Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Ahad, 31 Disember 2017

S 87 : JAUHI BERPRASANGKA BURUK

RASULULLAH bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا.متفق عليه.

Maksud haditsh:

Daripada Abu Hurairah Ra daripada Rasulullah baginda bersabda: 

“Jauhilah berprasangka buruk, kerana berprasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kamu mencari-cari isu, janganlah kamu suka mencari-cari kesalahan, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu saling membelakangi (memusuhi), serta saling membenci tetapi, jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

(Haditsh riwayat Al-Bukhari : 6064, Muslim : 2563)

S 86 : DOAKU UNTUK SEMUA

Semoga para akhwat dan ikhwan yang kita kenal mahupun tidak kenal yang mengaku muslim di mana saja mereka berada, ditenggelamkan oleh الله dalam hidayah. Sehingga timbul keinginan belajar dan mengamalkan Islam secara sempurna bersama mahramnya, keluarganya, juga mendorong ketaqwaan di lingkungan tempat tinggalnya.

S 85 : MUHASABAH QALBU

Kehidupan tak lain hanyalah rangkaian nafas-nafas yang bila ditahan habis sudah kesempatan kita beramal.
Sesungguhnya kita berada dalam akhir hidup semakin dekat, sementara amal perbuatan dicatat. Kematian, demi ALLAH, mengintai kita, dan neraka dihadapan kita.
Maka waspadalah terhadap ketetapan ALLAH disetiap hari dan malamnya.
Seseorang yang berakal adalah yang sadar bahwa debu akan menjadi tempat berbaring menggantikan kasur, berteman dengan ulat dan serangga. Dan bahwa kiamat kubro waktu kebangkitannya, dan surga atau neraka muara akhirnya. Ia letakkan keyakinan ini dihadapan matanya dimalam dan siang hari, baik sendiri atau ditengah kerumunan.
Ia serius memikirkannya.
Pasti hal itu akan memberikan pengaruh (dalam kehidupannya) dengan izin ALLAH.
Kematian dan apa yang terjadi sesudahnya selalu terbayang saat ia duduk, berdiri, berjalan, atau berbaring. Sehingga dunia terasa remeh baginya dan ia pun tidak memerlukannya.

Wahai Robb-ku bila dosa-dosaku begitu besar dan menumpuk.
Maka aku tahu bahwa maafMU jauh lebih besar.
Bila hanya orang baik yang berhak mengharap kepadaMU.
Kepada siapakah orang berdosa berlindung dan bernaung?
Dengan merendah aku memohon padaMU wahai Robb, sebagaimana engkau perintahkan.
Bila Engkau tolak tanganku, siapakah yang memberiku kasih sayang.
Pikirkanlah hari tua dan kematianmu.
Serta saat engkau dikubur dalam tanah setelah hidup mulia.
Bila engkau telah memasuki liang kuburmu.
Engkau berada di dalamnya hingga hari hisab.
Fikirkan organ-organ tubuhmu ketika.
Terpotong-potong dan terkoyak bagai selembar kulit.
Andai kubur tidak menutupi jasadmu.
Pastilah tanah luas dan bukit-bukit berbau busuk.
Engkau diciptakan dari tanah lalu engkau hidup.
Dan engkau diajari berbicara dengan fasih.
Lalu engkau kembali ke tanah dan tinggal didalamnya.
Seolah-olah engkau tidak pernah keluar dari tanah.
Dan bersegeralah taubat sebelum kematian menghampiri

S 84 : SURAT DARI SYAITAN

Aku melihatmu kelmarin, saat engkau memulai aktiviti harianmu, Kau bangun tanpa sujud mengerjakan subuhmu, bahkan kemudian, kau juga tidak mengucapkan "Bismillah" sebelum memulai santapanmu, juga tidak sempat mengerjakan solat Isyak sebelum berangkat ke tempat tidurmu.
Kau benar-benar teman sejatiku, aku menyukainya. Aku tak dapat mengungkapkan betapa senangnya aku melihatmu tidak merubah cara hidupmu.

Hai bodoh, kamu adalah millikku. Ingat, kau dan aku sudah bertahun-tahun bersama, dan aku masih belum boleh benar-benar mencintaimu. Malah aku masih membencimu, kerana aku benci ALLAH SWT. Aku hanya menggunakanmu untuk membalas dendamku kepada ALLAH SWT.
Dia sudah mencampakkan aku dari syurga, dan aku akan tetap
memanfaatkanmu sepanjang masa untuk membalasNya. Kau lihat, ALLAH menyayangimu dan Dia masih memiliki rencana-rencana untukmu di hari depan.
Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu padaku, dan aku akan membuat kehidupanmu seperti neraka. Sehingga kita boleh bersama dua kali dan tentu saja, hal ini akan boleh menyakiti hati ALLAH SWT.
Aku benar-benar berterima kasih padamu, kerana aku sudah menunjukkan kepadaNya siapa yang menjadi pengatur dalam hidupmu di masa yang kita jalani bersama.

Kita nonton film porno bersama, memaki orang, mencuri, berbohong, munafik, makan sekenyang-kenyangnya, bergosip ria, menghakimi orang, menghujam orang dari belakang, tidak hormat pada orang tua, tidak menghargai masjid, berperilaku buruk.
Tentunya kau tak ingin meninggalkan ini begitu saja. Ayolah hai bodoh, kita terbakar bersama, selamanya. Aku masih memiliki rencana hangat untuk kita. Ini hanya merupakan surat penghargaanku untukmu.

Aku ingin mengucapkan 'Terima Kasih' kerana sudah mengizinkanku memanfaatkan hampir semua masa hidupmu. Kamu memang sangat mudah dibodohi, aku menertawakanmu. Saat kau tergoda berbuat dosa kamu menghadiahkanNya dengan tawa.
Dosa-dosamu sudah mulai mewarnai hidupmu, kamu sudah 20 tahun lebih tua & sekarang aku perlu darah muda. Jadi, pergi dan lanjutkanlah mengajarkan orang-orang muda bagaimana caranya berbuat dosa.
Yang perlu kau lakukan adalah main perempuan, mabuk-mabukan, berbohong, berjudi, bergosip, dan hiduplah seegois mungkin. Lakukan semua ini di depan anak-anak & mereka akan mudah sekali menirunya.
Begitulah anak-anak. Baiklah, aku persilahkan kau bergerak sekarang. Aku akan kembali beberapa detik lagi untuk menggodamu lagi. Jika kau cukup cerdas, kau akan lari sembunyi, dan bertaubat atas dosa-dosamu. Dan hidup untuk ALLAH SWT dengan sisa umurmu yang tinggal sedikit.
Memperingati manusia memang bukan tabiatku, tapi di usiamu sekarang dan kamu tetap melakukan dosa, sepertinya memang agak aneh. Jangan salah sangka dulu, aku masih tetap membencimu kok. Hanya saja, kau harus menjadi orang tolol yang lebih baik di mata ALLAH di sisamu umurmu yang tinggal sedikit.

Yaa ALLAH Yaa Tuhan kami,
Ampunilah dosa hambamu ini,
Dan dosa kedua orang tua kami,
Serta dosa-dosa saudara-saudara kami yang seiman,
Baik yang masih hidup mahupun yang telah mati,

Aamiin yaa robbal alamiin.

S 83 : RENUNGAN BANGUN TIDUR

Dari tidak memiliki apa-apa, kemudian miliki apa-apa, lalu kenapa harus resah dan gelisah memikirkan apa-apa yang hilang dari diri sendiri, padahal sejatinya aku tidak memiliki apa-apapun.
Dari ketiadaan kemudian menjadi ada, lalu kenapa harus resah dan gelisah memikirkan perjalanan hidup, padahal sejatinya aku ini tidak ada.
Dari alam kematian, kemudian aku dihidupkan, lalu kenapa harus resah dan gelisah menghadapi kematian, padahal sejatinya aku ini berasal dari alam kematian, itulah awal kehidupanku.
Dari tidak mengenalmu, kemudian aku mengenalmu, lalu kenapa harus resah dan gelisah memikirkan kepergianmu, padahal sejatinya setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Terima kasih Yaa Allah, Engkau selalu menyedarkanku.

S 82 : MENEBAR KAJIAN SUNNAH - ANTI TAHLILAN, SELAWATAN, YASINAN, MAULIDAN?

Umat diprovokasi dengan anti tahlilan, anti selawatan, anti yasinan, anti maulidan.
Kami tidak anti tahlilan kerana kami selalu memperbanyak membacanya kalimat tauhid tersebut apalagi setiap selesai solat fardhu.

Kami tidak anti selawatan kerana kami selalu mengucapkan selawat setiap menyebut atau mendengar disebutnya nama Nabi sholallahu 'alaihi wa salam.

Kami tidak anti yasinan kerana kami selalu membaca dan menghafal berbagai surah-surah Al Quran tanpa terkecuali surah yasin.

Kami tidak anti maulidan kerana kami selalu berusaha untuk puasa setiap hari Isnin, seperti Nabi sholallahu 'alaihi wa salam menjelaskan bahawa beliau berpuasa di hari Isnin kerana beliau dilahirkan dan menerima wahyu pertama kali di hari Isnin.

Ayo mari tahlillan, selawatan, yasinan dan maulidan sesuai tuntunan Nabi sholallahu 'alaihi wa salam.

Ustaz Ali Musri

S 80 : AL-HIKAM SAYDINA ALI BIN ABI THALIB

Barangsiapa memperbaiki hatinya, nescaya ALLAH akan memperbaiki lahiriahnya.
Barangsiapa beramal untuk agamanya, nescaya ALLAH akan mencukupi urusan dunianya.
Barangsiapa memperbagus apa yang ada di antara dirinya dan ALLAH, nescaya ALLAH akan mencukupi apa yang ada di antara dirinya dan sesamanya.
Orang yang mencari dunia, nescaya dia akan dicari oleh kematian sehingga ALLAH akan mengeluarkannya dari dunia.

Adapun orang yang mencari akhirat, nescaya dia akan dicari oleh dunia sehingga ALLAH akan mencukupi rezekinya.

S 79 : MENEBAR KAJIAN SUNNAH - GHIBAH

Makan Daging (Bangkai) Saudara.
Mulai menyimpan daging korban?
Mungkin kerana bosan setiap hari memakan daging, padahal halal. Anehnya sebahagian kita. Ada yang tak pernah jenuh memakan daging bangkai saudara. Bukan hanya tiap hari bahkan (hampir) setiap saat disantap. Itulah ghibah. Kala ia membicarakan aib seseorang.

A. Harusnya Benci.

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA berfirman,

وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
.

“Dan janganlah sebahagian kalian menggunjing (ghibah) sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya."
(QS Al-Hujurat: 12)

B. Ghibah Atau Dusta

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan definisi ghibah iaitu:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ

“Engkau menyebutkan tentang saudaramu dalam perkara yang dia benci (bila orang lain mengetahui). Seorang sahabat lantas bertanya,

“Bagaimana pandangan engkau wahai Nabi, apabila yang aku sampaikan itu benar ada pada saudaraku..?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Apabila yang engkau katakan itu benar ada padanya, berarti engkau telah mengghibahinya.
Namun jika ternyata tidak ada, berarti engkau telah mengadakan kedustaan atasnya.”
(HR. Muslim: 2589, at-Tirmidzi: 1935, Abu Daud: 4874)

Bila sudah mulai bosan makan daging korban padahal halal.

Mengapa kita masih asyik berbarengan menyantap daging bangkai saudara sendiri padahal itu sangat dilarang.

S 78 : ANGGAPAN ORANG LAIN TERHADAP KITA TERLAMPAU TINGGI

Mereka rasakan kita orang yang baik.
Yang ada semua sifat terpuji. Yang patut dicontohi. Sampai takut nak bersemuka sebab malu dipuji dengan perkara yang memang kita tiada (bukan minta dipuji).

Tapi..........
Kita tahu siapa diri kita sebenarnya. Tiada apa-apa pun yang perlu dibanggakan. Kita tak perlukan semua itu. Hanya harapkan dosa-dosa diampunkan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan digantikan dengan kebaikan.

Biarlah orang lain merasa senang berada bersama kita. Gembira berbicara dengan kita.
Boleh bersenda-gurau. Berkongsi masalah. Teman berbicara walau tak minat apa yang diborakkannya. Dengan harapan di sana nanti adalah sahabat yang menarik tangan kita untuk dibawa masuk ke syurga yang diidamkan(hanya diri yang tahu apa yang berlaku ketika di alam dunia dulu).

Kita kenal siapa kita.
“Yaa Allah!! Kurniakanlah kepada kami sahabat-sahabat yang baik. Jika kami terpesong, dia bimbing kami ke jalan yang benar.” 

Tegur salah silap kami.
Jika kami betul, dia berikan kami semangat untuk maju dan istiqamah untuk mencari redamu. Jadikan sangkaan baik mereka kepada kami itu suatu kenyataan. Hapuskanlah prasangka buruk mereka itu jika ianya ada pada kami dan ubahkanlah kepada perkara yang baik.

Aamiin Yaa Rabbal 'Alamin

S 77 : BAGAIMANALAH KEADAAN KITA NANTI? SUASANA DI ALAM BARZAKH

Daripada Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda maksudnya:

“Jika salah seorang dari kalian dikuburkan, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang hitam dan kedua mata mereka biru.
Salah satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakiir.
Keduanya bertanya :
‘Apakah pendapatmu mengenai lelaki ini?’
Lalu dia menjawab sebagaimana yang pernah dikatakan dahulu:
‘Dia adalah hamba Allah dan RasulNya. Aku bersaksi bahawa tidak ada tuhan yang hak selain Allah dan Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya’.
Keduanya berkata:
‘Kami sudah mengetahui bahawa kamu akan mengucapkan demikian.’
Kemudian kuburnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta dikali tujuh puluh hasta.
Lalu diterangi dan dikatakan kepadanya:
‘Tidurlah.’
Dia berkata:
‘Biarkanlah aku kembali kepada keluargaku untuk mengkabarkan kepada mereka.’
Keduanya berkata:
‘Tidurlah seperti pengantin yang tidak dibangunkan kecuali oleh orang yang paling dia cintai.’
Hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya.
Adapun seorang munafik berkata:
‘Aku hanya mendengar orang-orang mengatakannya lalu aku ikut mengatakannya. Aku tidak tahu.’
Keduanya berkata:
‘Kami sudah tahu mengatakan demikian.’
Lalu dikatakan kepada bumi:
‘Himpitlah dia!’
Lantas bumi menghimpitnya hingga persendiannya hancur.
Dan dia terus diazab di dalamnya hingga Allah membangkitkan dari tempat tidurnya.”
[HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albaani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 1/544].

S 76 : BERHENTILAH, SUDAH WAKTUNYA KEMBALI KE JALANNYA

Ingatlah sudah seberapa lama engkau berpaling dariNya. Renungkanlah seberapa sering engkau mengabaikan peringatanNya. Dan fikirkanlah seberapa banyak nikmat yang terlanjur engkau dustakan?
Tidakkah engkau menyesalinya?
Tidakkah engkau merasa lelah dengan ini semua?
Tidakkah engkau merasa bersalah kepada ALLAH SWT?
Mahu sampai bila?
Ingatkah engkau akan sebuah kepastian bahawa kita semua akan mati?
Lupakah engkau akan datangnya hari perhitungan?
Apa yang akan kau katakan padaNya nanti?
Jangan terlalu terlena saat engkau mengetahui bahawa Dia Maha Penyayang.
Ketahuilah pula bahawa siksaNya pun juga teramat pedih.
Tahukah engkau bahwa ALLAH sudah sebegitu baiknya kepadamu?
Dia yang menjamin segala keperluanmu. Dia yang memberi segala yang baik-baik untukmu. Dia yang tetap menyayangimu, bahkan ketika engkau tidak peduli kepadaNya.

Apa lagi yang kau kejar di dunia yang singkat ini?
Bukankah segala keperluanmu sudah ALLAH jamin?
Ambil saja bahagianmu dan bersyukurlah dengan apapun yang telah Ia beri.
Apalah erti dunia ini?
Bahkan di mata ALLAH dunia ini tidak lebih dari sebelah sayap nyamuk.
Ya, hanya sebatas itu saja.
Tidak ada ertinya sama sekali.
Sebelum semua menjadi sia-sia, Berhentilah,

Sudah waktunya untuk kembali, Kembali ke jalanNya.

S 75 : MUHASABAH DIRI – ORANG BERAKAL

Jika pagi datang, orang yang lalai akan berfikir apa yang akan dikerjakan.
Sedangkan orang berakal akan berfikir, apa yang ALLAH akan lakukan kepadanya.
Imam Ibnu Atha'illah As-Sakandari ra

S 74 : SEJARAH TAHUN BARU 1 JANUARI

Tahukah anda sejarah Tahun Baru 1 Januari?
Semenjak abad ke 46 SM Raja Romawi Julius Caesar mene-tapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun.
Orang Romawi mempersembahkan hari 1 Januari kepada janus, dewa segala dewa gerbang, pintu-pintu dan permulaan (waktu).
Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri iaitu dewa yang memiliki dua wajah, Satu wajah menghadap ke masa depan dan satu wajah lagi menghadap ke masa lalu.
Yang merayakan Malam Tahun Baru dengan cara apapun adalah mereka yang secara tak sedar sudah mngikuti Kaum Penyembah berhala yang merayakan hari janus,
dengan mengitari api unggun, meniup terompet berpesta dan bernyanyi bersama.
Celakalah atas para Peniru Kaum Paganis Romawi yang telah merayakan Malam Tahun Baru atau Hari Janus."
Bagi yang tidak ikut-ikutan selamatlah anda, kerana anda tetap terus berkomitmen dengan Qs. 6:161-163:

"Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya Rabbku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia Ibrahim tidak termasuk orang-orang musyrik.'
"Katakanlah(Muhammad), 'Sesungguhnya solatku, ibadahku dan matiku hanyalah untuk ALLAH, Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)."
Qs.6:79,


"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada ALLAH, yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar. Dan aku bukanlah termasuk orang orang musyrik."

S 73 : DALAM SEMALAM MENJADI PENGANUT 3 AGAMA SEKALIGUS

Nasrani menggunakan loceng untuk memanggil jamaahnya ketika beribadah.
Yahudi menggunakan terompet untuk memanggil jamaahnya ketika beribadah.
Majusi menggunakan api untuk memanggil jamaahnya ketika beribadah.
Dan pada jam 00.00 WIB malam tahun baru, sebahagian umat Islam menggunakan ketiganya dalam satu waktu.
Loceng berbunyi,
Terompet berbunyi,
Kembang api dinyalakan.
Maka malam itu menjadi penganut tiga agama, Nasrani, Yahudi & Majusi.
Malam itu terompet-terompet ditiup oleh bibir-bibir muslimin sebagai tanda kemenangan bagi kaum kufar. Na'udzubillah.
Maka benarlah apa yang telah disabdakan Rasulullah 14 abad yg lalu.
Daripada Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: Rasululah bersabda:

"Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, nescaya kalianpun akan masuk (mengikuti) ke dalamnya.
Mereka (para sahabat) bertanya:
Wahai Rasulullah, apakah mereka kaum Yahudi dan Nasrani?
Lalu beliau berkata, Siapa lagi kalau bukan mereka."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan,

"Tidak diragukan lagi bahawa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nasrani dalam sebahagian perkara."
(Majmu’ Al Fatawa, 27:286)

Daripada Ibnu ‘Umar, Nabi saw bersabda,

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bahagian dari mereka."
(HR.Ahmad 2:50 dan Abu Daud no.4031)

Rasulullah saw bersabda,

"Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami."

(HR.Tirmidzi no.2695)


"GERAKAN JUTAAN UMAT MUSLIM" tidak keluar rumah saat menyambut Tahun Baru Masehi.

S 72 : TAHUN BARU MASEHI BUKAN SESUATU YANG SPESIAL

1. Yang spesial, bukan jam 12 malam, tapi 1/3 malam terakhir.
2. Yang hebat, bukan menunggu detik-detik pergantian tahun, tetapi menunggu azan subuh di masjid.
3. Yang super, bukan begendang, berpesta lalu tidur pagi, tapi tidur lebih awal dan bangun lebih awal (baca: subuh) dengan segar.
4. Yang membahagiakan, bukan menghambur-hamburkan harta dengan pesta pora puranda, tapi sedekah esok di pagi hari lalu dirutinkan di hari-hari selanjutnya.
5. Yang menjayakan, bukan ikut di keramaian acara tahun baru, tapi berjamaah subuh.
6. Yang luar biasa, bukan mendeklarasikan harapan saat kembang api memuncak, tapi saat kita memanjatkan doa kepadaNya.

Baarakallahu Fiikum.

Sabtu, 30 Disember 2017

S 71 : DOA MINTA KAYA DAN LEPAS DARI HUTANG

Beberapa doa berikut boleh diamalkan dan sangat manfaat, berisi permintaan kaya dan lepas dari hutang. Namun tentu saja kaya yang penuh berkah, bukan sekedar perbanyak harta. Apalagi hakikat kaya adalah diri yang selalu merasa cukup.

[1] Doa Meminta Panjang Umur dan Banyak Harta

اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي

Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii wa athil hayaatii ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amalii wagh-fir lii

“Yaa Allah, perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah kurnia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan padaMu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku.”
(HR. Bukhari no. 6334 dan Muslim no. 2480)

[2] Doa Memohon Kemudahan

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

“Yaa Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.”
(HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3: 255)

[3] Doa Agar Terlepas dari Sulitnya hutang

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom

“Yaa Allah, aku berlindung kepadaMu dari berbuat dosa dan sulitnya hutang.”
(HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 5)

[4] Doa Agar Lepas dari hutang Sepenuh Gunung

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak

“Yaa Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram dan cukupkanlah aku dengan kurniaanMu dari bergantung pada selainMu.”
(HR. Tirmidzi no. 3563, hasan kata Syaikh Al Albani)

[5] Doa Dipermudah Urusan Dunia dan Akhirat

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa ‘ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma’aasyii, wa ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa ma’aadii, waj’alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj’alil mauta roohatan lii min kulli syarrin

“Yaa Allah, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah -ya Allah- kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan.”
(HR. Muslim no. 2720)

Yuk amalkan, sebarkan, istiqomahkan!

S 70 : TIGA PULUH TANDA-TANDA HATI KITA KOTOR

1. Gelisah walaupun tiada masalah.
2. Selalu berbangga dengan diri sendiri.
3. Angkuh serta sombong dengan pandang hina terhadap orang lain.
4. Tidak amanah dan mungkir janji.
5. Selalu mengintai keaiban orang dan sebarkannya.
6. Suka mengumpat dan membuka aib orang lain.
7. Gembira melihat orang lain susah dan rendah daripada dirinya.
8. Lidah yang tajam atau tidak menjaga hati orang.
9. Suka menyakiti hati orang dengan sindiran.
10. Berlagak alim semata-mata untuk dipuji orang.
11. Menyampaikan ilmu dengan riak.
12. Menganggap diri lebih hebat daripada orang lain.
13. Berpakaian elok untuk dipuji serta menunjuk-nunjuk.
14. Derhaka kepada kedua-dua ibubapa.
15. Talam dua muka (manis di depan tapi jahat di belakang).
16. Suka menjatuhkan dan memijak orang dengan kuasa yang ada.
17. Solat yang tidak khusyuk.
18. Kagum terhadap diri sendiri. Merasa diri bagus serta cerdik.
19. Selalu mengeluh serta tidak reda dengan suratan takdir.
20. Cinta kepada duniawi dan materialistik.
21. Mudah bersangka buruk terhadap orang.
22. Membesar-besarkan hal yang remeh-temeh.
23. Suka bergosip dan menabur fitnah.
24. Menggunakan agama dan berdengki atas perkara duniawi.
25. Cinta dunia melebihi cintanya pada akhirat. Membesarkan dunia serta berangan-angan untuk dunia.
26. Pendendam.
27. Penting diri dalam semua hal.
28. Berpura-pura dan suka membodek.
29. Tamak haloba serta bakhil serta sangat berkira dengan orang lain.
30. Nafsu serta kehendak syahwat yang tidak terbendung.


Kesemua sifat di atas adalah sifat Mazmumah (terkeji). Mari kita bersama-sama bermuhasabah diri samada hati kita ini masih terhijab kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dengan sifat-sifat buruk di atas atau tidak, jika masih maka hendaklah kita bersama-sama membersihkannya dengan mengenal ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, banyak mengingati ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, berdamping dengan guru pembimbing dan sentiasa bersangka baik kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan makhlukNya.

S 69 : TAHLILAN

Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H/21 Oktober 1926

Mencantumkan pendapat Ibnu Hajar al-Haitami dan menyatakan bahawa selamatan kematian adalah bidaah yang hina namun tidak sampai diharamkan dan merujuk juga kepada Kitab Ianatut Thalibin. Namun Nahdliyin generasi berikutnya menganggap pentingnya tahlilan tersebut sejajar (bahkan melebihi) rukun Islam/Ahli Sunnah wal Jama’ah. Sekalipun seseorang telah melakukan kewajipan-kewajipan agama, namun tidak melakukan tahlilan, akan dianggap tercela sekali, bukan termasuk golongan Ahli Sunnah wal Jama’ah.


Di zaman akhir yang ini di mana keadaan pengikut sunnah seperti orang ‘aneh’ asing di negeri sendiri, begitu banyaknya orang Islam yang meninggalkan kewajipan agama tanpa rasa malu, seperti meninggalkan Solat Jumaat, puasa Ramadhan,dll. Sebaliknya masyarakat begitu antusias melaksanakan tahlilan ini, hanya segelintir orang yang berani meninggalkannya. Bahkan non-muslim pun akan merasa kikuk bila tak melaksanakannya. Padahal para ulama terdahulu sentiasa mengingat dalil-dalil yang menganggap buruk walimah (selamatan) dalam suasana musibah tersebut.

S 68 : RAJIN MENJAGA SOLAT SUNNAH QOBLIYAH SUBUH

Dalil yang menunjukkan bahawa solat sunnah qobliyah Subuh atau solat Sunnah Fajar dilakukan dengan rakaat yang ringan, adalah hadits daripada Nafi’, daripada Ibnu Umar yang berkata bahawa Ummul Mukminin Hafshah pernah mengabarkan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنَ الأَذَانِ لِصَلاَةِ الصُّبْحِ وَبَدَا الصُّبْحُ رَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تُقَامَ الصَّلاَةُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu diam antara azannya muadzin hingga solat Subuh. Sebelum solat Subuh dimulai, beliau dahului dengan dua rakaat ringan.”
(HR. Bukhari No. 618 dan Muslim No. 723)

Dan solat sunnah Fajar inilah yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jaga, dikatakan oleh ‘Aisyah,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- لَمْ يَكُنْ عَلَى شَىْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مُعَاهَدَةً مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الصُّبْحِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menjaga solat sunnah yang lebih daripada menjaga solat sunnah dua rakaat sebelum Subuh.”
(HR. Muslim No. 724)

Dalil anjuran bacaan ketika solat sunnah qobliyah subuh

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَرَأَ فِى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ketika solat sunnah qobliyah Subuh surah al-Kafirun dan surah al-Ikhlas.”
(HR. Muslim No. 726)

Keutamaannya : Lebih baik dari dunia dan isinya

Adapun dalil yang menunjukkan keutamaan solat sunnah qobliyah subuh adalah hadits daripada ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Dua rakaat Fajar (solat sunnah qobliyah Subuh) lebih baik daripada dunia dan isinya.”
(HR. Muslim No. 725)

Jika keutamaan solat sunnah Fajar saja demikian adanya, bagaimana lagi dengan keutamaan solat Subuh itu sendiri?
SUBHANALLAH....

Semoga kita termasuk orang yang rajin mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah, Aamiin....

S 67 : JIHAD DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Ustaz Abu Asma Kholid Syamhudi

Jihad merupakan amal kebaikan yang disyariatkan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.
Ia menjadi sebab kukuh dan mulianya umat Islam. Sebaliknya, jika kaum Muslimin meninggalkan jihad di jalan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, maka mereka akan mendapatkan kehinaan.

Dijelaskan dalam hadits yang shahih : [1]

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

Daripada Ibnu Umar, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila kalian telah berjual-beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan reda dengan pertanian serta meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian.”
[HR Abu Daud]

Ibnu Taimiyah menyatakan : 
“Tidak diragukan lagi, jihad dan melawan orang yang menyelisihi para rasul, dan mengarahkan pedang syariat kepada mereka, serta melaksanakan kewajipan-kewajipan disebabkan pernyataan mereka, untuk menolong para nabi dan rasul dan untuk menjadi pelajaran berharga bagi yang mengambilnya, sehingga orang-orang yang menyimpang menjadi jera; yang demikian ini termasuk amalan paling utama yang Allah perintahkan kepada kita sebagai wujud ibadah mendekatkan diri kepadaNya”[2]

Namun, amal kebaikan ini harus memenuhi syarat ikhlas dan sesuai dengan syariat Islam.
Kerana keduanya merupakan syarat diterimanya suatu amalan.
Di samping itu juga, jihad bukanlah perkara mudah bagi jiwa.
Sangat erat kaitannya dengan pertumpahan darah, jiwa dan harta, yang menjadi perkara agung dalam Islam, sebagaimana disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَ أَعْرَاضَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ قَالُوا نَعَمْ قَالَ اللَّهُمَّ اشْهَدْ فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

“Sesungguhnya, darah, kehormatan dan harta kalian, diharamkan atas kalian (saling menzalimi), seperti kesucian hari ini, pada bulan ini dan di negeri kalian ini, sampai kalian menjumpai Rabb kalian. Ketahuilah, apakah aku telah menyampaikan?” Mereka menjawab: “Ya.”
Maka beliaupun berkata: “Yaa Allah, persaksikanlah. Maka, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, kerana terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar langsung. Janganlah kalian kembali kufur sepeninggalanku, sebahagian kalian saling membunuh sebahagian lainnya.”
[Muttafaqun ‘alaihi].[3]

Demikian agungnya perkara jihad ini, sehingga menuntut setiap Muslim untuk ikut berperanan dalam menggapai cinta dan keredaan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.
Tentu saja, hal ini menuntut pelakunya untuk komitmen dengan ketentuan dan batasan syari’at, sesuai dengan hukum al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, tanpa meninggalkan satu ketentuan pun, agar selamat dari sikap ekstrim, dan jihadnya menjadi jihad syar’i di atas jalan yang lurus, dan mendapatkan pahala yang besar di akhirat nanti.

Hal itu, disebabkan ia berjalan di atas cahaya Ilahi, petunjuk dan ilmu dari al Quran dan Sunnah NabiNya.[4]

Oleh kerana itu, menjadi kewajipan bagi setiap Muslim, agar belajar mengenai konsep Islam tentang jihad secara benar, dan bertanya kepada para ulama pewaris Nabi tentang hal-hal yang belum ia ketahui. Terlebih lagi dalam permasalahan yang sangat penting ini.

Jenis dan tingkatan jihad

Kata jihad, memiliki pengertian yang luas. Jihad dalam erti memerangi orang kafir, hanya merupakan salah satu dari bentuk dan jenis jihad, kerana pengertian jihad lebih umum dan lebih luas dari hal tersebut. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan jenis jihad ditinjau dari objeknya, memiliki empat martabat, iaitu: 

Jihad memerangi nafsu, 
Jihad memerangi syaitan, 
Jihad memerangi orang kafir dan
Jihad memerangi orang munafik [5].

Dalam keterangan selanjutnya, Imam Ibnul Qayyim menambah dengan jihad melawan pelaku kezaliman, bidaah dan kemungkaran.[6]

Kemudian beliau rahimahullah menjelaskan tigabelas martabat bagi jenis jihad di atas dengan menyatakan, bahawa jihad memerangi nafsu memiliki empat tingkat.

Pertama:

Jihad memeranginya untuk belajar petunjuk Ilahi dan agama yang lurus, yang menjadi sumber keberuntungan dan kebahagian dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Barangsiapa yang kehilangan ilmu petunjuk ini, ia akan sengsara di dunia dan akhirat.

Kedua:
Jihad memeranginya untuk mengamalkannya setelah mengetahuinya. Kalau tidak demikian, sekedar hanya mengilmuinya tanpa amal. Walaupun tidak merosakannya, namun tidak bermanfaat.

Ketiga:
Jihad memeranginya untuk berdakwah dan mengajarkan ilmu tersebut kepada yang tidak mengetahuinya. Kalau tidak demikian, ia termasuk orang yang menyembunyikan petunjuk dan penjelasan yang telah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA turunkan. Dan ilmunya tersebut tidak bermanfaat, tidak menyelamatkannya dari azab ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

Keempat:
Jihad memeranginya untuk tabah menghadapi kesulitan dakwah, gangguan orang dan sabar menanggungnya kerana ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

Apabila telah sempurna empat martabat ini, maka ia termasuk Rabbaniyun. Para salaf telah sepakat menyatakan, seorang ‘alim (ulama) tidak berhak disebut Rabbani sampai ia mengenal kebenaran, mengamalkan dan mengajarkannya. Sehingga hanya orang yang berilmu, beramal dan mengajarkannya sajalah yang dipanggil sebagai orang besar di alam langit.

Adapun jihad memerangi syaitan memiliki dua martabat.

Pertama:
Memeranginya untuk menolak syubahat dan keraguan yang merosakan keimanan, yang diarahkan syaitan kepada hamba.

Kedua:
Memeranginya untuk menolak keingininan buruk dan syahwat, yang dilemparkan syaitan kepada hamba.

Jihad yang pertama dilakukan dengan yakin, dan jihad yang kedua dengan kesabaran.

Allah berfirman:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”
(as Sajdah : 24)

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA menjelaskan, bahawa kepemimpinan agama hanyalah didapatkan dengan kesabaran dan yakin.
Dengan kesabaran, ia menolak syahwat dan keinginan rosak.
Dan dengan yakin, ia menolak keraguan dan syubahat.
Sedangkan jihad memerangi orang kafir dan munafiqin, memiliki empat martabat, iaitu:

dengan hati, 
lisan,
harta dan 
jiwa.

Jihad memerangi orang kafir, lebih khusus dengan tangan. Dan jihad memerangi orang munafik, lebih khusus dengan lisan. Sedangkan jihad memerangi pelaku kezaliman, bidaah dan kemungkaran, memiliki tiga martabat.

Pertama, dengan tangan bila mampu. 
Apabila tidak mampu, maka dengan lisan. 
Bila tidak mampu juga, maka dengan hati.

Inilah tiga belas martabat jihad. Barangsiapa yang meninggal dan belum berperang, dan tidak pernah membisikan jiwanya untuk berperang, maka ia meninggal di atas satu cabang kemunafikan.[7]

Daripada penjelasan Imam Ibnul Qayyim di atas dapat diambil beberapa pelajaran.

Pertama:
Banyak kaum Muslimin memahami jihad hanya sekedar jihad memerangi orang kafir saja. Demikian ini adalah pemahaman parsial.

Kedua:
Sudah seharusnya seorang muslim memulai jihad fi sabilillah dengan jihad nafsi, dengan taat kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, memerangi jiwa dengan cara menuntut ilmu dan memahami agama (din) Islam, memahami al Quran dan Sunnah sesuai dengan pemahaman para salafush shalih. Kemudian mengamalkan seluruh ilmu yang dimilikinya. Kerana maksud dari ilmu adalah diamalkan.

Setelah itu, memerangi jiwa dengan berdakwah mengajak manusia kepada ilmu dan amal, lalu bersabar dari semua gangguan dan rintangan ketika belajar, beramal dan berdakwah. Inilah jihad memerangi nafsu, yang merupakan jihad terbesar dan didahulukan dari selainnya. Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan juga, jihad memerangi musuh Allah yang diluar (jiwa) adalah cabang dari jihad memerangi jiwa, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ

“Mujahid adalah, orang yang berjihad memerangi jiwanya dalam ketaatan Allah. Dan muhajir adalah, orang yang berhijrah dari larangan Allah.”[8]

Maka jihad memerangi jiwa lebih didahulukan dari jihad memerangi musuh-musuh ALLAH SUBHANAHU WA TAALA yang di luar (jiwa) dan menjadi induknya kerana orang yang belum berjihad (memerangi) jiwanya terlebih dahulu untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan, serta belum memeranginya di jalan ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, maka ia tidak dapat memerangi musuh yang di luar (itu).
Bagaimana ia mampu berjihad memerangi musuhnya, padahal musuh yang berada di sampingnya berkuasa dan menjajahnya, serta belum ia berjihad dan memeranginya. Bahkan tidak mungkin ia dapat berangkat memerangi musuhnya, sebelum ia berjihad memerangi jiwanya untuk berangkat berjihad.[9]

Jihad memerangi nafsu hukumnya wajib atau fardhu ‘ain, tidak boleh diwakilkan kepada orang lain kerana jihad ini berhubungan dengan peribadi setiap orang.[10]

Ketiga:
Para ulama menjelaskan, syaitan menggoda manusia melalui dua pintu, iaitu syahwat dan syubahat. Apabila seorang manusia lemah iman, dan sedikit ketaatannya kepada ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, maka syaitan akan mendatanginya melalui pintu syahwat. Dan jika syaitan mendapati manusia sangat komitmen dengan agamanya dan kuat imannya, maka ia mendatanginya melalui pintu syubahat, keraguan dan menjerumuskannya kepada perbuatan bidaah.[11]

Jihad melawan syaitan ini hukumnya fardhu ‘ain, juga disebabkan berhubungan langsung dengan setiap peribadi manusia, sebagaimana firman ALLAH SUBHANAHU WA TAALA:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu).”
[Faathir : 6]

Keempat. :
Jihad melawan orang kafir dan munafiqin dilakukan dengan hati, lisan, harta dan jiwa, sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Anas bin Malik :

جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

“Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kalian”. [12]

Pengertian jihad melawan orang kafir dan munafik dengan hati adalah, membenci mereka dan tidak memberikan loyaliti ataupun kecintaan, serta merasa gembira dengan kerendahan dan kehinaan mereka, dan sikap lainnya, yang disebutkan di dalam al Quran dan Sunnah yang berhubungan dengan hati.

Pengertian jihad dengan lisan adalah, menjelaskan kebenaran dan membantah kesesatan serta kebatilan-kebatilan mereka, dengan hujjah dan bukti konkrit.

Sedangkan pengertian jihad dengan harta adalah, menafkahkan harta di jalan Allah dalam perkara jihad perang atau dakwah, serta menolong dan membantu kaum Muslimin.

Adapun jihad dengan jiwa, maksudnya adalah, memerangi mereka dengan tangan dan senjata sampai mereka masuk Islam atau kalah, sebagaimana firman ALLAH SUBHANAHU WA TAALA: 

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka.
Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”
[al Baqarah : 193]

Dan juga firman ALLAH SUBHANAHU WA TAALA: 

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (iaitu orang-orang) yang diberikan al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jiziah dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk.”
[at Taubah : 29].

Kaum kafir dan munafiqin diperangi dengan keempat jihad di atas. Namun kaum kafir lebih khusus dihadapi dengan tangan, kerana permusuhannya secara terang-terangan. Sedangkan munafiqin dengan lisan, kerana permusuhannya tersembunyi dan keadaan mereka di bawah kekuasaan kamu Muslimin, sehingga diperangi dengan hujjah dan dibongkar keadaan mereka yang sebenarnya, serta dijelaskan sifat-sifat mereka, agar orang-orang mengetahui hal itu, dan berhati-hati dari mereka agar tidak terjerumus kepada kemunafikan tersebut.

Kelima:
Beliau rahimahullah mengutarakan jihad memerangi pelaku kezaliman, pelaku bidaah dan kemungkaran, dilakukan dengan tiga martabat, iaitu dengan tangan. Bila tidak mampu, maka dengan lisan. Dan bila tidak mampu juga, maka dengan hati. Hal ini didasarkan pada hadits Abu Sa’id al Khudri yang berbunyi:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang melihat dari kalian satu kemungkaran, maka hendaklah merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka dengan lisannya. Lalu, bila tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman.”
[HR Muslim]

Setiap muslim dituntut berjihad menghadapi pelaku perbuatan zalim, bidaah dan mungkar sesuai dengan kemampuannya, dan dengan memperhatikan kaedah-kaedah amar makruf nahi mungkar. Demikianlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan di dalam hadits Ibnu Mas’ud yang berbunyi :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ

“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada seorang nabi yang Allah utus kepada suatu umat sebelumku, kecuali memiliki pembela-pembela (hawariyun) dari umatnya dan sahabat-sahabat yang mencontoh sunnahnya dan melaksanakan perintahnya.
Kemudian datang generasi-generasi pengganti mereka yang berkata apa yang tidak mereka amalkan, dan mengamalkan yang tidak diperintahkan.
Barangsiapa yang menghadapi mereka dengan tangannya, maka ia seorang mukmin.
Dan barangsiapa yang menghadapi mereka dengan lisannya, maka ia seorang mukmin.
Serta barangsiapa yang menghadapi mereka dengan hatinya, maka ia seorang mukmin, dan tidak ada setelah itu sekecil biji sawi dari iman.”[14]

Setiap muslim pasti mampu melakukan jihad jenis ini, iaitu dengan hatinya. Demikian itu dengan cara mengingkari dan membenci perbuatan bidaah, kezaliman dan kemungkaran dengan hatinya, dan berharap perbuatan-perbuatan tersebut hilang.

Maksud tujuan jihad[15]

ALLAH SUBHANAHU WA TAALA tidak mewajibkan dan mensyariatkan sesuatu tanpa adanya maksud tujuan yang agung. Demikian juga, jihad disyariatkan untuk tujuan-tujuan tertentu yang telah dijelaskan para ulama dengan pernyataan mereka. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, maksud tujuan jihad adalah meninggikan kalimat Allah dan menjadikan agama seluruhnya hanya untuk Allah.[16]

Beliau rahimahullah juga menyatakan, maksud tujuan jihad adalah, agar tidak ada yang disembah kecuali ALLAH SUBHANAHU WA TAALA, sehingga tidak ada seorangpun yang berdoa, solat, sujud dan puasa untuk selain ALLAH SUBHANAHU WA TAALA.

Tidak berumrah dan berhaji, kecuali ke rumahNya (Kaabah), tidak disembelih-sembelihan kecuali untukNya, dan tidak bernazar dan bersumpah, kecuali denganNya.[17]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di menyatakan, jihad ada dua jenis.
Jihad dengan tujuan untuk kebaikan dan perbaikan kaum mukminin dalam aqidah, akhlak, adab (perilaku) dan seluruh perkara dunia dan akhirat mereka serta pendidikan mereka, baik ilmiah dan amaliah. Jenis ini adalah induk dan tonggaknya jihad, serta menjadi dasar bagi jihad yang kedua, iaitu jihad dengan maksud menolak orang yang menyerang Islam dan kaum Muslimin dari kalangan orang kafir, munafiqin, mulhid dan seluruh musuh agama dan menentang mereka.[18]

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menyatakan, jihad terbagi menjadi dua, iaitu jihad ath tholab (menyerang) dan jihad ad daf’u (bertahan). Maksud tujuan keduanya adalah, menyampaikan agama ALLAH SUBHANAHU WA TAALA dan mengajak orang mengikutinya. Mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya Islam dan meninggikan agama ALLAH SUBHANAHU WA TAALA di muka bumi, serta menjadikan agama ini hanya untuk ALLAH SUBHANAHU WA TAALA semata, sebagaimana dijelaskan dalam al Quran Surah Al Baqarah ayat 193: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk ALLAH SUBHANAHU WA TAALA belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.

“Dan peranglah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.”
[Al Anfal : 39]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Aku diperintahkan memerangi manusia hingga bersaksi dengan syahadatain, menegakkan solat dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah berbuat demikian, maka darah dan harta mereka telah terjaga dariku, kecuali dengan hak Islam. Dan hisab mereka diserahkan kepada Allah.”
[Muttafaqun ‘alaihi]

Dari keterangan para ulama di atas jelaslah, bahawa maksud tujuan disyariatkannya jihad adalah, untuk menegakkan agama Islam di muka bumi ini, dan bukan untuk dendam peribadi, atau golongan, sehingga sangat diperlukan pengetahuan tentang konsep Islam dalam jihad, baik secara hukum, cara berjihad dan ketentuan harta rampasan perang, sebagai konsekwensi dari pelaksanaan jihad.

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu A’lam.
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]

Sumber: https://almanhaj.or.id/2736-jihad-dalam-perspektif-hukum-is…