Sebab adablah yang jadikan
diri ini mudah memahami, menjalankan dan membagikan kembali ilmu. Adablah, yang
akan menjadikan fikiran dan hati terbuka, seperti apapun rupa dan cara sang
guru. Sebab, sekali lagi, guru hanyalah penyampai cahaya. Tanpa kehadirannya,
kita tetap gelap gulita.
Adab belajar, adalah
penyelamat ilmu, cahaya yang datang. Tanpa adab, nafsu kita kan cenderung
pilih-pilih. Tak semua ilmu(meski bermanfaat) menyenangkan dalam
mempelajarinya. Adablah yang akan menjaga nafsu tetap jinak, tekun belajar
meski perlu pengorbanan. Sebab pengorbanan itu, ibarat membersihkan ruangan
kosong penuh debu, hingga bersih, dan layak ditinggali oleh cahaya.
Adab belajar, akan jadikan
diri ini teguh memburu ilmu, dari siapapun ia berasal. Sebab ilmu adalah
cahaya, ubat kerinduan sebelum akhirnya tiba.
Maka kerendahan hati,
adalah pintu masuk aliran ilmu. Pada tiap kejadian ada pelajaran. Namun
layaknya pintu, ia menutup cahaya kala tak dibuka. Pelajaran sebaik apapun tak
pernah masuk, meski ia serupa tamu yang menunggu. Ya, tamu yang menunggu kan pergi
menjauh, tak sudi tuk kembali, jika tak disambut.
Ilmu adalah cahaya. Ia
hadir menerangi fikiran dan jiwa nan gelap. Tapi sungguh seterang apapun ia
menerpa, takkan sanggup merasuk jika dinding keangkuhan terlalu tebal. Sebab
tabiat dinding memang menutupi. Itulah sebabnya pada dinding diperlukan
jendela. Agar cahaya boleh masuk menyibak kegelapan.
Kerendahan hati, adalah
kekayaan di jalan ilmu. Di jalan ilmu, guru dan murid adalah pasangan
pembelajar. Guru lebih dulu tahu, namun tak mesti lebih cerdas. Murid baru
belajar, namun faham bahawa sang guru telah lewati banyak rintangan berisi
jutaan hikmah. Guru sejati enggan tuk berada di atas murid, sebab berarti ia
mesti bekerja sendiri. Guru sejati membimbing murid tuk menjadi sahabat
perjalanan nan sejajar, lalu mengarungi samudera ilmu bersama.
“Ilmu paling berharga
adalah kerendahan hati.”
Hati nan direndahkan,
adalah pintu ilmu. Sebab ilmu layaknya air, hanya mengalir pada tempat yang
lebih rendah. Hati adalah pengendali fikiran dan tubuh. Kala hati direndahkan, fikiran
dan tubuh mengikuti. Kala hati ditinggikan, fikiran dan tubuh menutup diri.
Pada hati yang direndahkan,
ilmu akan hadir meski dari arah nan tak diduga. Sebab ilmu memang tak pilih
kasih. Ia kadang terselip pada hal-hal yang diremehkan manusia. Maka
kesombongan jelas melewatkannya, meski ia benderang di depan mata.
Hati yang direndahkan
demikian peka. Tak sulit baginya menemukan serpihan-serpihan ilmu yang
terserak. Sebab baginya, berlian tetaplah berlian, meski berada ditumpukkan sampah.
Maka ilmu yang paling
berharga adalah ilmu yang mengajarimu kerendahan hati. Tanpanya, ilmu tak
sanggup masuk padamu, meski ia mengantri di depan pintu. Dengannya, ilmu akan
memburumu dengan menggebu. Seorang guru akan membosankan, meski ia menarik, tanpa
kerendahan hatimu. Seorang guru akan mengagumkan, meski ia tak menarik,
berbekal kerendahan hatimu.
Sungguh, kerugian ada pada
diri yang bergelimang kesombongan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan