Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Khamis, 28 Disember 2017

S 23: SIAPA YANG KENTUT? SILAKAN BERDIRI!

Kisah 1

Dikisahkan, bahawa suatu hari para sahabat sedang berkumpul di masjid. Lalu terciumlah bau kentut di antara mereka, sehingga membuat para sahabat tidak tahan dengan bau tersebut, salah seorang dari mereka berdiri dan berkata, “Barangsiapa yang kentut, silakan bangun.” Hening, tak seorang pun berdiri. Ketika datang waktu Isyak mereka berkata, “Orang yang kentut pasti akan berwuduk setelah ini. Orang itulah yang kentut.”
Setelah itu, para sahabat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang keluar. Masih seperti tadi, tak seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya, mungkin malu.
Lalu Bilal bangun untuk mengumandangkan azan. Kemudian Nabi Muhammad SAW berkata: “Tunggu dulu, aku belum batal, tapi aku hendak berwuduk lagi."
Lalu para sahabat pun ikut berwuduk dan tidak diketahui siapa yang kentut waktu itu.

Kisah 2

Usai solat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Nabi beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap.
Rupanya di antara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Nabi sedikit berubah tanda tidak nyaman. Maka tatkala waktu solat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah SAW berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwuduk!"
Mendengar perintah Nabi tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wuduk. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi. Subhanallah. Sungguh, dalam diri Nabi terdapat teladan yang baik bagi kita semua.

Kisah 3

Kisah tentang menjaga perasaan saudara seiman pun juga terjadi pada seorang ulama, iaitu Syaikh Abdurrahman Hatim bin Alwan. Beliau merupakan salah satu ulama besar di Khurasan pada zamannya. Dikenal dengan Hatim Al A’sham, yang ertinya Hatim si tuli.
Suatu ketika ada seorang wanita yang datang menemui beliau. Namun, tanpa sengaja ia kentut dengan suara yang cukup keras. Wanita itu salah tingkah, menahan malu. Lalu syaikh ini pura-pura tuli, dan meminta si wanita mengulangi pertanyaannya.
Dengan sikap sang syaikh, wanita itu pun merasa sedikit lega. Ia mengira sang syaikh benar-benar tuli. Lalu mereka berbicara dengan saling meninggikan suara.
Wanita itu hidup selama lima belas tahun setelah kejadian tersebut. Selama itu pula Syaikh Hatim pura-pura tuli. Hingga wanita itu meninggal, ia tak pernah tahu kepura-puraan beliau.

Ketiga kisah di atas menceritakan bagaimana seharusnya seorang muslim menjaga kehormatan saudaranya. Bukan malah menertawakannya atau menyebarkan aibnya.
Abu Hurairah berkata, Nabi SAW bersabda :

ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﺘَﺮَ ﻣُﺴْﻠِﻤﺎً ﺳَﺘَﺮَﻩُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻲ ﻋَﻮْﻥِ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪِ ﻣَﺎ ﻛﺎَﻥَ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻓِﻲ ﻋَﻮْﻥِ ﺃَﺧِﻴْﻪِ .

“... siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, ALLAH akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat.”

(Riwayat dan sanadnya....)

ALLAH selalu menolong hambaNya selama hambanya menolong sesamanya. Aamiin…

Tiada ulasan:

Catat Ulasan