siapakah wali tersebut?"
Dengan sedikit rasa takut-takut aku dekati dia kerana penasaran ingin tahu siapa sebenarnya wali tanpa nama tanpa gelar tersebut?

Lalu terjadi dialog:

Aku: Maaf mbah tadi saya dengar mbah ada mengoceh panjang lebar dan berbicara tentang wali tanpa nama tanpa gelar, siapakah sebenarnya wali tersebut mbah? Mengapa sedemikian hebatnya wali tanpa nama tanpa gelar tersebut hingga kemampuan dan darjatnya hampir menyamai Wali Quthb?
Orang gila tersebut menoleh ke arahku dan matanya sedikit melotot lalu berkata:
"Sampeyan siapa? Kamu nguping omonganku yach? Apa pentingnya kamu perlu merasa tahu tentang wali tanpa nama?"
Ucapnya dengan nada agak tinggi, Mendengar ucapan suaranya yang agak bernada tinggi terkesan kasar membuat aku sedikit takut dan gentar, lalu berkata:
"Maaf mbah, bukan maksud saya menyinggung mbah, nama saya Bolank saya seorang muhibbun pecinta para wali-wali ALLAH, kadang-kadang saya dan teman-teman seperti M Darjo Huda, Naja Suluk, Ahmad Nawan Nyel berziarah ke makam para wali, saya penasaran dan tertarik dengan wali tanpa nama tanpa gelar yang mbah sebutkan, kalau boleh tahu siapakah wali tersebut mbah?"
Orang gila itu tertawa terbahak-bahak dan berkata: "HA HA HA HA HA HAA..... Dasar bocah goblog, namanya juga wali tanpa nama tanpa gelar, tentu saja aku tidak tahu nama wali tersebut dan apa gelar kewaliannya, kamu ini tampang keliatan pintar tapi ternyata goblog yach, HA HA HA HA HA."
JLEEB, terasa menusuk sekali perkataannya dia menyebut aku anak bodoh dan goblog, wajahku merah padam menahan sedikit emosi, sepertinya aku salah sangka kukira orang gila tersebut orang yang boleh diajak dialog, tapi nyatanya dia sebut aku bocah goblog, yach aku memang goblog namanya juga wali tanpa nama tanpa gelar jadi siapa yang tahu nama wali tersebut? Siapa yang tahu gelar wali tersebut sedangkan wali tersebut tanpa gelar? Ach sudahlah sebaiknya kutinggalkan saja dia, aku pun mulai membalikkan badan dan membuang muka dengan wajah masam hendak meninggalkan orang gila tersebut,
"Hai Kikri mahu ke mana sampeyan, sampeyan ini bagaimana sudah datang tidak mengucapkan salam, malah pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam, baru diejek begitu saja sudah bermuka masam, apakah mursyidmu yang seorang wali qutb tidak mengajarkanmu untuk mengucapkan salam saat datang dan pergi? Apakah mursyidmu yang seorang wali tidak mengajarkanmu untuk boleh bersabar menahan celaan dan hinaan?"
Langkahku terhenti, astaghfirullah .... Betul sekali, aku tadi lupa mengucapkan salam sebelum memulai obrolan dan aku juga pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam dan tak kusangka dia menyebut mursyidku seorang Wali Quthb, sepertinya dia mengenal mursyidku.
Kemudian aku kembali menghampirinya dan berkata "Assalammu' alaikum wr. wb. mbah, mohon maaf mbah atas kelancangan saya kerana datang dan pergi tanpa mengucapkan salam, sekali lagi saya mohon maaf." (sambil mencuba meraih tangannya untuk menyalami dan mencium tangannya), orang gila itu menepis tanganku seraya berkata "wiss sudah, cukup bilang minta maaf dan tak perlu cium tangan segala."
Aku jadi salah tingkah, tiba-tiba suasana hening sejenak beberapa minit, aku diam dan diapun diam suasana serasa seperti di kuburan.
"Ngapain kamu masih disini?"
Annnnccur ... mukaku rasanya merah padam, merasa salah tingkah dan bodoh di hadapan orang gila tersebut, dengan rasa sedikit menahan malu aku tetap memberanikan diri untuk bertanya:
"Maksud saya adalah ingin tahu siapa sebenarnya wali tanpa nama tanpa gelar yang mbah katakan saat saya mencuri dengar."
Orang gila bertanya, "Kamu ini ga pinter pinter juga, sudah berapa lama kamu belajar tassawwuf/spritual?"
Aku menjawab "sudah sekitar hampir 7 tahun, mbah." Lalu orang gila itu berkata sambil menepuk pahanya :
"Sudah 7 tahun masa kamu ora mudeng dan tidak tahu wali tanpa nama dan tanpa gelar, memangnya gurumu tidak mengasih tahu?"
Aku menjawab, "Saya sering membaca dan mendengar suhbah dari guru saya mbah, tapi saya belum tahu dan belum pernah dengar ada wali tanpa nama dan tanpa gelar, dan guru sayapun tidak pernah menyebutkan siapa wali tersebut?"
Orang gila itu tertawa terkekeh-kekeh lalu berkata, "Sebenarnya gurumu ada menyebutkannya bahkan berulang-ulang kali menyebutkannya hanya saja kamu aja yang ga faham-faham dengan maksud gurumu, lagi pula sebutannya wali tanpa nama dan tanpa gelar jelas gurumu tidak tahu nama wali tersebut dan tidak tahu gelar wali tersebut tapi kamu sendiri tahu siapa wali tersebut, bahkan wali tersebut begitu dekat denganmu."
Aku bergumam dalam hati, "Apaaa??” 
Aku mengenal wali tersebut? Siapa dia?
Orang gila itu tertawa terkekeh-kekeh "he .. he ... he ... Wali tanpa nama dan tanpa gelar itu adalah orangtuamu sendiri, nah sekarang aku tanya kamu memangnya aku kenal siapa nama orangtuamu dan gelar orangtuamu? Yach aku mana tahu."
Aku jadi tambah bingung lalu semakin bertanya-tanya.
"Orangtuaku? maksud mbah orangtuaku adalah wali tanpa nama dan tanpa gelar? Mengapa bisa begitu mbah?"
Orang gila itu mulai menatap mataku dengan tajam, lalu bangkit dari duduknya lalu berkata :
"Apakah kau tidak tahu tentang Uwaisy al Qorni, salah satu sahabat yang tidak pernah bertemu NABI secara fizikal dan juga seorang wali? Apa yang menyebabkan dia memiliki darjat yang begitu agung hingga namanya terkenal di langit walau di bumi tak ada seorangpun mengenalnya? Kau tahu??!!
"Sahabat Uwaisy al Qorni berkata bahawa ibunya pernah berkata dan mendoakannya "Anakku Uwaisy aku tahu hatimu begitu sangat mencintai dan menginginkan dapat bertemu NABI MUHAMMAD SAW, namun kini kau datang padaku dengan wajah dirundung sedih kerana tak berhasil menemui RASULULLAH SAW dan kau memilih segera pulang kerana memikirkan dan mengkuatirkan aku ibumu ini nak, dan aku redha padamu, YA ALLAH, kau MAHA TAHU, saksikanlah bahawa sesungguhnya aku telah redha pada anakku, maka terimalah redha ku ya ALLAH dan redhailah anakku Uwaisy."
Dan apa kau tidak kau tahu bahawa SHULTONUL AWLIYA SYEIKH ABDUL QODIR JAILANI, di masa kecilnya ketika dirompak malah berkata jujur tentang kantung emas yang ia bawa, perompak itu hairan mengapa ia malah jujur mengatakan kantung emas yang dibawanya padahal setiap orang yang mereka rompak selalu berbohong tentang bawaannya dan berusaha menyembunyikannya dari mereka, lalu kau tahu apa kata SYEIKH ABDUL QODIR JAILANI? Beliau berkata, "Ketika aku hendak bepergian menuntut ilmu ibuku berpesan, "Anakku .. Bila engkau bertemu dengan siapapun maka jujurlah jangan berbohong, sungguh ibu lebih ridho bila engkau jujur sekalipun engkau harus kehilangan harta dan perbekalanmu daripada kau harus kehilangan kejujuranmu." “Lihatlah ibumu, berapa lama dia menanggung dirimu dalam perutnya? Apakah kau sanggup menahan perih dan pedih seperti dirinya hanya untuk menginginkan kau lahir di dunia hingga bertaruh nyawa agar kau terlahir sihat dan selamat?? Apakah kau pernah memikirkan hal ini?”
Itu kekuatan ALLAH SWT yang dianugerahkan kepada ibumu melalui RAHMAN dan RAHIMNYA , ini adalah sumber kekuatan para AWLIYA."
Aku diam seribu bahasa rasa hati ini ingin menangis sejadi-jadinya, aku serasa dihakimi dalam hari perhitungan...

Lalu orang gila itu berkata lagi, "KAU BANGGA DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH PARA WALI TAPI, PERNAHKAH KAU BANGGAKAN DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH IBUMU YANG ALLAH SWT anugerahkan kepadamu?
PERNAHKAH KAU BANGGA DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH IBU YANG MENGAJARKAN BERKATA-KATA KETIKA KAMU MASIH BAYI??
Tidurnya sedikit kerana kau selalu nangis dan rewel sebagaimana para AWLIYA yang tidurnya sedikit kerana memikirkan ummat NABI MUHAMMAD SAW yang banyak berkeluh kesah..
Apakah kau tak tahu kalau itu adalah bukti karomah ibumu? Tidakkah kau pernah mendengar kalimat ini.
"Redha orangtua adalah redhanya ALLAH, para awliya mereka menjadi Wali Quthb disebabkan redha dari orangtua mereka, tidakkah kau sedar bahawa doa dan harapan kedua orangtuamu hampir setara dengan Wali Quthb?"
Astaghfirullah ... ampuuunnn .... mendengar celotehan orang gila tersebut seakan petir menyambar seluruh tubuhku, badanku rasanya hancur binasa ... Ingin sekali aku rasanya menangis sekuat-kuatnya...
Orang gila itu berdiri lalu berkata sambil menunjuk ke arahku;
"Lihat dirimu, kelak kau akan jadi seorang BAPA, apakah kau tahu karomah bapamu selama ini? Lihat tangannya, lihat punggungnya lihat kulitnya, setiap hari ia membanting tulang agar kau tetap boleh makan, tetap boleh tertawa, tetap tersenyum, bekerja siang dan malam hanya untuk mengabulkan segala macam pinta dan rengekmu, ketika kau kecil dirimu melakukan kesalahan dialah orang yang paling depan membelamu, ketika kau dalam bahaya dia rela menghadapi bahaya itu untuk menyelamatkanmu, dia tanggung bebanmu dan ibumu dipundaknya walau kian rapuh dia tetap berusaha menopang, tidakkah kau sedari bahawa bapamu itu seorang MUJAHID FISABILILLAH yang setiap hari dia berjuang menafkahi kehidupanmu bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun, dia bapamu adalah MUJAHIDIN kebanggaanmu."
Yaa ROBB, aku seperti hancur lebur mendengar ocehan orang gila tersebut, bahkan ternyata selama ini aku yang gila bukan dia, aku melupakan siapa sesungguhnya orangtuaku sendiri, aku melupakan semua yang mereka beri padaku, bahkan aku sering takjub akan pesona dan karomah wali tapi aku tak pernah sedar dengan orangtuaku sendiri yang merupakan wali tanpa nama dan tanpa gelar kewalian...
Sesaat kemudian orang gila itu berlalu meninggalkanku tanpa sepatah katapun.... Aku mengikuti dia dari belakang ingin tahu ke mana dia pergi ... Ternyata dia mendatangi 2 gundukan tanah, dan dia duduk di sana.... Mulutnya komat kamit seperti orang yang berdialog dan berbicara, namun kerana dia menggunakan bahasa daerah yang tidak kumengerti aku tidak tahu apa yang dia ucapkan, lalu sesaat kemudian dia tertawa kebahak-bahak sambil senyam senyum di hadapan 2 gundukan tanah yang ternyata itu tanah kuburan, tapi aku tak tahu kuburan siapa itu namun aku berhusnudzon mungkin itu kuburan seorang wali besar, kerana dari celoteh orang gila itu sepertinya dia tahu betul tentang wali jadi aku fikir itu kuburan seorang wali ....
Tiba-tiba setelah selesai dia tertawa, dia diam.... Suasana menjadi hening.... Kemudian kulihat dia mulai menangis menitiskan airmata dengan suara terisak-isak, tangisan begitu pilu sampai serasa menyayat hatiku untuk turut menangis... Aku tak tahu apa yang diucapkannya dalam logat daerah, sambil tangannya mengelus-elus kuburan itu, tangisan kian jadi bahkan meraung, aku sedih bercampur bingung kerana tak mengerti dengan bahasa yang diucapkannya... Namun akhirnya aku mengerti mengapa dia meraung-raung menangis di kuburan yang kusangkakan seorang wali, di tengah isak tangisnya aku mendengar dia mengucapkan kalimat, "Mbok..."  Lalu pada kuburan yang sebelahnya dia berkata, "mbah..." Aku jadi ingin menangis sejadi-jadinya.... Ternyata itu kuburan orangtuanya, ternyata itu kuburan seorang wali tanpa nama tanpa gelar...
Kini aku baru faham mengapa orang-orang mulai menganggap gila, sebab dia sering tertawa, menangis meraung, dan bercakap-cakap sendiri di kuburan... Seandainya aku jadi dia mungkin aku akan sama dengannya menjadi gila kerana ditinggal pergi oleh kedua orang paling yang disayangi... Aku membalikkan badanku... Bergegas ingin pulang ke rumah untuk menemui kedua orangtuaku yang masih hidup. Dan aku merasa beruntung masih memiliki wali tanpa nama tanpa gelar yang masih hidup....
Sepanjang jalan aku berdoa: "robbighfirlii waliwaalidayya warhamhuma kamaa robbayaanii shogiroo.."

Posted by Ibnu Tiyar copas from facebook.



Tiada ulasan:

Catat Ulasan