Begitu juga dengan dosa-dosa halus yang tersembunyi dengan akibat
manusia bersangkutan tidak boleh mencapai darjat kerohanian yang luhur.
Bentuknya adalah dosa-dosa akhlak yang menimbulkan gangguan dalam kehidupan
sosial. Perbezaan sedikit saja dalam status sosial telah menimbulkan
kedengkian, kebencian, kecemburuan, kemunafikan dan ketakaburan di mana
seseorang lalu memandang rendah saudaranya. Kalau ada seseorang yang melakukan
solat secara patut selama beberapa hari dan orang-orang memujinya kerana itu,
ia lalu menjadi korban kesombongan dan rasa harga diri tinggi sehingga
kehilangan ketulusan yang sebenarnya menjadi tujuan pokok daripada peribadatan.
Jika Allah SWT mengurniakan kekayaan, pengetahuan, status sosial yang
tinggi atau kehormatan, orang cenderung mulai memandang rendah saudaranya yang
lain yang tidak memperoleh kurnia tersebut. Disebabkan sifat keras kepala atau
rasa permusuhan, hubungan seseorang dengan saudaranya menjadi buruk, biasanya
ia cenderung menyibukkan dirinya siang dan malam mencari-cari kesalahan
saudaranya atau mengadukannya kepada yang berwenang dengan cerita kelemahan
yang dikarang-karang agar ia boleh menggantikan posisi saudaranya itu, padahal
ia sendiri yang mempunyai kelemahan dimaksud.
Semua itu merupakan dosa-dosa tersembunyi yang sulit dibuang. Sifat takbur/kesombongan
termasuk di dalamnya dan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Para pemuka
agamapun juga ada yang menderita penyakit ini berkaitan dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Mereka menyibukkan diri sepanjang waktu mencari-cari
kesalahan satu sama lain di bidang intelektual dengan tujuan mempermalukan dan
merendahkan yang lainnya. Sulit sekali mengenyahkan dosa-dosa halus seperti itu
padahal termasuk dosa yang tidak diampuni menurut kaedah Ilahi.
Tidak hanya manusia awam yang terjangkiti dosa ini, kerana juga terdapat
pada orang-orang yang biasa menghindari dosa-dosa umum serta dipandang sebagai
ulama, cendekiawan atau mereka yang berdarjat tinggi. Terhindarnya dari
dosa-dosa tersembunyi tersebut bagaikan sejenis kematian. Sampai seseorang
lepas dari kegelapan dosa demikian maka ia tidak akan pernah mencapai kesucian
nurani dan menjadi pewaris dari segala anugerah dan keluhuran yang dikurniakan
Allah SWT kepada mereka yang telah disucikan kalbunya.
Beberapa orang menganggap dirinya telah lepas dari keburukan akhlak
demikian, tetapi ketika mereka bertemu dengan orang lainnya, langsung saja
mereka bangkit dan tidak mampu menekan perasaan memandang diri lebih serta
ketakburan mereka dengan memperlihatkan manifestasi akhlak rendah yang mereka
kira telah mereka tinggalkan. Pada saat seperti itulah akan terlihat bahawa
mereka sebenarnya belum lepas dari dosa-dosa dimaksud dan belum memperoleh
kemaslahatan serta masih jauh dari tingkat kesucian kalbu yang menjadi ciri
dari orang-orang muttaqi.
Semua ini menunjukkan bahawa kesucian akhlak adalah suatu hal yang
sangat sulit dicapai dan tak mungkin diperoleh tanpa rahmat Allah SWT. Rahmat
demikian boleh diperoleh dengan tiga cara, iaitu, pertama, berusaha dan
berencana, kedua, solat dan berdoa, dan ketiga, memelihara silaturrahmi dengan
seorang yang muttaqi.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan