"Barangsiapa yang berdusta
atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di
neraka."
(HR. Bukhari no. 1291 dan
Muslim no. 4)
By Muhammad Abduh Tuasikal,
MSc. 3 April 2014
Berdusta atas nama Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dosa besar.
Imam Adz Dzahabi dalam
kitab beliau Al Kabair (mengenai dosa-dosa besar) berkata, “Berdusta atas nama
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk kekufuran yang dapat
mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak ragu lagi bahawa siapa saja yang sengaja
berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghalalkan
yang haram dan mengharamkan yang halal bererti ia melakukan kekufuran. Adapun
perkara yang dibahas kali ini adalah untuk bentuk dusta selain itu.”
Beberapa dalil yang dibawakan
oleh Imam Adz Dzahabi adalah sebagai berikut.
Daripada Al Mughirah, ia
mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ
لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas
namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta
atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di
neraka.”
(HR. Bukhari no. 1291 dan
Muslim no. 4)
Dalam hadits yang shahih,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ
لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ
“Barangsiapa berdusta atas
namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.”
(HR. Thobroni dalam Mu’jam
Al Kabir)
Imam Dzahabi juga
membawakan hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang berkata atas
namaku padahal aku sendiri tidak mengatakannya, maka hendaklah ia mengambil
tempat duduknya di neraka.”
Dalam hadits lainnya
disebutkan pula,
يُطْبَعُ الْمُؤْمِنُ عَلَى
الْخِلاَلِ كُلِّهَا إِلاَّ الْخِيَانَةَ وَالْكَذِبَ
“Seorang mukmin memiliki
tabiat yang baik kecuali khianat dan dusta.”
(HR. Ahmad 5: 252. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahawa sanad hadits ini dhoif)
Daripada ‘Ali, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَوَى عَنِّى حَدِيثًا
وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
“Siapa yang meriwayatkan
dariku suatu hadits yang ia menduga bahawa itu dusta, maka dia adalah salah
seorang dari dua pendusta (kerana meriwayatkannya).”
(HR. Muslim dalam
muqoddimah kitab shahihnya pada Bab “Wajibnya meriwayatkan dari orang yang
tsiqoh(terpercaya), juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 39. Al Hafizh Abu
Thohir mengatakan bahawa hadits ini shahih)
Setelah membawakan
hadits-hadits di atas, Imam Adz Dzahabi berkata, “Dengan ini menjadi jelas dan
teranglah bahawa meriwayatkan hadits maudhu’ -dari perawi pendusta- (hadits
palsu) tidaklah dibolehkan.” (Lihat kitab Al Kabair karya Imam Adz Dzahabi,
terbitan Maktabah Darul Bayan, cetakan kelima, tahun 1418 H, hal. 28-29).
Pembahasan ini bermaksud
menunjukkan bahayanya menyampaikan hadits-hadits palsu yang tidak ada asal
usulnya sama sekali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga Allah SWT memberi
taufik dan hidayah.
@ Pesantren Darush Sholihin
Gunungkidul, 3 Jumadats Tsaniyah 1435 H
Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
Tiada ulasan:
Catat Ulasan