Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Selasa, 24 Disember 2019

T 199 : KESOMBONGAN, DOSA YANG SULIT DIHINDARI

Sesungguhnya mudah bagi seseorang meninggalkan dosa-dosa besar, namun ada beberapa dosa yang bersifat halus dan tersembunyi sehingga tidak disedari seseorang, atau kalau pun yang bersangkutan menyedarinya tetap saja sulit baginya untuk membuangnya. Sebagai contoh, demam typhus yang merupakan penyakit berat yang diikuti demam tinggi, boleh segera diubati dengan ubat yang tepat, tetapi tuberkulosis yang bekerja diam-diam tak terlihat malah lebih sulit pengubatannya.

Begitu juga dengan dosa-dosa halus yang tersembunyi dengan akibat manusia bersangkutan tidak boleh mencapai darjat kerohanian yang luhur. Bentuknya adalah dosa-dosa akhlak yang menimbulkan gangguan dalam kehidupan sosial. Perbezaan sedikit saja dalam status sosial telah menimbulkan kedengkian, kebencian, kecemburuan, kemunafikan dan ketakaburan di mana seseorang lalu memandang rendah saudaranya. Kalau ada seseorang yang melakukan solat secara patut selama beberapa hari dan orang-orang memujinya kerana itu, ia lalu menjadi korban kesombongan dan rasa harga diri tinggi sehingga kehilangan ketulusan yang sebenarnya menjadi tujuan pokok daripada peribadatan.

Jika Allah SWT mengurniakan kekayaan, pengetahuan, status sosial yang tinggi atau kehormatan, orang cenderung mulai memandang rendah saudaranya yang lain yang tidak memperoleh kurnia tersebut. Disebabkan sifat keras kepala atau rasa permusuhan, hubungan seseorang dengan saudaranya menjadi buruk, biasanya ia cenderung menyibukkan dirinya siang dan malam mencari-cari kesalahan saudaranya atau mengadukannya kepada yang berwenang dengan cerita kelemahan yang dikarang-karang agar ia boleh menggantikan posisi saudaranya itu, padahal ia sendiri yang mempunyai kelemahan dimaksud.

Semua itu merupakan dosa-dosa tersembunyi yang sulit dibuang. Sifat takbur/kesombongan termasuk di dalamnya dan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Para pemuka agamapun juga ada yang menderita penyakit ini berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya.  Mereka menyibukkan diri sepanjang waktu mencari-cari kesalahan satu sama lain di bidang intelektual dengan tujuan mempermalukan dan merendahkan yang lainnya. Sulit sekali mengenyahkan dosa-dosa halus seperti itu padahal termasuk dosa yang tidak diampuni menurut kaedah Ilahi.

Tidak hanya manusia awam yang terjangkiti dosa ini, kerana juga terdapat pada orang-orang yang biasa menghindari dosa-dosa umum serta dipandang sebagai ulama, cendekiawan atau mereka yang berdarjat tinggi. Terhindarnya dari dosa-dosa tersembunyi tersebut bagaikan sejenis kematian. Sampai seseorang lepas dari kegelapan dosa demikian maka ia tidak akan pernah mencapai kesucian nurani dan menjadi pewaris dari segala anugerah dan keluhuran yang dikurniakan Allah SWT kepada mereka yang telah disucikan kalbunya.

Beberapa orang menganggap dirinya telah lepas dari keburukan akhlak demikian, tetapi ketika mereka bertemu dengan orang lainnya, langsung saja mereka bangkit dan tidak mampu menekan perasaan memandang diri lebih serta ketakburan mereka dengan memperlihatkan manifestasi akhlak rendah yang mereka kira telah mereka tinggalkan. Pada saat seperti itulah akan terlihat bahawa mereka sebenarnya belum lepas dari dosa-dosa dimaksud dan belum memperoleh kemaslahatan serta masih jauh dari tingkat kesucian kalbu yang menjadi ciri dari orang-orang muttaqi.

Semua ini menunjukkan bahawa kesucian akhlak adalah suatu hal yang sangat sulit dicapai dan tak mungkin diperoleh tanpa rahmat Allah SWT. Rahmat demikian boleh diperoleh dengan tiga cara, iaitu, pertama, berusaha dan berencana, kedua, solat dan berdoa, dan ketiga, memelihara silaturrahmi dengan seorang yang muttaqi.
(Khutbah-khutbah, hal. 17-18).



Tiada ulasan:

Catat Ulasan