Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Rabu, 3 Januari 2018

S 123 : MENGAPA BIDAAH ITU SESAT?

Ada satu pertanyaan yang selalu mengganjal di hatiku, mengapa orang sering mengatakan bidaah itu sesat? Apa sisi kesesatannya? Mohon dijawab dengan jawapan meyakinkan ustad.

Jawapan:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Vonis bidaah itu sesat, bukan pernyataan manusia biasa, namun itu pernyataan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan pernyataan ini sering beliau ulang-ulang dalam pengantar ceramah beliau. Setelah mengucapkan hamdalah dan memuji Allah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya mengatakan,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seburuk-buruk perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bidaah, setiap bidaah adalah kesesatan.”
(HR. Muslim no. 867)

Sebagai penganut setia Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita tentu tidak berhak menggugat pernyataan beliau, ‘setiap bidaah adalah kesesatan.’ Dan kami harap, pertanyaan anda ini juga bukan dalam rangka mempermasalahkan mengapa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memvonis bidaah sebagai kesesatan? Yang seharusnya kita kedepankan adalah mengamini apa yang beliau nyatakan. Ketika beliau mengatakan bidaah itu sesat, seharusnya kita juga mengatakan hal yang sama. Dan seperti itulah yang difahami para sahabat. Mereka menyatakan hal yang sama sebagaimana pernyataan Nabinya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya, sahabat Ibnu Umar pernah mengatakan,

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنًا

“Semua bidaah itu sesat, meskipun manusia menganggapnya baik.”
(as-Sunah li al-Maruzi, no. 68).

Hanya saja terkadang orang ingin tahu, apa latar belakang sehingga bidaah dianggap kesesatan. Di sini kita akan mendekati dari beberapa dalil al Quran, mengapa bidaah itu sesat.

Mengapa Bidaah itu Sesat?
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA memerintahkan umat manusia dan jin untuk beribadah kepadaNya. Konsekuensi dari adanya perintah ini, ALLAH SUBHANAHU WA TAALA mengutus para nabi dan rasul untuk mengajarkan kepada umat manusia tentang bagaimana cara melakukan ibadah itu. ALLAH SUBHANAHU WA TAALA memberikan jadikan penjelasan tentang bagaimana cara beribadah sebagai wewenang para nabi dan rasul.

Layaknya ketika kita mendapatkan tugas dari atasan. Umumnya, dia akan mengajarkan kepada kita prosedur untuk melaksanakan tugas itu. Aturan itu menjadi wewenang atasan kerana dia yang paling tahu tentang cara pelaksanaan tugas itu.

Oleh kerana itu, jika kita perhatikan ayat-ayat al Quran, ALLAH SUBHANAHU WA TAALA banyak memuji orang beriman dalam kitabNya, disebabkan karakter mereka yang selalu mengikuti rasulNya. Di antaranya ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman,

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآَيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ .الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ

“RahmatKu meliputi segala sesuatu. Akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, (iaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi.”
(QS. al-A’raf: 156)

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA juga berfirman, menyebutkan perintah NabiNya agar umatnya mengikuti beliau,

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

“Bahawa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), kerana jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya.”
(QS. al-An’am: 153)

Kemudian di ayat lain, ALLAH SUBHANAHU WA TAALA mempersyaratkan, orang yang mencintai ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, harus mengikuti RasulNya,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai ALLAH, ikutilah aku, nescaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.”
(QS. Ali Imran: 31)

Anda tentu memahami, namanya mengikuti bererti kita memposisikan beliau berada di depan, sementara kita di belakangnya. Konsekuensinya, kita tidak melakukan kreasi, tidak mengarang sendiri terkait tata cara beribadah. Itu ertinya, ketika ada orang yang membuat kreasi dalam ibadah, bererti dia mendahului Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seharusnya ini wewenang Rasul, namun dia ambil alih, kerana dia melakukan satu tata cara ibadah yang belum pernah diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Apa penilaian yang boleh anda berikan dalam kasus ini? Bukankah ini sebuah tindakan yang sangat lancang? Merampas wewenang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebabkan itulah, ALLAH SUBHANAHU WA TAALA menyebut tindakan berkreasi dalam melakukan ibadah (yang diistilahkan dengan bidaah) sebagai tindakan menyekutukan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dalam masalah penetapan syariat (aturan beribadah). Dia menandingi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah penetapan aturan ibadah. ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

“Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain ALLAH yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan ALLAH?”
(QS. as-Syura: 21)

Anda garis bawahi kalimat, ‘mensyariatkan untuk mereka agama’ ertinya aturan itu diyakini sebagai aturan agama, padahal ALLAH SUBHANAHU WA TAALA tidak pernah mengizinkannya. Tidak ALLAH SUBHANAHU WA TAALA izinkan bererti kosong dari dalil. Dan itulah bidaah.
(Simak Jami’ al-Ulum wal Hikam)

Bidaah Sumber Perpecahan di Tengah Umat
Bidaah menyebabkan suara kaum muslimin berbeza-beza dalam menyikapi agama, ALLAH SUBHANAHU WA TAALA menyebut bidaah sebagai tindakan memecah belah umat. Jika semua umat komitmen dengan ajaran RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam, suara mereka akan sama dan hanya satu. ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman,

إنَّ الَّذِين فَرَّقوا دِينَهُمْ وَكانُوا شِيَعاً لَسْتَ مِنْهُمْ في شَيْىءٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamaNya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggungjawabmu kepada mereka.”
(QS. al-An’am: 159)

Ibnu Athiyah mengatakan,

هذه الآية تعم أهل الأهواء والبدع

“Ayat ini mencakup semua pengikut hawa nafsu (aliran menyimpang) dan ahli bidaah.”
(Tafsir Ibn Athiyah, 2/427)

Oleh kerana itu, adalah perlu mengingatkan umat manusia akan bahaya bidaah dan mengajak mereka untuk kembali kepada sunnah, hakikatnya adalah ajakan untuk menyatukan umat. Jika bidaah dibiarkan, dan masing-masing berhak untuk membuat kreasi dalam beribadah, maka umat islam akan terkeping-keping, sesuai keyakinan dan prinsip ajaran masing-masing. Sementara upaya manusia untuk berkreasi, terus berkembang dan tidak pernah berhenti. Sehingga dari satu sekte akan muncul sekte baru. Dan demikian seterusnya.

Betul, mereka masing-masing boleh menahan diri untuk tidak saling mengganggu. Tapi berbeza prinsip menyebabkan mereka tidak akan pernah sehati. Membiarkan bidaah, hakikatnya membiarkan perpecahan. Sekalipun orang liberal menyebutnya sikap toleran. Ini disebabkan liberal tidak akan pernah rela, umat Islam bersatu dalam satu prinsip kebenaran.

Allahu a’lam.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan