Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Rabu, 3 Januari 2018

S 112 : ISTIGHFAR

Imam Ahmad bin Hambal Rahimakumullah (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. Di masa akhir hidupnya beliau bercerita;

Suatu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada keperluan.

Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita;
Begitu tiba di sana waktu Isyak, saya ikut solat berjamaah isyak di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirehat.

Begitu selesai solat dan jamaah selesai, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba Marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya; "Kamu mahu ngapain di sini, syaikh?"

Penjelasan;

Kata "syaikh" boleh dipakai untuk 3 panggilan:
1. untuk orang tua, 
2. Orang kaya ataupun 
3. Orang yg berilmu. 

Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, kerana marbot tahunya sebagai orang tua.
Marbot tidak tahu kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya.
Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih & zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.
Imam Ahmad menjawab, "Saya ingin istirehat, saya musafir."
Kata marbot, "Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid."
Imam Ahmad bercerita,
"Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikuncinya pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid."
Ketika sudah berbaring di teras masjid Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mahu ngapain lagi syaikh?" Kata marbot.  "Mahu tidur, saya musafir." kata imam Ahmad.
Lalu marbot berkata;
"Di dalam masjid gak boleh, di teras masjid juga gak boleh." Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita, "Saya didorong-dorong sampai jalanan."

Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adunan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi.
Ketika imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh; "Mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil."
Kata imam Ahmad, "Baik." Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tetap tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku khas, kalau Imam Ahmad ngajak bicara, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adunan roti sambil (terus-menerus) melafalkan Istighfar. "Astaghfirullah"
Saat memberi garam, “astaghfirullah,” memecah telur “astaghfirullah,” mencampur gandum “astaghfirullah.” Dia sentiasa mengucapkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad memperhatikan terus.
Lalu imam Ahmad bertanya, "Sudah berapa lama kamu lakukan ini?"

Orang itu menjawab; 
"Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan."
Imam Ahmad bertanya;
"Apa hasil dari perbuatanmu ini?"
Orang itu menjawab;
"(Lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat/keinginan yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan ALLAH. Semua yang saya minta yaa Allah...., langsung diwujudkan."

Rasulullah صلى الله عليه وسلم  pernah bersabda;

"Siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya."
Lalu orang itu melanjutkan, "Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah beri."

Imam Ahmad penasaran lantas bertanya;
"Apa itu?"
Kata orang itu;
"Saya minta kepada ALLAH supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad."
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, "Allahu Akbar!  ALLAH telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid sampai ke jalanan ternyata kerana istighfarmu."

Penjual roti itu terperanjat, memuji ALLAH, ternyata yang didepannya adalah Imam Ahmad.
Ia pun langsung memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad.
(Sumber: Kitab Manakib Imam Ahmad)
Wallahu a'lam
Saudaraku dan Sahabatku tercinta..... Mulai detik ini - marilah sentiasa kita hiasi lisan kita dengan istighfar - Bilapun dan di manapun kita berada.

Jangan biarkan postingan ini terputus,

...dan jangan sampai ilmu yang sangat penting ini tidak diamalkan oleh masing-masing diri kita.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan