Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Rabu, 3 Januari 2018

S 117 : REZEKI

Kalau rezeki itu diukur dari kerja keras, maka kuli bangunanlah yang akan cepat kaya.
Jika rezeki itu ditentukan dari waktu kerja, maka warung kopi 24 jamlah yang akan lebih mendapatkannya. Bahkan mungkin mampu mengalahkah KFC dan Mc. DONALD.
Jika rezeki itu milik orang pintar, maka dosen yang bergelar panjang yang akan lebih kaya.
Jika rezeki itu kerana jabatan maka presiden dan rajalah orang yg akan menduduki 100 orang terkaya di dunia.
Rezeki itu kerana kasih sayang ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

"Mengejar rezeki, jangan mengejar jumlahnya tetapi berkahnya."
(Ali bin Abi Thalib)

Meskipun Lari, Rezekimu Akan Tetap Mengejarmu

“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya untuk menjalankan perintah ALLAH sebagaimana ia lari dari kematian, nescaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.”
(HR Ibnu Hibban No. 1084)

Miskin kaya sudah ada yang mengaturnya. Abdurrahman Bin Auf Selalu Gagal Jadi Orang Miskin. Jika tiba-tiba kondisi ekonomi "down", saya selalu terhibur mengingat kisah bisnes Abdurrahman bin Auf, tentang investasinya membeli kurma busuk.

Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, Abdurrahman bin Auf r.a akan masuk syurga terakhir kerana terlalu kaya. Ini kerana orang yang paling kaya akan dihisab paling lama. Maka mendengar ini, Abdul Rahman bin Auf ra pun berfikir keras, bagaimana agar boleh kembali menjadi miskin supaya dapat masuk syurga lebih awal. Setelah Perang Tabuk, kurma di Madinah yang ditinggalkan sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh. Abdurrahman bin Auf ra pun menjual semua hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik sahabat tadi dengan harga kurma bagus.

Semuanya bersyukur. Alhamdulillah. Kurma yang dikuatirkan tidak laku, tiba-tiba laku keras! Diborong semuanya  oleh Abdurrahman bin Auf. Sahabat gembira. Abdurrahman bin Auf ra pun juga gembira. Sahabat lain gembira sebab semua dagangannya laku. Abdurrahman bin Auf r.a gembira juga sebab berharap jatuh miskin!

Masya Allah....hebat. Cuba kalau kita? Usaha diuji sedikit, sudah teriak tak tentu arah. Abdurrahman bin Auf r.a merasa sangat lega, sebab tahu akan bakal masuk syurga dulu, sebab sudah miskin.

Namun.. Masya Allah. Rencana ALLAH SUBHANAHU WA TAALA itu memang terbaik. Tiba-tiba, datang utusan dari Yaman membawa berita, Raja Yaman mencari kurma busuk. Rupa-rupanya, di Yaman sedang berjangkit wabak penyakit menular, dan ubat yang sesuai adalah kurma busuk. Utusan Raja Yaman berniat memborong semua kurma Abdurrahman bin Auf ra dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Allahu Akbar. Orang lain berusaha keras jadi kaya. Sebaliknya, Abdurrahman bin Auf berusaha keras jadi miskin tapi selalu gagal. Benarlah firman ALLAH SUBHANAHU WA TAALA:

"Wahai manusia, di langit ada rezeki bagi kalian. Juga semua kurnia yang dijanjikan pada kalian."
(Qs. Adz Dzariat, 22)

Jadi, yang banyak memberi rezeki itu datangnya dari kurma yang bagus atau kurma yang busuk?
ALLAH SUBHANAHU WA TAALA lah yang memberi rezeki.

Semoga kisah ini dapat menyuntik kembali semangat dalam diri kita semua, yang sedang diuji dalam pekerjaan dan usaha kita, untuk lebih mengutamakan urusan kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dibanding urusan dunia yang sementara ini, aamiin.

Kisah di atas sesuai dengan hadist. Daripada Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‎مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya.
Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.

Lafazh hadits ini milik Ibnu Mâjah rahimahullah.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan