Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Selasa, 2 Januari 2018

S 110 : BERADAB, SEBELUM BERILMU

Sebab adablah yang jadikan diri ini mudah memahami, menjalankan dan membagikan kembali ilmu. Adablah, yang akan menjadikan fikiran dan hati terbuka, seperti apapun rupa dan cara sang guru. Sebab, sekali lagi, guru hanyalah penyampai cahaya. Tanpa kehadirannya, kita tetap gelap gulita.
Adab belajar, adalah penyelamat ilmu, cahaya yang datang. Tanpa adab, nafsu kita kan cenderung pilih-pilih. Tak semua ilmu(meski bermanfaat) menyenangkan dalam mempelajarinya. Adablah yang akan menjaga nafsu tetap jinak, tekun belajar meski perlu pengorbanan. Sebab pengorbanan itu, ibarat membersihkan ruangan kosong penuh debu, hingga bersih, dan layak ditinggali oleh cahaya.

Adab belajar, akan jadikan diri ini teguh memburu ilmu, dari siapapun ia berasal. Sebab ilmu adalah cahaya, ubat kerinduan sebelum akhirnya tiba.
Maka kerendahan hati, adalah pintu masuk aliran ilmu. Pada tiap kejadian ada pelajaran. Namun layaknya pintu, ia menutup cahaya kala tak dibuka. Pelajaran sebaik apapun tak pernah masuk, meski ia serupa tamu yang menunggu. Ya, tamu yang menunggu kan pergi menjauh, tak sudi tuk kembali, jika tak disambut.

Ilmu adalah cahaya. Ia hadir menerangi fikiran dan jiwa nan gelap. Tapi sungguh seterang apapun ia menerpa, takkan sanggup merasuk jika dinding keangkuhan terlalu tebal. Sebab tabiat dinding memang menutupi. Itulah sebabnya pada dinding diperlukan jendela. Agar cahaya boleh masuk menyibak kegelapan.

Kerendahan hati, adalah kekayaan di jalan ilmu. Di jalan ilmu, guru dan murid adalah pasangan pembelajar. Guru lebih dulu tahu, namun tak mesti lebih cerdas. Murid baru belajar, namun faham bahawa sang guru telah lewati banyak rintangan berisi jutaan hikmah. Guru sejati enggan tuk berada di atas murid, sebab berarti ia mesti bekerja sendiri. Guru sejati membimbing murid tuk menjadi sahabat perjalanan nan sejajar, lalu mengarungi samudera ilmu bersama.

“Ilmu paling berharga adalah kerendahan hati.”
Hati nan direndahkan, adalah pintu ilmu. Sebab ilmu layaknya air, hanya mengalir pada tempat yang lebih rendah. Hati adalah pengendali fikiran dan tubuh. Kala hati direndahkan, fikiran dan tubuh mengikuti. Kala hati ditinggikan, fikiran dan tubuh menutup diri.
Pada hati yang direndahkan, ilmu akan hadir meski dari arah nan tak diduga. Sebab ilmu memang tak pilih kasih. Ia kadang terselip pada hal-hal yang diremehkan manusia. Maka kesombongan jelas melewatkannya, meski ia benderang di depan mata.

Hati yang direndahkan demikian peka. Tak sulit baginya menemukan serpihan-serpihan ilmu yang terserak. Sebab baginya, berlian tetaplah berlian, meski berada ditumpukkan sampah.

Maka ilmu yang paling berharga adalah ilmu yang mengajarimu kerendahan hati. Tanpanya, ilmu tak sanggup masuk padamu, meski ia mengantri di depan pintu. Dengannya, ilmu akan memburumu dengan menggebu. Seorang guru akan membosankan, meski ia menarik, tanpa kerendahan hatimu. Seorang guru akan mengagumkan, meski ia tak menarik, berbekal kerendahan hatimu.


Sungguh, kerugian ada pada diri yang bergelimang kesombongan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan