Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Isnin, 23 Disember 2019

T 192 : KONSEP JIHAD DALAM ISLAM

Oleh: Bilal Atkinson - Inggris.

Penterjemah: A.Q. Khalid(S.96 Al-Alaq : 1-5)

Perintah pertama
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA ini jelas sekali menyuruh beliau untuk menyebarkan ajaran Islam, baik secara lisan mau pun tulisan dan bukan dengan kekerasan, bukan dengan pedang atau pun tindakan agresif apa pun. Kata yang pertama saja sudah menyatakan untuk menyampaikan pesan, memaklumkan ke seluruh dunia akan wahyu dan ajaran ALLAH SUBHANAHU WA TAALA melalui keluhuran Al Quran.

Tak lama kemudian  
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM diperintahkan untuk menyatakan secara terbuka dan merata segala apa yang diwahyukan kepada beliau. Upaya beliau menyampaikan pesan Ilahi ini kepada masyarakat sekeliling beliau di Mekah ternyata hanya membuahkan cemuhan dan memancing kekerasan. Pada awalnya hanya ada empat orang yang beriman kepadanya dan ketika hal ini didengar penduduk Mekah, mereka lantas saja menertawakan dan mencemuh. Dengan bertambah banyaknya ayat Al Quran yang diwahyukan, tambah banyak pula orang-orang yang tertarik dan mengikuti pesan baru itu, terutama para pemuda, yang lemah dan yang tertindas dalam masyarakat Mekah. Apalagi wanita, di mana mereka tertarik kepada agama baru ini kerana agama tersebut memberikan harga diri dan kehormatan kepada mereka di tengah bapa, suami dan putera mereka, suatu hal yang belum pernah mereka nikmati sebelumnya mengingat mereka terkadang diperlakukan lebih buruk dari haiwan.

Keberhasilan
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM ini berimbas buruk terhadap diri beliau dan para pengikut awal. Penduduk Mekah melancarkan laku aniaya yang tambah lama tambah kejam dan buas dengan berjalannya waktu. Mereka menjadi ketakutan bahawa agama baru itu akan mengakar kuat dan agama serta budaya mereka sendiri menjadi hancur kerananya. Kerana rasa takut itulah maka penduduk Mekah yang kafir itu lalu menghunus pedang dan berpesta menjagal para hamba ALLAH yang setia dan benar. Jalan-jalan di kota Mekah menjadi merah oleh darah umat Muslim, namun mereka ini tetap saja tidak membalas. Kerendahan hati dan sikap istiqomah mereka malah mendorong para penganiaya tersebut untuk bertindak lebih kejam lagi di mana mereka memperlakukan umat Muslim dengan cara aniaya dan pelecutan yang ekstrim. Banyak orang tua yang harus menyaksikan anaknya dibantai di depan mata mereka sendiri dan beberapa orang tua disalib di depan mata anak-anaknya.

Apa yang menjadikan orang-orang itu beriman kepada
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, seorang lelaki yang pada waktu itu tidak memiliki kekuasaan atau pun kekayaan, beliau jelas tidak ada menghunus pedang guna memaksa pengikutnya untuk beriman kepadanya dan pesan yang dibawanya. Satu-satunya ‘pedang’ yang digunakan RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM hanyalah Al Quran, sebuah pedang rohani, pedang kebenaran, yang secara alamiah telah menarik hati mereka yang tidak percaya, tanpa suatu agresi dalam bentuk apa pun. Demikian itulah keindahan, keagungan dan daya tarik Islam serta diri MUHAMMAD yang menyiratkan kebaikan dan kasih sehingga mereka ini bersedia menyerahkan nyawa untuk itu. Adalah orang-orang non-Muslim, terutama penduduk Mekah, yang telah mengangkat pedang fisik mereka untuk menyerang umat Muslim guna memaksa mereka kembali kepada ajaran dan agama lama mereka.

Setelah
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM hijrah ke Madinah, kekejaman bangsa kafir Quraish malah tambah melampaui batas. Mereka lantas membunuhi para pengikut lemah yang masih tertinggal di Mekah, termasuk wanita dan anak-anak yatim. Meski RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM beserta banyak dari para sahabat telah hijrah ke Madinah, tetap saja mereka tidak dibiarkan hidup damai. Tetap saja mereka ini diganggu terus di tempat yang baru itu. Pada saat itu agama Islam yang baru muncul itu ditingkar musuh di segala penjuru dan terancam kepunahan. Berkenaan dengan keadaan seperti itulah maka perintah pertama tentang Jihad kecil lalu diwahyukan kepada RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM :

“Telah diperkenankan untuk mengangkat senjata bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah diperlakukan dengan aniaya dan sesungguhnya ALLAH berkuasa menolong mereka.”
(S.22 Al-Hajj : 39)

Para ulama sependapat bahawa ini adalah ayat pertama yang memberi izin kepada umat Muslim untuk mengangkat senjata guna melindungi diri mereka. Ayat ini meletakkan dasar-dasar yang menjadi pedoman bagi umat Muslim dalam melakukan perang defensif. Jelas dikemukakan di situ alasan yang telah mendorong segelintir umat Muslim tidak bersenjata dan sarana lainnya untuk berperang mempertahankan diri setelah menderita dengan sabar sekian lamanya. Mereka menderita aniaya terus menerus selama bertahun-tahun di Mekah dan masih terus diburu kebencian meski telah hijrah ke Madinah. Alasan utama umat Muslim mengangkat senjata adalah kerana mereka telah diperlakukan dengan aniaya. Mereka telah menderita tak terbilang lagi aniaya musuh dan perang telah dipaksakan terhadap mereka.

Ayat Al Quran berikutnya menegaskan inferensi tersebut di mana dinyatakan bahawa izin untuk berperang diberikan kerana umat Muslim telah diusir dari rumah mereka:

“Orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa hak, hanya kerana mereka berkata, “Tuhan kami ialah ALLAH.”  Dan sekiranya tidak ada tangkisan ALLAH terhadap sebagian manusia oleh sebahagian yang lain, maka akan hancurlah biara-biara serta gereja-gereja Nasrani dan rumah-rumah ibadah Yahudi serta masjid-masjid yang banyak disebut nama ALLAH di dalamnya. Dan pasti ALLAH akan menolong siapa yang menolongNya. Sesungguhnya ALLAH Maha Kuasa, Maha Perkasa.”
(S.22 Al-Hajj : 40)

Secara spesifik Al Quran menegaskan bahawa bentuk Jihad ini adalah berperang melawan mereka yang telah menyerang Islam terlebih dahulu, di mana ayat-ayat Al Quran lainnya juga menguatkan hal ini. Umat Muslim hanya boleh mengangkat senjata untuk membela diri terhadap mereka yang telah terlebih dahulu menyerang dan hanya jika umat Muslim memang tertindas dan teraniaya. Hal inilah yang menjadi sukma dan esensi daripada Jihad Islamiah yang sekarang ini banyak disalah-ertikan. Jelas tidak benar sama sekali jika dikatakan bahawa
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM hanya memberikan pilihan kepada umat untuk bai’at atau mati, Islam atau pedang.

Jihad dengan pedang yang terpaksa dilakukan
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM serta umat Muslim awal kerana tekanan keadaan yang khusus, adalah suatu phasa yang bersifat selintas dalam penegakan fondasi Islam. Mereka yang berusaha menghancurkan Islam dengan pedang, akhirnya punah kerana pedang juga. Kecuali ada suatu bangsa atau negara yang memaklumkan perang terhadap umat Muslim dengan tujuan memupus Islam dari muka bumi, tidak ada perang atau pertempuran yang dilakukan umat Muslim yang boleh disebut sebagai Jihad. Tujuan dari umat Muslim dalam mengangkat senjata tidak pernah untuk mengkaliskan siapa pun dari rumah atau harta benda atau pun kemerdekaan mereka. Jihad perang hanya dibenarkan untuk membela diri guna menyelamatkan Islam dari suatu kehancuran, menegakkan kemerdekaan berpendapat disamping juga untuk membantu mempertahankan tempat-tempat ibadah umat agama lain dari kerosakan atau penghinaan. Singkat kata, tujuan utama dari perang yang dilakukan umat Muslim adalah guna menegakkan kebebasan beragama dan beribadah, membela kehormatan diri dan kemerdekaan terhadap serangan tidak beralasan, dan itu pun kalau ada alasan bahawa hal tersebut akan terjadi lagi.

Umat Muslim di masa awal tidak memiliki pilihan lain kecuali berperang kerana mereka terpaksa harus melakukannya. Perang yang bersifat agresif sejak dulu mahu pun kini tetap dilarang oleh Islam. Kekuatan politik negeri-negeri Muslim tidak boleh digunakan untuk ambisi atau pengagulan peribadi, tetapi hanya untuk perbaikan kondisi rakyat yang miskin serta demi pengembangan perdamaian dan kemajuan. Contoh akhbar mengenai hal ini ada pada saat
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM beserta para pengikut beliau kembali ke Mekah dengan kemenangan. Beliau berbicara kepada penduduk Mekah, menyampaikan:

‘Kalian telah melihat betapa sempurnanya janji ALLAH. Sekarang beritahukan kepadaku hukuman apa yang pantas dikenakan kepada kalian atas segala kekejaman dan kebengisan kalian terhadap mereka yang kesalahannya hanyalah kerana mereka telah mengajak kalian untuk menyembah Tuhan yang Maha Esa? Mendengar itu penduduk Mekah menjawab: “Kami ingin engkau memperlakukan kami seperti Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya yang bersalah.”  Mendengar permohonan tersebut,
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM langsung menjawab “Demi ALLAH, kalian tidak akan dihukum sekarang ini dan tidak juga dimurkai.”
(Hisham)

Al Quran menyatakan:

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tak ada lagi fitnah dan supaya agama menjadi seutuhnya bagi ALLAH tetapi jika mereka berhenti, maka sesungguhnya ALLAH Maha Melihat apa-apa yang mereka kerjakan.”
(S.8 Al-Anfal : 39)

Ayat di atas menjelaskan kalau perang hanya boleh dilanjutkan sepanjang masih ada laku aniaya dan manusia belum bebas menganut agama yang mereka sukai. Jika musuh-musuh Islam menghentikan perang maka umat Muslim juga harus berhenti pula.

Bangsa yang paling pantas mendapat hukuman sesungguhnya penduduk Mekah itulah. Kalau Islam memang disiarkan melalui tekanan senjata, maka kejadian kemenangan umat
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM atas Mekah merupakan saat paling tepat guna mengayunkan pedang untuk pembalasan dan penaklukan agar orang-orang masuk ke dalam Islam. Tetapi nyatanya tidak demikian, penduduk Mekah tunduk bukan kerana pedang tetapi kerana kasih sayang. Kasih kepada diri RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM dan kecintaan pada ajaran Al Quran yang mencerahkan kalbu.

Al Quran menyatakan:

“Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bezanya dari kesesatan.”
(S.2 Al-Baqarah : 256)

Ayat di atas mengingatkan umat Muslim secara jelas dan gamblang untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menarik non-Muslim ke dalam agama Islam. Dijelaskan juga alasannya mengapa kekerasan itu tidak perlu digunakan iaitu kerana jalan yang benar telah nyata bezanya dari jalan kesesatan sehingga tidak ada pembenaran untuk menggunakan kekerasan.
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM secara tegas diingatkan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA agar tidak menggunakan kekerasan dalam upaya memperbaiki masyarakat. Status beliau ditegaskan dalam ayat Al Quran:

“Maka nasihatilah, sesungguhnya engkau hanya seorang pemberi nasihat. Engkau bukan penjaga atas mereka.”
(S.88 Al-Ghasyiyah : 21-22)

Ajaibnya ayat di atas itu diwahyukan di Mekah di masa awal himbauan
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM di mana beliau telah diisyaratkan akan memperoleh kekuasaan besar tetapi jangan menggunakannya untuk memaksakan kehendak diri beliau atas orang lain. Pada intinya RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM tidak pernah menarik orang ke dalam agama Islam dengan kekuatan pedang tetapi melalui laku takwa, kasih dan pengabdian beliau kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA yang telah menaklukkan hati para musuh sedemikian rupa sehingga mereka yang tadinya berniat membunuhnya malah kemudian tunduk di kaki beliau dan mempertahankan beliau dari serangan para musuh.

Pada saat haji perpisahan,
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM dalam penutupan Khutbah Perpisahan beliau menyatakan:

“Seperti halnya bulan ini suci, tanah ini tanah suci dan hari ini hari suci, demikian pula halnya Tuhan telah menjadikan jiwa, harta benda dan kehormatan tiap-tiap orang juga suci. Merampas jiwa seseorang atau harta bendanya atau menyerang kehormatannya adalah tidak adil dan salah, sama halnya seperti menodai kesucian hari ini, bulan ini dan daerah ini. Apa yang kuperintahkan pada hari ini dan di daerah ini bererti bukan hanya untuk hari ini. Perintah-perintah ini adalah untuk sepanjang masa. Kalian diharapkan mengingat dan bertindak sesuai dengannya sampai kalian meninggalkan alam dunia ini dan berangkat ke alam nanti untuk menghadap Khalik-mu.”

Sebagai penutup beliau bersabda:

“Apa-apa yang telah kukatakan kepada kalian, sampaikanlah ke pelosok-pelosok dunia. Mudah-mudahan mereka yang tidak mendengarku sekarang akan mendapatkan faedah lebih daripada mereka yang telah mendengarnya.”
(Sihah Sitta, Tabari, Hisyam dan Khamis)

Kepedulian
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM yang sangat atas kesejahteraan umat manusia dan penciptaan kedamaian di seluruh dunia sungguh tidak ada batasnya. Adalah suatu tragedi bahawa dalam masa sekitar seribu tahun terakhir ini para pemuka dan negeri Muslim, sebahagian besar telah mengabaikan hakikat ajaran Al Quran dan RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM semata-mata hanya untuk pemuasan keserakahan dan nafsu kekuasaan atau mencari kekayaan. Mereka berperang satu sama lain untuk memperebutkan kekayaan duniawi dan melalui laku lajak mereka telah menganiaya orang-orang yang tidak berdosa. Secara culas mereka telah mengkhianati bangsanya sendiri dan sesama negeri Muslim hanya untuk mendapatkan kekayaan moneter dan kekuasaan dari musuh-musuh Islam. Sebahagian besar dari pemuka rohani dan duniawi telah menyesatkan bangsanya sendiri dan membawa kebusukan dalam tubuh, fikiran dan jiwa masyarakat. Pada masa kini, beberapa anak muda Muslim secara konyol telah ‘dicuci otaknya’ sehingga menganggap laku barbar, teror, bunuh diri dan pembunuhan yang mereka lakukan akan menjadikan mereka mendapat darjat syuhada. Sesungguhnya mereka ini telah membawa kebusukan ke ambang pintu agama yang katanya mereka cintai. Nama Islam sekarang tidak lagi bernuansa kedamaian melainkan disinonimkan dengan laku teror.

Sebahagian besar negara-negara di dunia pernah melancarkan perang politik tetapi kelihatannya hanya negeri-negeri Muslim yang melaksanakan perang Jihad di mana mereka telah membantai satu sama lainnya. Berkaitan dengan itu perlu kiranya disinggung juga kejadian di New York (peristiwa 11 September) dan apa yang terjadi di Afghanistan dan Timur Tengah di mana ‘Jihad Islam’ telah dilancarkan membabi-buta oleh organisasi-organisasi Muslim ekstrim terhadap bangsa-bangsa non-Muslim.

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM ada mengingatkan bahawa umat Muslim di akhir zaman, terutama para pemuka mereka, akan jauh sekali dari hakikat Islam dan bahkan sebahagian dari mereka akan menjadi seburuk-buruknya makhluk. Para pemuka ini akan menyesatkan para muda-mudi Muslim yang sebenarnya memiliki intelegensi cukup. Para pemuka ini mendidik dan mengindoktrinasi mereka bahawa jika mereka menyerahkan nyawa dalam apa yang mereka katakan sebagai jalan Islam, maka mereka ini akan langsung masuk syurga sebagai suhada. Betapa bohongnya mereka itu dan betapa menipunya. Mestinya umat Islam bertanya kepada para pemuka itu “Atas kewenangan siapa kalian ini membuat pernyataan seperti itu?” Wahai muda-mudi Muslim yang diperintahkan melakukan tindakan mengerikan demikian, kalau seperti kata mereka itu bahawa kalian akan jadi suhada dan masuk syurga, katakanlah kepada mereka silakan tunjukkan teladannya dengan melakukannya sendiri. Tanyakan kepada mereka itu.

“Mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan?”
(S.61 Ash-Shaf: 2)

Laku demikian sama sekali tidak bisa disebut sebagai suatu amal soleh, bahkan lebih merupakan pencemaran nama Islam serta pendurhakaan terhadap firman Tuhan. Al-Quran jelas menyatakan:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta bendamu antara sesamamu dengan jalan batil, kecuali yang kamu dapatkan dengan perniagaan berdasar kerelaan di antara sesamamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya ALLAH Maha Penyayang terhadapmu.”
(S.4 An-Nisa : 29)

Kata-kata ‘janganlah kamu membunuh dirimu’ melarang keras tindakan bunuh diri. Disamping itu apakah mungkin laku pembunuhan orang-orang tidak berdosa dianggap sebagai amal soleh yang akan memberikan izin seorang Muslim masuk pintu syurga? Yang pasti adalah membuka jalan ke pintu neraka! Abu Zaid bin Thabit bin Dhahak meriwayatkan bahawa
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda:

“Barangsiapa yang bersumpah palsu dan tidak mengatakan keadaan yang sebenarnya, sesungguhnya ia bukan dari pengikut Islam sebagaimana ia menganggap dirinya. Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sebuah alat maka ia akan disiksa dengan alat itu pada Hari Penghisaban. Seseorang tidak boleh bersumpah tentang sesuatu yang bukan haknya. Mengutuk seorang mukminin sama saja dengan membunuhnya.”
(Bukhari, Kitab Adab, bab Memanggil dengan nama buruk dan mengutuk)

Dengan demikian para lelaki dan wanita yang menyebut dirinya Muslim yang berencana membunuh dirinya atau mengajak orang lain untuk bunuh diri dengan menggunakan bom sehingga menyebabkan matinya orang-orang yang tidak berdosa, perhatikanlah ayat Al Quran dan Hadith dari Penghulu kalian. Bukan darjat suhada yang akan kalian peroleh tetapi neraka jahanam.

Terorisme di abad modern ini sama sekali bertentangan dengan visi dan penafsiran tentang hakikat Jihad Islamiah. Perang politik tidak boleh disebut sebagai Jihad. Teriakan Jihad terdengar berulang-ulang dan dari berbagai penjuru. Namun apa sebenarnya makna Jihad yang dimaksud
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan RasulNya? Apa yang menjadi Jihad di masa kini yang patut kita ikuti? Al Quran mengemukakan Jihad lain yang disebut sebagai Jihad Akbar sebagai:

“Janganlah mengikuti orang-orang kafir dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran ini dengan jihad yang besar.”
(S.25 Al-Furqan : 52)

Jihad akbar dan hakiki menurut ayat ini adalah melaksanakan dan mengajarkan isi Al Quran. Sekarang ini bukan lagi masanya menghunus pedang tetapi saatnya menggunakan hujjah. Apa yang dimaksud dengan hal ini dan bagaimana caranya kita harus masuk dalam medan laga agar manusia menyedari keindahan Islam dan ajarannya? Salah satu jawapannya adalah dengan memahami makna dari Jihad Fiallah atau Jihad Akbar iaitu Jihad terhadap nafsu dan kecenderungan buruk dalam diri kita, khususnya perjuangan kita melawan Syaitan. Inilah yang dimaksud dengan Jihad hakiki, Jihad individual guna memperbaiki diri menjadi soleh dan hamba ALLAH serta merubah Syaitan-syaitan dalam diri kita menjadi Muslim yang muttaqi agar kita boleh menarik orang lain ke dalam agama Islam. Al Quran menyatakan:

“Barangsiapa berjuang maka ia berjuang untuk dirinya peribadi, sesungguhnya ALLAH Maha Kaya, bebas dari sekalian makhlukNya.”
(S.29 Al-Ankabut:6)

Ayat ini menggambarkan apa yang dimaksud sesungguhnya dengan seorang Mujahid, iaitu orang yang berjuang di jalan ALLAH. Wawasan agung dan luhur yang dilaksanakan secara konsisten dan konstan dalam praktik aktual itulah yang dimaksud sebagai Jihad dalam terminologi Islam, sedangkan orang yang melaksanakan dan mengamalkannya disebut sebagai Muhajid. Kita ini harus menjadi teladan yang sempurna dari ajaran Islam dan untuk itu kita harus memahami ajaran Al Quran serta sunah Rasul.
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM menyatakan bahawa sebaik-baik pernyataan dari keimanan yang hakiki adalah orang lain selalu terpelihara dan hidup damai kerana perlindungan kita. Islam disebut agama yang terbaik ialah jika semua orang aman dari kita dan kita tidak pernah mencederai mereka baik dengan tangan atau pun lidah.
(Bukhari, Kitabul Iman)

Hadith itu merupakan kesimpulan dan teladan sempurna untuk kehidupan kita di dalam masyarakat. Wajib bagi setiap Muslim bahawa perilakunya harus menjadi teladan dan tidak ada siapa pun yang akan dirugikan dengan cara apa pun. Hal ini menjadi bahagian dari keimanan dan senyatanya menjadi dasar dalam hubungan kita dengan
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA. Sebagai seorang mukminin sejati, kita tahu bahawa tujuan utama dalam kehidupan ini adalah mendekati ALLAH SUBHANAHU WA TAALA. Hidup ini singkat sekali dan sebelum kita sedari, separuh usia sudah lewat dengan cepatnya. Kita mengetahui dari Al Quran bahawa hubungan seperti itu boleh diciptakan, namun juga dinyatakan bahawa kita harus berjuang mencarinya. Jika kita perhatikan kehidupan duniawi, kita boleh melihat upaya perjuangan seperti apa yang harus dilakukan guna mencapai keberhasilan. Cara yang sama dengan berjuang di jalan ALLAH akan menuntun kita pada pertemuan dengan WujudNya.

Semestinya kita menilik ke dalam batin sendiri dan melihat berapa banyaknya waktu dan upaya yang dikeluarkan bagi kerohanian setiap harinya. Apakah ada kita berupaya setengah atau bahkan seperempat dari tenaga dan waktu yang dikeluarkan untuk dunia? Apakah hati kita sesungguhnya mendambakan kasih
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA sebagaimana halnya mendambakan kemewahan dunia? Apakah ada kita menghabiskan waktu yang banyak untuk berdoa, membaca Al Quran, membelanjakan harta dan waktu di jalan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA? Apakah hati kita ada menangis melihat penderitaan saudara-saudara kita dan apakah ada kita berupaya datang kepada mereka dengan tulus hati menyampaikan pesan Ilahi? Adakah kita mematuhi sepenuhnya ketentuan dan peraturan dalam Kitabullah, kerana sesungguhnya tidak ada petunjuk yang lebih baik daripadanya. Semua ketentuan dan peraturan tersebut adalah bagi kemaslahatan kita sendiri. Siapa yang mengetahui jalan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA yang terbaik kecuali ALLAH SUBHANAHU WA TAALA sendiri? Kita semestinya mematuhi kaedah Ilahi guna memastikan bahawa kita terpelihara dari pengaruh jahat internal mahupun eksternal diri kita serta mencerahkan perjalanan rohani. Semua itu memerlukan perubahan dalam kebiasaan dan gaya hidup yang selama ini dianut. Fikiran dan pandangan perlu diubah dan dimodifikasi. Upaya demikian adalah berat dan melelahkan tetapi semua perjuangan memang berat dan menyakitkan adanya.

Orang-orang yang hidup berdasarkan pedoman Tuhan dan selalu berjuang di jalanNya maka mereka menjadi teladan hidup dari hamba-hamba ALLAH. Mereka kelihatan menonjol dibanding lingkungannya. Ada perubahan sempurna dalam internal dan eksternal peribadi mereka sehingga orang-orang lain akan terpana dan menghormati mereka kerana adanya nur Ilahi yang bersinar dari wajah mereka. Mereka itu senyatanya menjadi bukti hidup dari ayat Al Quran bahawa:

“Dan tentang orang-orang yang berjuang untuk bertemu dengan Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. Dan sesungguhnya ALLAH beserta orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(S.29 Al-Ankabut:70)

Kata Jihad itu mencakup keseluruhan aktiviti positif yang harus dilakukan seorang Muslim dan kita semua harus berlaku sebagai Mujahid yang secara istiqomah memperbaiki diri. Berjuang demi
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA memerlukan tekad bulat dan keteguhan hati, di mana hal ini tidak mungkin boleh dicapai tanpa keimanan, pemahaman dan keyakinan yang hakiki kepada Wujud Maha Agung yang Maha Kuasa serta kepastian adanya kehidupan setelah kematian. Jika seorang Muslim meyakini bahawa keimanannya itu benar adanya, agama yang dianutnya itu juga benar maka ia tidak perlu takut kepada orang-orang yang berusaha menariknya keluar dari keimanan demikian. Sebaliknya, ia harus menerima mereka di rumahnya dengan senang hati dan melalui amal dan kata yang soleh, in syaa ALLAH, boleh menarik mereka ke dalam agamanya.

Sebelum masuk menjadi Muslim Ahmadiyah sekitar 14 tahun yang lalu, saya selalu berusaha selama hampir dua tahun untuk menarik seorang teman Ahmadi ke dalam agama Kristian. Teman ini sama sekali tidak mengambil sikap permusuhan, malah ia banyak mengajarkan kepada saya kebenaran agamanya dalam kata dan amal perbuatan, sehingga akhirnya tidak saja saya malah jatuh cinta kepada agama Islam, bahkan aku mencintai teman ini sebagaimana seseorang mencintai saudara kandungnya sendiri. Ia selalu menempatkan agama dan kewajipan agama di muka segalanya, bahkan kepentingan keluarganya sendiri. Melalui kata-kata dan amalnya yang soleh serta mengikuti teladan
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM, ia ini tidak saja berhasil menyeru saya tetapi juga banyak orang Inggeris lainnya ke dalam Islam yang hakiki. Ia melaksanakan Jihad hakiki, tidak dengan kekerasan tetapi dengan ajakan yang lembut. Ia banyak mengalami rintangan namun kesabaran dan sifat istiqomahnya, terlebih lagi kecintaannya kepada sang Khalik, telah menjadikan dirinya sebagai penyeru kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA yang paling berhasil. Pedih hati ini menyaksikan laku ketidakadilan yang ditimpakan bangsa-bangsa Barat terhadap umat dan negeri-negeri Muslim. Tetapi lebih menyedihkan lagi menyaksikan tindakan orang-orang yang menyebut dirinya Muslim yang mencanangkan Jihad terhadap siapapun yang tidak sependapat dengan penafsiran mereka tentang ajaran Islam di mana mereka melakukan tindak kekejaman yang memalukan atas nama Islam. Bagaimana boleh mereka menarik minat orang lain kepada agama Islam?

Betapa menyedihkan dan memalukan bahawa seorang yang asing sama sekali dan tidak pernah merugikan kita dan sedang menjalankan perintah kedinasannya, lalu ditembak mati tanpa alasan sehingga isterinya menjadi janda, anak-anaknya menjadi yatim serta tempat tinggalnya menjadi rumah berkabung. Hadith mana dan ayat Al Quran mana yang memerintahkan tindaklaku yang keji seperti itu? Apakah ada seorang saja ulama  yang boleh memberikan jawapan atas pertanyaan ini? Umat awam yang tidak berpengetahuan, begitu mendengar kata Jihad lalu menjadikannya sebagai pembenaran untuk memenuhi nafsu peribadi mereka sendiri.

 * Bilal Atkinson adalah seorang Inggeris pensiunan polisi dan sekarang menjadi Amir Muballigh Wilayah Ahmadiyah dari bahagian Timur Laut Inggeris.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan