Di
semua lini kehidupan kita sekarang ini, hampir tak ada celah kita lepas dari
riba. Riba melekat erat dengan kehidupan kita. Empat belas abad yang lalu,
Rasulullah saw mengatakan bahawa,
“Sungguh akan datang pada manusia suatu masa (ketika) tiada
seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja
yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)nya,”
(HR
Ibnu Majah, hadits No.2278 dan Sunan Abu Daud, hadits No.3331; dari Abu
Hurairah).
Masa
yang disebutkan oleh Rasulullah itu sedang terjadi sekarang. Bayar pengajian, gunakan
bank. Beli pulsa gunakan bank, Asuran, Credit card dan lain-lain. Semua usaha
dengan meminjam ke bank. Gajian. Kirim wang ke orang lain, dan sebagainya. Dan
ketika kita masih menggunakan wang kertaspun, itu sudah termasuk suatu
transaksi riba dan mungkin inilah yang dimaksud oleh Rasulullah dengan terkena
debu riba itu.
Begitu
banyaknya pintu dan ruang riba di sekeliling kita sekarang ini, sebagaimana
hadist Rasulullah,
“Riba itu mempunyai 73 macam. Sedangkan (dosa) yang paling
ringan (dari macam-macam riba tersebut) adalah seperti seseorang yang menikahi
(menzinai) ibu kandungnya sendiri,”
(HR
Ibnu Majah, hadits No.2275; dan Al Hakim, Jilid II halaman 37; dari Ibnu
Mas’ud, dengan sanad yang shahih).
Allah
telah memberitakan dengan jelas dan gamblang tentang bagaimana riba dan apa
sanksi bagi pengguna riba. Riba adalah penambahan pada modal pokok sedikit
ataupun banyak lipatannya. Riba bukan lagi masalah bagi kebanyakan orang.
Riba
Merajalela, Salah Satu Tanda Kiamat
Di
antara tanda-tanda semakin dekatnya kiamat lagi ialah munculnya riba secara bermaharajalela
di tengah-tengah masyarakat dan ketidakpedulian mereka terhadap makanan yang
haram. Di dalam suatu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu
anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda, yang ertinya:
“Menjelang datangnya hari kiamat akan bermaharajalela riba,”
(HR:
Thabrani sebagaimana termaktub dalam At-Targhib Wat-tarhib karya Al-Mundziri
3:9, dan beliau berkata, “Perawi-perawinya adalah perawi-perawi shahih”).
Dan
di dalam kitab Shahih diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahawa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang ertinya:
“Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman yang pada waktu
itu orang tidak memperdulikan lagi harta yang diperolehnya, apakah dari jalan
halal atau dari jalan haram.”
(Shahih
Bukhari, Kitab Al-Buyu’, Bab Qaulil-Lah Azza wa Jalla: “Yaa ayyuhal-ladziina
aamanuu ta’kuluu ar-ribaa” 4: 313, dan Sunan Nasa’i 7: 234, Kitab Al-Buyu’, Bab
Ijtinaabi Asy-Syubuhaat fi Al-Kasbi).
Kandungan
atau isi hadits-hadits ini telah terbukti pada banyak kaum muslimin pada masa
sekarang ini. Mereka tidak memilih yang halal lagi dalam berusaha, bahkan
mereka kumpulkan saja harta baik dari jalan halal mahupun dari jalan haram. Dan
kebanyakan hal ini kerana keterlibatan mereka dalam muamalah riba. Banyak bank
yang berpaktik secara ribawi, dan banyak pula orang yang terjerembab ke
dalamnya. Betapa jelinya Imam Bukhari hingga beliau memasukkan hadits ini dalam
Bab Firman Allah Azza wa Jalla
“Yaa
ayyuhal-ladziina amanuu laa ta’kulur-ribaa adh’aafan mudhoo’affah” ayat 130
surat Ali Imran yang bermaksud :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
secara berlipat ganda), untuk menjelaskan, bahawa praktik memakan riba secara
berlipat ganda itu akan terjadi secara leluasa, yakni apabila manusia tidak
mempedulikan cara mencari harta serta tidak membezakan antara yang halal dan
yang haram.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan