Orang yang cerdas dan
berfikiran sihat adalah mereka yang mengelola (me-manage) amal-amalnya sehingga
semua kegiatan mereka menjadi sempurna.
Langkah awal yang harus diperhatikan oleh seorang
hamba dalam ber-suluk adalah menyucikan
dan mendidik nafsu serta menyempurnakan akhlak. Bagi seorang sâlik
usaha penyucian nafsu lebih utama dari pada memperbanyak ibadah sunnah, seperti
solat sunnah, puasa sunnah dan sejenisnya. Kerana, seorang hamba tidak
layak menghadap Allah SWT dengan hati dan nafsu yang kotor. Ia hanya akan
melelahkan dirinya, sebab amal yang ia kerjakan mungkin justeru membawanya
ke arah kemunduran.
Jika seseorang tidak menangani urusannya
secara arif, maka dikhuatiri ia akan tersesat dan mengalami kemunduran. Kerana
itu seseorang hendaknya selalu memelihara sir-nya (nurani) dan memanfaatkan
waktu yang ia miliki. Jangan sekali-kali ia membiarkan hatinya kosong dari fikr
(pemikiran) yang dapat melahirkan ilmu. Dan jangan sampai ia mengerjakan suatu
perbuatan tanpa niat yang benar, kerana niat adalah ruh amal.
Jika hati seseorang tidak mampu mewadahi
fikr (pemikiran) yang dapat melahirkan ilmu dan niat-niat soleh, maka ia
seperti haiwan liar. Dalam keadaan demikian manusia akan terbiasa menghabiskan
waktunya untuk melakukan perbuatan yang sia-sia dan bergaul dengan orang-orang
bodoh. Ia akan melakukan berbagai perbuatan buruk dan tercela. Seorang yang
berakal hendaknya sedar dan memelihara hatinya.
Ketahuilah, keadaan hati yang paling
mulia adalah ketika ia selalu berhubungan dengan Allah SWT. Inilah landasan
amal dan sumber perbuatan-perbuatan yang baik. Cara memakmurkan batin adalah
dengan selalu menghubungkan sir (nurani) dengan Allah SWT, sedangkan cara
merosaknya adalah dengan selalu melalaikanNya. Jika hati seseorang telah
memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT, ia dengan mudah dapat melakukan
berbagai amal dan ketaatan yang boleh mendekatkannya kepada Allah swt.
Ketahuilah, bahawa hati itu bagaikan
cermin, memantulkan bayangan dari semua yang ada di hadapannya. Kerana itu
manusia harus menjaga hatinya, sebagaimana ia menjaga kedua bola matanya.
Orang yang mengkhususkan diri untuk
beribadah kepada Allah swt hendaknya tidak bergaul dengan orang-orang yang
jahat, bodoh dan suka berbuat tercela, sebab perilaku mereka akan mempengaruhi
hati dan memadamkan cahaya bashirohnya.
Seorang pencari kebenaran hendaknya
memperhatikan segala sesuatu yang dapat memperbaiki hatinya. Untuk memperbaiki
hati diperlukan beberapa cara, di antaranya adalah dengan selalu mengolah
fikr (pemikiran) untuk membuahkan hikmah dan asror, banyak berzikir dengan hati
dan lisan, dan juga dengan menjaga penampilan lahiriah: pakaian, makanan,
ucapan, serta semua perilaku lahiriah yang memberikan pengaruh nyata bagi hati.
Seorang pencari kebenaran tidak sepantasnya mengabaikan hal ikhwal hatinya.
(Memahami Hawa Nafsu, Îdhôhu Asrôri
‘Ulûmil Muqorrobîn, Putera Riyadi)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan