Assalaamu‘alaikum wa
rahmatullahi wa barkaatuhu.
Siapa aku? Ya, aku dari
tiada, sekarang ada, itu juga hanya sebentar, kembali lagi tiada. Aku berasal
dari ayah ibu, datuk nenek, terus ke atas hingga mendarat di datuk manusia,
Nabi Adam dan Bunda Hawa. Ujung-ujungnya kita harus menyebut kita adalah bani
Adam, keturunan Adam ‘alaihis salam.
Sementara bahan dasar
moyang kita itu dari tanah, sekarang di atas tanah, semua yang kulihat dari
tanah, tidak lama lagi aku pun masuk ke dalam tanah. Ya, aku yang selalu apik
merawat tubuh ini, ternyata calon bangkai yang berkalang tanah.
Aku akan masuk ruang sunyi
senyap berbantal tanah, kepala utara, kaki selatan miring ke kiblat. Belatung,
cacing, bau busuk menyerengai dalam daging tulang yang selalu kurawat saat
hidup. Harapan kita tentu Allah menjadikan kuburan kita, Taman SyurgaNya.
Aamiin.
Astaghfirullah, inilah yang
membuat aku terus-menerus memohon ampunanNya. Inilah yang membuatku semangat
dalam beribadah, bernikmat dalam solat, bahagia berlama-lama sujud di
penghujung malam, menangis, dan menyelimuti diri dengan rasa takut akan murka
dan azabNya.
Allahu Akbar, inilah yang
membuat gelora asa terpatri kuat dalam memburu redha dan SyurgaNya; inilah yang
mendesakkan rasa rindu berjumpa denganNya. Inilah energi amal solehku,
dakwahku.
Inilah yang menjadi asbab bersemangat
dalam mencari rejeki yang halal, kuat bestari dalam beramal silaturahim, sayang
pada keluarga, sayang pada semua apalagi pada yang papa lebih-lebih pada
saudara-saudara yang tertindas.
Merenungi siapa aku,
menjadikan diri ini disibukkan dengan perbaikan diri, dan sama sekali tidak
tertarik mencari aib orang lain, aib diri saja seabrek abrek. Lunglai sudah
jika teringat akan siapa diri ini. Tertatih jasad ini dalam mengimbangi gelora
ruh dan hati yang terus berjibaku menujuNya.
Terluap "khouf"
rasa takut hebat kepadaNya dan "rojaa" berharap sangat kepadaNya.
Bergelayut sedih berbaur bahagia. Putaran waktu di dunia ini terlalu sebentar
untuk mengumpulkan bekal hidup selama-lamanya. Sebentar, tetapi menentukan
keadaan di Akhirat kelak. Dunia bukan untuk main-main apalagi maksiat. Umurku
tidak sepanjang perjuanganku. Sementara dosaku banyak, ilmuku kurang, keadaan
inilah membuat waktu hidup ini terasa semakin sebentar.
Duhai kalian, Abah yang
telah berpulang, Mama, anak-anakku, isteri-isteriku, anak-anak yatimku,
anak-anak santriku, keluargaku, guru-guruku, para sahabatku, jamaah zikir, juga
kalian sahabat FBku, instgramku, saudara-sauadaraku di Palestin, Afghan, Irak,
Suriah, Yaman, Mesir, Afrika Tengah, Ughur China, Khasmir, Rohingya, Patani,
Moro dan seluruh umat, juga negeri Indonesia tercinta ini, telah masuk
merenggut hati dan fikiranku.
Diri ini, demi Allah,
sayang semua, cinta semua kerana Allah. Rasanya tidak disebut doa, kecuali
kalian semua bahagian doaku. Aku ingin semua damai dalam naungan SyariatNya dan
hidup bahagia dalam Sunnah NabiNya, sehingga negeri tercinta kita Indonesia
hidup damai aman dalam penuh berkah Allah.
"Allahumma ya Allah
ampunilah diri ini, dan semua kami. Selamatkanlah kami dari semua fitnah dunia
dan kezaliman, dan terimalah mereka yang wafat sebagai syuhada disisiMu...
SubhanAllah air mata ini
terus mengalir dalam oase hati ini kerana sayangnya abang pada antum semua kerana
Allah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan