Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Khamis, 28 Disember 2017

S 27 : ULANGTAHUN ITU BUKAN DARI ISLAM, BAHASA ARABNYA ULTAH ITU MAULID

Maaf Kawan .Saya Tidak mahu mengucapkan ULTAHmu.
Ternyata ulangtahun ada Dalam Injil Matius 14 : 6 dan Injil Markus 6 :21
Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai keaqidahan,” masih banyak umat Islam yang mengikuti ritual paganisme ini.
Bahkan tidak menutup kemungkinan para ustaz dan ustazahpun ikut merayakannya dan terjebak di dalamnya.
Apalagi penyebarannya di media tv dan media massa lainnya mempublikasikan seremonialnya yang terkadang dilakukan oleh beberapa da’i muda atau yang bergelar ustaz [setengah artis, katanya sih!].

Ditambah lagi kebiasaan ini sudah jamak dan menjadi hal yang seakan-akan wajib apabila ada anggota keluarga, rakan atau sahabat yang memperingati hari lahirnya.
Dan tak kurang kelirunya sejak di taman asuhan kanak-kanak dan sekolah sudah diajarkan secara praktikal langsung bahkan ada termaktub dalam buku-buku kurikulum mereka. Wallahu a’lam.

Semoga ALLAH SUBHANAHU WA TAALA memberikan hidayah kepada mereka. Pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun / pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan Upacara Ulang Tahun, kerana mereka menganggap bahawa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme.

Pada masa Herodeslah acara ulangtahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6; Tetapi pada Hari Ulangtahun Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, di tengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes. (Matius14 : 6) Dalam Injil Markus 6:21

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulangtahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.
(Markus 6:21) Look at the Bible, Matthew 14 : 6 and Mark 6:21; celebrating of birthday is Paganism, and Jesus (Isa, peace be upon him) doesn’t to do it, but Herod. Matthew 14:6 : “But when Herod’s birthday was kept, the daughter of Herodias danced before them, and pleased Herod”. Mark 6:21 : And when a convenient day was come, that Herod on his birthday made a supper to his lords, and the high captains, and the chief men of Galilee.

Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulangtahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kek ulangtahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kek besar dipotong dan lilinpun ditiup. (Baca buku :Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)

Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan selamat ulangtahun kepada keluarga mahupun teman, sahabat pada hari Ultahnya. Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustaz dan ustazah) pun turut serta dalam tradisi jahiliyah ini.

Sedangkan kita sama-sama tahu bahawa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi kita yang mulia MUHAMMAD SHALALLAH ALAIHI WASALLAM, dan kita ketahui Rasulullah SAW adalah orang yang paling tahu cara bermasyarakat, bersosialisasi, paling tahu bagaimana cara menggembirakan para sahabat-sahabatnya.
Rasulullah SAW paling tahu bagaimana cara mensyukuri hidup dan kenikmatannya. Rasulullah SAW paling tahu bagaimana cara menghibur orang yang sedang bersedih.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling tahu cara bersyukur dalam setiap hal yang di dalamnya ada rasa kegembiraan.
Adapun tradisi Ulangtahun ini merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum paganisme, maka Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyelisihinya.
Apakah Rasulullah SAW pernah melakukannya?
Apakah para sahabat Rasululah SAW pernah melakukannya?
Apakah para Tabi’in dan Tabiut tabi’in pernah melakukannya?
Padahal Herodes sudah hidup pada zaman Nabi Isa.
Apakah Rasulullah SAW mengikuti tradisi ini?
Apakah 3 generasi terbaik dalam Islam melakukan ritual paganisme ini?

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM bersabda,

“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).”
(Muttafaq ‘alaih)

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM bersabda,

“Janganlah kalian mencela seorang pun di antara para sahabatku kerana sesungguhnya apabila seandainya ada salah satu di antara kalian yang boleh berinfak emas sebesar Gunung Uhud maka itu tidak akan boleh menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya saja.”
(Muttafaq ‘alaih)

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM pernah bersabda:

“Kamu akan mengikuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam loubang biawak kamu pasti akan memasukinya juga.”
Para sahabat bertanya, “Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?”
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM menjawab: “Siapa lagi jika bukan mereka?”

RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “

Man tasabbaha biqaumin fahua minhum” (Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.”
(HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar)

Allah SWT berfirman;

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”
(QS. Al Baqarah : 120)

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabkannya.”
(QS. Al-Isra’:36) “

“… dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.”
(QS. an-Nuur: 15)

Janganlah kita ikut-ikutan, kerana tidak mengerti tentang sesuatu perkara. Ikut-ikutan memperingati Ulang Tahun, tanpa mengerti dari mana asal perayaan tersebut. Ini penjelasan Nabi SAW tentang sebahagian umatnya yang akan meninggalkan tuntunan beliau dan lebih memilih tuntunan dan cara hidup di luar Islam. Termasuk juga di antaranya adalah peringatan perayaan ultah, meskipun ditutupi dengan label syukuran atau ucapan selamat milad atau Met milad seakan-akan kelihatan lebih Islami.

Ingatlah!

Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasul.

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

 “Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang “tidak ada perintah dari kami padanya” maka amalan tersebut tertolak (iaitu tidak diterima oleh Allah).”
[HR. Muslim]

Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in adalah orang yang PALING MENGERTI AGAMA ISLAM.
Mereka tidak mengucapkan dan tidak memperingati Ulang Tahun, walaupun mungkin sebagian manusia menganggapnya baik.

Fahamilah “Kaedah” yang agung ini;

لو كان خيرا لسبقون اليه

“Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi” seandainya perbuatan itu baik, maka Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in pasti mereka lebih dahulu mengmalkannya daripada kita.*
Kerana mereka paling tahu tentang nilai sebuah kebaikan daripada kita yang hidup di zaman sekarang ini. Jika kita mahu merenung apa yang harus dirayakan atau disyukuri berkurangnya usia kita?
Semakin dekatnya kita dengan kubur?
Sudah siapkah kita untuk itu?
Akankah kita boleh merayakannya tahun depan?

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada ALLAH dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr: 18)

Seorang muslim dia dituntut untuk Muhasabah setiap hari, kerana setiap detik yang dilaluinya tidak akan pernah kembali lagi sampai nanti dipertemukan oleh ALLAH SUBHANAHU WA TAALA pada hari penghisapan, yang tidak ada yang bermanfaat pada hari itu baik anak mahupun harta kecuali orang yang menghadap ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dengan membawa hati yang ikhlas dan amal yang soleh. Jadi, alangkah baiknya jika tradisi jahiliyah ini kita buang jauh-jauh dari diri kita, keluarga dan anak-anak kita dan menggantinya dengan tuntunan yg mulia yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Sahabatmu Anwar Baru Belajar Silakan dibaca juga link ini :
Siapa bilang kalau UlangTahun Tidak ada Kaitannya Dengan Perkara Ibadah? Silakan baca : Sejarah Dan Asal Usul Kue Ulang Tahun
Hukum perayaan hari ulang tahun http://www.facebook.com/profile.php…
Kitabullah (Al Qur’anul Karim) Adalah Kitab Terakhir Yang Diturunkan Oleh Allah, Rabb Semesta Alam. Al Quran Adalah Penghapus Kitab Taurat, Zabur, Injil dan Seluruh Kitab Yang Diturunkan Sebelumnya. http://rumaysho.com/…/2880-kesesatan-dakwah-penyatuan-agama…
Hukum perayaan ulang tahun & mengucapkan selamat ulang tahun.
Dijawab oleh al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad al-Makassari
Berkaitan dengan masalah ini ada dua pembahasan:

Pertama, hukum perayaan ulang tahun itu sendiri.

Kedua, hukum mengucapkan selamat ulang tahun.

Permasalahan pertama telah dibahas oleh asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah dalam kitab al-Qaulul Mufid (1/382). Beliau mengatakan, *“Setiap perkara yang dijadikan ‘ied atau perayaan berulang setiap pekan atau setiap tahun, dan tidak disyariatkan, maka itu termasuk perkara bidaah. Dalil yang menunjukkan bidaahnya perayaan hari ulang tahun (kelahiran) adalah bahawa pembuat syariat ini, iaitu Allah ‘azza wa jalla, yang mewahyukannya kepada NabiNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menetapkan acara aqiqah untuk kelahiran seorang anak dan tidak menetapkan selain dari itu.

Sedangkan kegiatan mereka merayakan hari-hari tersebut yang berulang setiap pekan atau setiap tahun bererti menyamakannya dengan hari raya Islam. Padahal tidak ada dalam Islam kecuali tiga hari raya atau ‘ied iaitu ‘Aidil Adha dan ‘Aidil Fitri, dan ‘Aidil Usbu’ (hari raya tiap pekan), iaitu hari Jumaat. Ini bukanlah perkara adat kebiasaan belaka, kerana dilakukan berulang-ulang.

Oleh kerana itu, tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di kota Madinah dan mendapati kaum Anshar merayakan dua ‘ied, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari raya yang lebih baik dari keduanya, iaitu ‘Aidil Adha dan ‘Aidil Fitri.”[1] Padahal kedua hari yang mereka rayakan itu merupakan perkara yang biasa bagi mereka.”

Begitu pula asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah telah berfatwa yang sama, kata beliau, “Tidak boleh mengadakan perayaan maulid, baik hari kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mahupun (hari kelahiran) selain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kerana sesungguhnya itu merupakan bidaah yang diada-adakan dalam agama ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para al-Khulafa ar-Rasyidin serta yang lainnya dari kalangan sahabat radhiallahu ‘anhum, tidak pernah mengadakannya. Tidak pula para tabi’in dan tabi’ut tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik dari generasi-generasi yang mufadhdhalah (dipersaksikan keutamaannya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari generasi-generasi yang lainnya).

Padahal mereka rahimahumullah adalah orang-orang yang paling mengetahui tentang sunnah dan paling sempurna kecintaan dan mutaba’ahnya (pengikutannya) terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengada-adakan suatu perkara dalam urusan kami (agama ini) yang bukan darinya maka tertolak.”[2]

Kemudian asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah menyebutkan hadits-hadits lainnya dan ayat-ayat Al Quran yang memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiallahu ‘anhum dalam menjalani kehidupan ini. (Majmu’ al-Fatawa, 1/178—182)

Adapun hukum mengucapkan selamat ulang tahun, pembahasannya sama dengan permasalahan pertama kerana merupakan bahagian dari perayaan. Tidak dibenarkan seseorang untuk turut andil dalam menyukseskan acara tersebut, seperti membantu menata ruang tempat acara atau yang lainnya, berdasarkan firman Allah ‘azza wa jalla:

وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ

“Dan janganlah kalian tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.”
(al-Maidah: 2)

Bahkan sekadar hadir pun tidak diperbolehkan, berdasarkan firman ALLAH ‘AZZA WA JALLA:

وَٱلَّذِينَ لَا يَشۡهَدُونَ ٱلزُّورَ

“Dan mereka hamba-hamba ALLAH yang beriman tidak menyaksikan/menghadiri perkara yang mungkar.”
(al-Furqan: 72)

Semoga ALLAH ‘AZZA WA JALLA memberikan hidayah dan taufikNya kepada kita semua sehingga kita terjaga dari amalan yang tidak diredai olehNya.

Wallahu a’lam bish-shawab.

[1] HR. Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, dan yang lainnya, disahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2/442) dan al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud no. 1134.
[2] Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah.



Tiada ulasan:

Catat Ulasan